ERDI

93 25 7
                                    


****


Ardit Saputra dan Miya Kinara. Sepasang suami istri yang sudah lama menikah, tetapi pernikahan-nya hancur. Mereka berpisah karna Ardit mempunyai perempuan lain yang Nara tidak ketahui. Nara capek dengan semua tingkah laku dan sikap yang Ardit berikan. Ardit adalah laki-laki egois.

Nara ingin membalas semua perbuatan yang Ardit lakuin selama ini. Sampai pada akhirnya Nara diam-diam mempunyai laki-laki lain di belakang Ardit.

Plaaak!

Ayunan tangannya merambat ke pipi Nara saat itu. "BERANI BERANINYA YA KAMU!!!" dengan suara cukup keras, hingga terdengar seisi ruangan. Sampai kedua anaknya keluar dan mereka hanya menyaksikan pertengkaran kedua orang tua-nya itu.

"Aww" mendengus kesakitan karena tamparan Ardit. "Yang mulai duluan siapa? hah? SIAPAAA!!!". Nara membalas ucapan kasar Ardit dengan suaranya yang lebih keras.

Ardit terdiam. Dia berbalik arah ke arah meja makan dan menggenggam kencang gelas lalu menjatuhkannya ke lantai, ke hadapan Nara. "KITA CERAI" ucap Ardit, kemudian pergi meninggalkan Nara yang terlihat sedih. Dan beberapa percikan gelas di kakinya membuatnya ngeluh. Ardit naik ke atas tangga untuk membereskan semua barang-barangnya dikamar, dan segera pergi dari rumah itu.

"AYAAAAH!!!" kata Erdi yang menghalangi-nya pergi. "Mau kemana? tega banget udah ngeduain mamah terus pergi gitu aja. TEGA?"

"INI JUGA GARA-GARA ULAHNYA. UDAH MINGGIR JANGAN HALANGI AYAH!!!" Ardit menampar pundak Erdi dengan kasar agar menyingkir dari hadapannya.

"KALO AYAH GAK NGELAKUIN ITU, MAMAH GAK MUNGKIN KAYA GINI" berbicara sambil mengikuti langkah kaki ayahnya dari belakang.

"Udah terserah kamu. Ayah mau pergi" dengan berkemas-kemas memasukan barangnya ke dalam mobil. Sementara, Nara didalam hanya duduk bersama anak dan menantu-nya dengan tetesan air mata yang jatuh dipipi-nya yang bening itu. Dan, itu tidak ada faedahnya. Buat apa si, menangisi lelaki yang sudah membuatnya terluka? Buang-buang air mata saja!

"Dasar brengsek!!"

Ardit mendengar ucapan itu marah, dengan Erdi yang sedang berdiri didepan teras rumahnya. "APA KAMU BILANG!!!" melangkah mendekati-nya lalu menyeret kera bajunya. "SIAPA YANG NGAJARIN KAMU!!!" menjambak keranya dengan sangat kasar.

"Woooi!" kata Dimas yang baru saja datang dengan mendorong bahu Ardit dengan kencang hingga ia jatuh ke lantai . "Lo lupa ini siapa? Ini kan anak lo bangs*t!! Kasar lo sama anak!!" kata Dimas yang mengeluarkan kata-kata sidak sopan kepada ayahnya itu.

"Lo gapeduli sama anak anak lo?" katanya. "Gua, yang keterlaluan sama perempuan aja masih bisa tanggung jawab. Gua masih bisa ngertiin gimana perasaan perempuan. Nggak kaya lo!! Lo ga ngertiin perasaan perempuan!! Nggak idep lo udah tua. nggak mikir umur dikit lagi mati! Tobat! Inget dosa!" kata-kata itu menyentuh perasaan Ardit yang masih terletak jatuh dibawah lantai. Dia marah, dia panas dengan ucapan Dimas tadi.

Ucapan itu berhasil membangkitkan emosi Ardit. Dia berdiri lalu menghajar Dimas dengan ayunkan tangannya yang cukup keras hingga Dimas jatuh. "Anak kurang ajar" bughh. Satu pukulan menghantam ke arah Dimas.

Dan Dimas, tidak mau kalah dengan ayahnya. Dia membalas pukulan Ardit dengan lebih keras. Bughh. Kini Dimas mengangkat kera baju ayahnya dan menghantam-nya lagi. Bughh. "BAJINGANNN!"

"Udah, bang udah, dia ayah kita" kata Erdi yang berdiri ditengah-tengah pertengkaran mereka dan memegang kedua bahunya Dimas menahan pukulan yang nantinya mendarat ke muka Ardit.

"AYAH? BUKAN. DIA BUKAN AYAH GUA R" menengok ke arah Erdi dengan tatapan yang tajam. "PERGI LU YANG JAUH! GAUSAH BALIK LAGI! GAK SUDI GUA PUNYA AYAH KAYA LO!" dia menendang paha ayahnya untuk mengusirnya pergi jauh.

Plaaak.

"Jaga sopan santun kamu Dimas!!!"

"Masih berani?" menantangnya lebih kepada Ardit dengan memajukan badannya. "Kalo lu gak sopan sama gua kenapa gua harus sopan sama lu?"

"Silahkan ayah. Silahkan pergi yang jauh. Ayah jangan balik lagi" kata Erdi dengan begitu pasrah.

Akhirnya Ardit segera pergi melanjutkan pekerjaan-nya diluar negeri dan segera menikahi perempuan simpanan-nya. Dan Nara? Nara meninggalkan selingkuhan-nya. Dan sekarang Nara tinggal dirumah orang tuanya. Sedangkan kedua anaknya Sekarang tinggal dirumah Dimas. Karna semenjak menikah, Dimas tinggal beda atap dengan orang tuanya dan memiliki rumah sendiri dengan istrinya.

Ardit dan Nara mempunyai dua orang anak laki-laki. Anak pertama bernama Dimas yadityo, dia anak satu-satunya yang sudah mempunyai seorang istri. Dimas nikah muda karena melakukan perbuatan yang tidak baik, dia pacaran tapi melewati batas. ya you know la.

Anak keduanya adalah Avriqal Erdizqi, yang sekarang masih duduk dibangku SMA. Kedua anaknya sangat membenci pertengkaran kedua orang tua-nya yang membuat mereka frustasi.

Hari itu adalah hari terburuk bagi kedua anaknya. Gara-gara kedua orang tua-nya Erdi berubah sikap, dia seperti anak yang tidak berpendidikan, menjadi anak yang yang bandel dan suka membuat onar disekolah.

****

Pagi itu adalah hari terakhir liburan sekolah, dan Erdi segera berangkat menuju kesekolahan-nya.

"Bang, gua berangkat ya" dengan menggunakan seragam yang tidak dimasukkan, kancing terbuka dan tidak memakai dasi dileher-nya.

"Iya ati-ati lu dek, jangan ngebut"

Erdi menaiki motor ninja pemberian ayahnya beberapa tahun yang lalu. Dia melewati jalan pintas, karena pasti jalanan yang biasanya dilewati macet karna banyak anak sekolah baru masuk.

Erdi terkenal disekolah karna kenakalan-nya dan ketampanan-nya. Banyak yang bilang Erdi itu ganteng, dia manis, idungnya mancung, body goals, udah deh idaman banget pokoknya.

Setelah sampai parkiran sekolah, Erdi menyelipkan motornya ditempat yang kosong. Erdi biasanya selalu ngumpet dikantin karena dia malas upacara.

"Bro madol aja"

"Kuy kantin"

Kata teman-temannya Erdi untuk memancingnya agar tidak upacara, dan dia terpengaruh.

"Gas lah"

Karna Erdi itu orangnya bener-bener males banget yang namanya upacara dan berdiri dilapangan. Udah kaki pegel, belum dengerin amanat yang panjang lebar. Dan dia nemutuskan untuk madol upacara ke kantin.

Setelah upacara selesai dan lapangan terlihat sepi. Erdi buru-buru dan mindik dari kantin menuju kelas. Karna tidak mau ketahuan sama guru, dia lari. Temanya jalan duluan. Karna, Erdi kelamaan jajan dulu di kantin. Makanya teman-temannya jalan duluan ke kelas.

Appears LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang