Part 4

60 7 10
                                    

Belum selesai dari keterkejutan gue, satu massage dari Arfan kembali membuat gue terkejut.

Arfan Pradirga
Eh maaf, tadi hp gue di bajak sama Billy.

"Ini si Billy anak kurang piknik apa gimana sih! Gue baru terbang menembus awan eh udah di jatohin aja ke tanah! " Gerutuk gue kesal.

Karena terlalu kesal gue jadi gak niat membalas pesan tersebut dan menghempaskan hp gue ke kasur dan segera menuju kamar mandi.

"Papa mana ma? Kok udah 3 hari ini gak makan malem bareng kita. " Tanya gue sambil menguyah makanan gue.

"Papa kamu lembur kayaknya. " Ucap Mama dan meneguk air putih dingin.

Dan entah mengapa gue merasa ada kejanggalan di ucapan Mama barusan. Gue berharap semoga semuanya baik-baik aja.

"Hahaha si Billy emang dari SMP kali jahilnya. Gue gak nyangka lo jadi korban kejahilan dia haha. "

Setelah selesai makan gue memutuskan untuk menelfon Louisa dan menceritakan kejadian tadi sore yang sangat tidak mengenakan.

"Lo gak usah tawa-tawa deh Sa. "

"Ya abisnya lucu aja sih lo udah seneng eh ternyata di bajak. "

"Gara-gara cowok lo tuh! Ngeselin. "

"Bukan cowok gue kali. Tapi gue amin-in aja dah. "

"Yaudah gue matiin dulu ya Sa, Bye. "

Sambungan pun terputus. Setelahnya gue pun berniat untuk memakai masker peel off untuk merawat wajah gue yang emang lagi brutusan. Gini nih cewek kalau udah mau ada tamu, pasti jerawatan.

---

"Yoo Man!" Suara Steven terdengar begitu besar hingga menarik seluruh perhatian kantin Kusuma.

Gue juga sekarang lagi berada di kantin duduk bersama Louisa dan Dyah. Kami sedang memakan bakso dan sesekali melihat kearah empat para cogan tersebut.

"Eh malem minggu nih. Main bisa kali. " Ucap Billy.

Billy Drafinto. Temen genk nya Arfan yang gak kalah ganteng. Dia ini ada di urutan ke 3 setelah Randy si-ketua-basket, menurut gue. Billy ini anaknya jarang senyum, terkesan cuek juga sama orang. Jadi suka dibilang sombong sama anak-anak. Kelasnya di IPA 5.

"Bisa-bisa. Kabarin aja jam berapa. " Sambung Arfan.

"Liandra lo dipanggil Pak Said di ruang guru tuh. " Teriak Mila teman sekelas gue.

Alhasil karena suara Mila yang emang menggelegar di kantin, Empat para cogan itupun langsung mengalihkan perhatiannya di meja kami.

"Mampus-mampus gue diliatin. " Batinku dalam hati.

"Oh oke-oke. Dy, gue nitip uang bakso ya. " Ucap gue sambil buru-buru mengeluarkan uang dua puluh ribu ke Dyah.

Gue pun langsung melangkahkan kaki ke arah ruang guru. Ternyata Pak Said memberi lembaran kertas ulangan harian Mate-Matika dan nama gue berada di depan sekali itulah sebabnya gue yang dipanggil ke ruang guru untuk mengambil hasil ulangan. Karena kebelet gue pun menuju toilet.
"Eh Liandra! " Seseorang memanggilku dari arah belakang. Gue pun menoleh dan ITU ARFAN!

"Bukan-nya lo tadi di kan-tin ya? " Tanyaku dengan nada patah-patah ini kayak baru bisa ngomong aja nih gue.

"Kok tau? Lo liatin gue ya?! "

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang