Pukul tujuh malam.
Taehyung beranjak keluar dari rumahnya. Seperti biasa ketika pagi hingga siang ia hanya berbaring di ranjang. Tidur. Namun bukan tidur layaknya manusia.
Mereka memang terpejam. Namun sejujurnya terjaga. Tidur bagi mereka hanya cara menyimpan tenaga lebih.
Ia ingat betul kemarin malam sebelum pulang setelah bertemu satu manusia perusak malam tenangnya--- Dirinya sempat berpapasan dengan Jimin. Pemuda itu memintanya menetap semalam dua malam. Sebenarnya hal biasa mengingat jika bukan berkunjung pada sesamanya maka ia tak akan punya kegiatan lain.
Dengan setelan hoodie hitam serta jeans, Taehyung nampak memilih menunduk melewati pejalan kaki yang dilewati. Sebagai vampir ia harus berhati-hati untuk tidak kelepasan berjalan terlalu cepat sebab menghindari manusia yang kemungkinan menyadari keberadaan mereka.
Satu keputusan sejujurnya dibuat dalam keadaan terdesak.
Jika ada yang bertindak bodoh dan mengakibatkan adanya saksi mengenai kaum mereka maka siapapun saksi itu harus menjadi bagian atau dimusnahkan. Dalam artian, tak memandang lagi apakah manusia baik ataupun buruk.
Namun nyatanya hal semacam itu jarang sekali terjadi. Bagaimana pun mereka sudah banyak belajar dari tahun ketahun.
Ketika pandangannya tengah sibuk pada jalanan, Taehyung bisa merasakan ponselnya bergetar. Satu panggilan dari Jimin.
Tidak seperti dirinya yang jarang menyentuh benda pipih itu, Jimin justru jadi pihak yang lebih sering. Pemuda itu memang jauh lebih pandai beradaptasi dengan gaya hidup manusia dibanding dirinya.
Sejujurnya mungkin ia pun bisa. Hanya saja ia tak pernah ingin. Untuk apa menggunakan ponsel ketika ia bisa sampai di rumah Jimin dalam kurun waktu sepuluh detik jika ia ingin?
Ponsel ditangan Taehyung nampak masih bergetar. Tanpa pikir panjang satu gesekan pada layar memutus panggilan sepihak. Taehyung sama sekali tak merasa berat. Jimin jelas pasti sudah terbiasa dengan perilakunya. Bahkan sampai sekarang pun deretan pesan singkat yang dikirim pemuda Park secara sengaja sekedar ingin mencari keributan kecil dengannya pun tak ia gubris.
Setelah kurang dari dua puluh menit, Taehyung akhirnya sampai di depan pintu rumah Jimin. Sayangnya, sebelum beranjak masuk tanpa permisi langkahnya terburu kaku begitu satu bau manis menyambutnya.
Ia kenal sekali.
Jungkook sempat berdiri disini.
"Untuk apa manusia itu kemari?" Taehyung bergumam kecil. Sejak ia menghilang lebih dulu dan meninggalkan Jungkook kemarin malam, satu-satunya yang masih terngiang hanya rupa serta aroma manis manusia polos itu.
Tak ingin berlama lagi, Taehyung memutuskan masuk. Hingga pandangannya menjumpai Jimin yang tengah berbaring pada sofa di depan televisi.
"Seperti biasa, kau selalu lancang." Jimin terkekeh pelan. "Kenapa? Kau mencium bau manusia?"
Sontak saja Taehyung mengangguk. Memilih duduk pada sofa kosong di sebrang Jimin. "Dan aku mengenalnya."
Satu alis Jimin sontak terangkat. " Oh sungguh? Dia datang menagih uang sewa rumah ini. Ia anak dari pemiliknya."
"Hm. Aku bertemu dengannya sekali. Lebih tepatnya dia mengikutiku. Jika bukan karena menjaga kehormatan maka sudah pasti bocah sepertinya habis. Baunya terlalu candu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Reeks Zonden (vkook)✓
Fanfic"Apa ada kesempatan untukku menjadi manusia? Aku ingin belajar mencintainya dengan benar." *Dibuat untuk merayakan ulangtahun Jungkook. #BirthdayJungkook2018 #Taekook2018 #UkeJungkook2018 Don't copy or repost!