Part 7

65 6 6
                                    

Hari ini adalah hari yang paling gue dan kebanyakan orang benci, yaitu hari senin. Selain karena waktu weekend telah usai, gue juga harus bangun lebih pagi untuk upacara bendera.

Setelah upacara bendera usai, Isa pun menghampiri gue. Tadi si Isa ini telat jadi dia ada di barisan belakang.

"Woi Ndra tebak tadi gue disenyumin siapa? "

"Gak mau tau juga. "

"Ye lo mah gue tadi itu disenyumin sama doi lo. Si Arfan. "

"Halah gak mungkin. Gak percaya gue. "

"Kenapa Ndra? " Ucap Dyah yang tiba-tiba datang dari sebelah kanan menghampiri kita berdua.

"Tau tuh dia bilang dia di senyumin sama doi gue. " Ucap gue sambil menunjuk ke arah sebelah kiri karena Isa berada di sebelah kiri gue.

"Kenapa nunjuk gue? "

Itukan suara Arfan?

Gue pun menoleh ke sebelah kiri dan gue salah tunjuk orang!

"Eh sorry-sorry bukan lo yang gue tunjuk. "

Gue pun berlari sambil memegang tangan Dyah.

Sesampainya dikelas gue melihat si Isa sedang tertawa-tawa.

"Ih lo mah! Gue jadi salah tunjuk tau gak dan yang gue tunjuk itu dia lagi. Gue kan jadi malu. " Jelas gue kepada Louisa dan ditanggapi oleh tawanya.

"Lo sih gak liat-liat kalo gue udah gak sebelahan lagi sama lo. Yaudah gak papah Ndra biar dia tambah kenal gitu sama lo. "

"Ya tapikan gak kayak gini juga caranya. Maluuu Isaaa. "

Tak lama pun guru pelajaran pertama masuk. Gue udah sampe nguap berapa kali karena pelajaran satu ini sangat membosankan. Tak lama kemudian gue tertidur. Posisi duduk gue cukup strategis jadi Guru gak bakal tahu.

"Finally, istirahat! " Ucap Isa bersemangat.

Sambil menguap, gue membalas ucapan Isa.

"Udah istirahat ya? "

"Ye lo mah enak-enakan tidur. Lah gue yang jadi benteng nya biar lo gak ketahuan. Dasar. "

"Sekali-kali juga. Gue ngantuk banget soalnya. Pengen cepet-cepet pulang dan meluk guling gue. "

"Mau ke kantin gak? "

"Maulah. Sekalian liatin Arfan ganteng. " Ucap gue yang sekarang sudah berada di depan kelas gue.

"Lo suka sama Arfan? " Ucap Fariz, orang yang pernah berantem sama Arfan dulu.

Mampus-mampus ketahuan.

"Enggak kok. Gue aja kagak kenal. "

Semoga aja si Fariz percaya.

"Halah gak percaya gue. Aduin ah biar seru. "

Yah gak percaya juga ni anak.

"Ihh lo tu apa-apaan sih. Jangan suka nyebar gosip deh. "

"Lah orang gue denger sendiri tadi. Lo suka sama Arfan. Mikir dong Ndra dia itu nakal gak cocok sama lo yang pendiem gini. "

"Siapa juga yang suka sama dia. Gak jelas deh lo. " Ucap gue yang mulai ketakutan dan meminta pertolongan dengan Isa.

"Woi Riz, gak asik banget lo jadi cowok. Jangan aduin. " Ucap Isa.

"Aduin lah biar seru. Saran aja nih ya Ndra berhenti deh suka sama dia. Arfan itu gak sebagus yang lo liat. "

"Tapi gue kan gak suka sama dia. Lo salah denger kali. " Ucap gue masih mengelak.

"Udalah Ndra gak usah nge-les. Bagus juga sih lo suka sama dia biar gue ada cara buat bales dendam dengan dia. "

"Gak usah bawa-bawa Liandra juga lah. Lo yang mau berantem. Awas aja lo aduin. " Ucap Isa.

"Bodo amat. Gak peduli gue sama ancaman lo. " Ucap Fariz lalu pergi dari hadapan kami berdua.

"Duh gimana nih Sa. Ketahuan sama Fariz. "

"Lo sih ngomongnya kekencengan. Yaudah yuk ke kantin. Gak mungkin lah di sebarin. Dia gak seember itu juga. Percaya deh. "

Setelah sampai di kantin gue lihat genk nya Arfan sedang duduk-duduk di meja kantin. Gak mau melewatkan momen gue pun memperhatikan gerak geriknya. SubhanAllah, ganteng benget!

"Bro, lo liat tuh cewek yang lagi ngadep sini. Liandra anak kelas gue. Dia suka tuh sama lo haha. " Ucap Fariz dengan lantang yang datang dari belakang dan menepuk bahu Arfan.

Tiba-tiba seisi kantin pun mulai melihat kearah gue.

"Oh si Liandra suka sama Arfan? " Ucap Billy tak kalah lantangnya.

Gue bener-bener malu. Rasanya suhu udara di deket gue jadi panas. Mata gue memcari kearah dimana Isa tapi gue gak menemukannya.

"Liandra IPA 2 suka sama Arfan? "

"Demi apa dia suka sama Arfan? "

"Palingan juga cuma dimainin nantinya. "

"Lindra gak malu banget sih ngejar cowok duluan. "

Bisik-bisik pun mulai terdengar dari seisi kantin yang mendengar ucapan Fariz.

Gue sekilas menatap Arfan sedang menatap balik kearah gue. Gue bener-bener malu. Gue benci banget sama Fariz. Gue gak pernah ada masalah apa-apa sama dia. Gue gak tahu Isa ada dimana. Gue pun berlari dari kantin menuju toilet perempuan dan hal yang gue lakukan adalah menangis.

Gue malu. Nanti pasti orang-orang pada ngatain gue semua, termasuk Arfan dan teman-temannya. Rasanya gue mau pindah aja dari Kusuma. Gue gak berani keluar dari toilet. Gue udah gak ada muka lagi di depan Arfan. Mulai detik ini juga, gue benci banget sama Fariz dan mulai detik ini juga gue harus berhenti suka sama Arfan. Harus.





Kasih vote dan commentnya.
Thank you 🙏😁

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang