2

12.2K 1.6K 83
                                    

"Ah, ini sudah pagi tapi bahkan bayangan wajah pemuda itu masih berputar." Jungkook berdecak. Menyibak tirai gorden jendela kamarnya dan makin murung begitu mendapati langit mendung.

Ini bahkan masih pukul enam pagi.



Sejujurnya Jeon Jungkook bukan remaja yang akan bangun tepat waktu untuk bersiap menuju sekolahnya. Ia hanya pemuda biasa yang masih sering terlambat bangun sekalipun nyatanya sanggup sampai di sekolah sebelum bel berbunyi.


Sayangnya hari ini ia tak bisa menghabiskan waktunya di ranjang sekedar bergelut pada selimut. Kejadian sial yang membuatnya bertemu pemuda asing sang penolongnya semalam terus berputar di kepalanya.


Bagaimana dengan cerobohnya ia mengikuti langkah kaki orang yang tak dikenal dalam gelap. Bagaimana dengan cerobohnya ia meminta bantuan pada pemuda yang bahkan belum nampak jelas. Bagaimana dengan lugunya ia berkata percaya pada pemuda yang dengan santai berjalan dalam gelap ke atas atap gedung tua. Jungkook sama sekali tak mengerti pada dirinya semalam, nalurinya bergerak, memilih tanpa diminta.



Sekalipun nyatanya pemuda berwajah tampan itu benar-benar menolongnya, ia tak seharusnya selemah itu meminta perlindungan dari orang asing. Namun dibalik rasa kalut, keinginan mengenal atau paling tidak tahu siapa sosok penolongnya jauh lebih membebaninya. Bahkan ketika ia belum sempat berterimakasih untuk terakhir kali, ia justru mendapati pemuda itu lenyap. Kejadian yang menimpanya itu layaknya mimpi nyata.


Tapi satu yang tak disesali. Jungkook yakin sepenuh hati ini kali pertama ia melihat manusia serupawan itu.



"Ah, apa ia seorang artis? Tapi aku tak pernah melihatnya. Bagaimana bisa wajahnya tampan sekali."

Menyerah pada rasa penasarannya pagi ini, Jungkook memilih segera bersiap. Sekalipun ia tak yakin hari ini atensinya akan sepenuhnya jatuh pada para pengajar di sekolah. Jika boleh memilih ia jauh lebih ingin diam sekedar menebak pemuda kelewat tampan yang jadi penolongnya.


Dirinya hanya manusia yang menginjak usia remaja dengan rasa penasaran masih rawan.

Mengingat usianya yang baru menginjak 17 tahun, sejauh ini Jungkook menjalani perannya sebagai pelajar kelas dua SMA dengan baik. Keluarganya pun tak banyak bermasalah. Hanya keluarga berkecukupan yang nampak tenang.

Setelah hampir setengah jam menghabiskan waktu mandi serta bersiap dengan seragam rapi Jungkook segera turun ke lantai bawah. Mengingat keluarganya terbiasa sarapan bersama.


Ayahnya bekerja di perusahaan swasta. Sedang ibunya membantu ayahnya mengurus bisnis rumah sewa. Sudah dari lama sejak meninggalnya kakek serta neneknya--- Tanah yang ditinggalkan berakhir sebagai lahan bangun rumah sewa. Hanya dari dua rumah kini beberapa keuntungan membuat tiga rumah baru di bangun dan tersewa. Jaraknya saling berjauhan mengingat lokasi tanah yang di beli tak tentu, namun sejauh ini tak ada kendala apapun. Memang bukan rumah mewah, hanya bangunan sederhana satu lantai tapi nyatanya para penyewa itu betah. Sekalipun sebenarnya Jungkook tak pernah ikut campur. Ia hanya dituntut belajar dengan benar. Bahkan dari lima rumah sewa itu Jungkook hanya tahu lokasi tiga rumah.



Jungkook hanya punya satu kakak. Pemuda yang tiga tahun lebih tua darinya. Jeon Kyuhyun. Kakaknya kini sudah menjadi mahasiswa jurusan seni. Sama halnya dengannya, Kyuhyun itu sosok yang baik. Hanya saja lebih banyak bicara dan sedikit sulit untuk menurut. Dan seharusnya pun kakaknya masih akan nampak baik di mata keluarga jika bukan karena satu hal.


Yah, satu hal. Kakaknya mengaku menjalin kasih dengan dosennya. Dan sialnya dosennya adalah pria, Shim Changmin. Jungkook masih tidak mengerti, ia bahkan tidak tahu kakaknya penyuka sejenis. Namun ketika satu fakta itu membuat ayahnya begitu marah dan kecewa, Jungkook justru masih tetap jadi pihak yang membela kakaknya. Ia tak tahu, ia bahkan belum pernah menjalin kasih. Ia hanya merasa bahwa sosok Changmin yang pernah berkunjung ke rumahnya benar-benar menatap tulus kakaknya. Bagi Jungkook, sekalipun salah tapi rasa kasih yang nampak dari kedua pria itu membuatnya yakin bahwa mereka bahagia. Dan merusak kebahagiaan orang bukan apa yang diajarkan ibunya. Benar. Beruntung sekali karena ibunya adalah sosok yang lembut hingga mampu meredam ayahnya.


Reeks Zonden (vkook)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang