Jika dulu aku berlari menemuimu hanya untuk bercerita tentang
senja-- namun kini sebaliknya, aku berlari menemui senja untuk sekadar menceritakan tentangmu- Sudahlah, kau dan aku sudah berlalu, tergerus waktu. Diantara rona jingga, rekah senyummu menghilang, dan tak lagi bisa kutemukan. Saat ini yang kutemui hanyalah bayang-bayang dari merahnya luka, yang kemudian hanya menjadi kepingan rasa perih diantara senja yang merindu. Sejak kau meniada, aku selalu membersamai senja yang pulang perlahan, menemui malam yang penuh kesenduan. Ada sedih yang belum reda, hingga masih menciptakan tetesan hujan deras yang membasahi pipi. Aku merindukan Tuan yang telah lama pergi dari sini.Pekanbaru, 29 Agustus 2018
YOU ARE READING
Narasi Rindu
Non-FictionKolaborasi bersama antara 2 perempuan penikmat rindu. Merangkai Aksara menjadi kata membentuk kalimat-kalimat rindu yang utuh, rindu yang tak tersampaikan pada Tuannya biarlah melebur disini.