SALTING DAY

2.9K 126 0
                                    

Yang kemaren membuatku jadi salah tingkah
🍂

Keesokan harinya....

"ANAK ANAK ! SEKARANG IBU INGIN MEMBENTUK KALIAN BEBERAPA KELOMPOK, KALIAN INGIN DIBAGI BERDASARKAN APA ?" teriak Jina yang notabenya adalah guru PKN di Hankook.

Dalam seketika, kelas itu berubah riuh bak pasar.

"Berdasarkan tempat duduk aja bu!"

"Ah jangan, berdasarkan absen aja!"

"Ngak seru kalo begitu mending menurut geng aja!"

"Itu ngak adil tau!"

"Adil kok !"

"Ngak!"

" Berdasarkan geng lebih bagus sih....!"

" Gak seru kalo ada yang cupu masuk kelompok!"

"Ibu aja yang bagi !"

"UDAH.... UDAH.... MENDING KALIAN DIAM ! SEKARANG HITUNG DARI 1-6 " teriak Jina yang tampaknya sudah mulai naik darah.

Hingga mereka pun mulai berhitung.

Satu!

Dua!

Tiga!

Empat!

Lima!

Enam!

Satu!

Dua!

Sekarang tiba saatnya giliran Leona untuk berhitung. Namun apa yang terjadi?

Dia malah melamun seraya tersenyum sendiri seperti orang stress.

"LEONA!"
teriak seluruh warga kelas hingga ia terperanjat.

"Mmmm ada apa ?" tanya Leona dengan ekspresi polos.

"Kamu tadi kemana aja?" tanya Jina.

" Aku disini aja kok bu, gak kemana mana" jawabnya polos.

"Maksud saya, pikiran kamu itu melayang kemana !"bu Jina mulai terpancing emosi.

"Gak ada bu, pikiran saya ke pelajaran kok !" bohongnya.

"Kalo pikiran kamu emang ke pelajaran, sekarang kamu ibu tanya, barusan orang berhitung untuk apa? dan kamu dapet angka berapa ?" tanya Jina.

Leona hanya termangu ditempat saat pertanyaan itu dilayangkan oleh gurunya. Sekarang ia tak tau harus jawab apa.

"Mm....anu bu.... mmmmm...." gumam Leona.

"Kamu tidak bisa menjawabnya  kan " ucap bu Jina seraya menatapnya sinis disertai tawa mengejek seisi kelas.

Leona hanya bisa tertunduk. Sangat malu rasanya seperti ini, apalagi ditertawakan teman sekelas.

" Makanya jangan ngelamun mulu...." nasehat Jina.

" Iya bu...." angguk Leona.

"Eh Le ! kok lo ngelamun si?" tanya Jenny sambil mendorong pelan bahu Leona yang duduk didepannya.

"Iya nih, dari tadi gue perhatiin aneh banget! " timpal Felic.

"Senyum senyum segala lagi !" sahut Clarissa dengan mengulum senyum.

" Gue ngak ngelamun kok " ketus Leona dengan memberikan tatapan tajam pada kelima sahabatnya.

"Alah jangan boong lo! " bantah Raquel.

"Suer nih ! Suer !" Leona mengacungkan dua jarinya.

" Apa lo lagi jatuh cinta?" goda Lisa yang bisa merasakan suasana hati Leona.

" Apaan sih lo bilang begituan, ya enggak lah " pipi Leona seketika memerah.

"Hah tu kann pipi lo merah.... jangan boong lo !" ucap Felic sambil menunjuk pipi Leona.

" Ihh apa apaan si !" Leona menepis tangan Felic dari pipinya kemudian menutupi wajah dengan buku.

***

"Sekarang silakan susun meja dan kursi kalian berdasarkan kelompok masing masing!" perintah Jina.

Dengan segera mereka menyusun meja dan kursi menurut perintahnya.

Setiap kelompok terdiri dari 6 orang.

Tanpa disengaja, Leona sekelompok dengan Vino yang notabenya adalah orang yang ia sukai.

"What the hell ? Vino sekelompok sama gue ? yang bener aja ya Lord..... bisa salting seharian nih gue!" batin Leona rusuh.

"Le, lo masuk kelompok 3 ya ?" tanya Vino antusias berharap jawabannya 'Iya'.

"Mmmm..... iya, emangnya kenapa? lo juga masuk kelompok ini?" tanya Leona dengan gaya sok jual mahal. Padahal kondisi jantungnya sekarang lagi tidak stabil.

" Iya..... " jawab Vino dengan senyum khasnya. Lalu duduk dekat Leona, menatap lekat kearahnya.

"Ohh, berarti kita sekelompok dong... "  gumam Leona gugup apalagi sekarang Vino begitu dekat dengannya, tatapan maut itu membuatnya tak mampu berkutik.

"Anak anak sekarang buka buku halaman 7, tentang 'sistem pembagian kekuasaan di Indonesia' tolong kalian cari hal hal penting disana sesempurna mungkin nanti setiap kelompok akan mempresentasikannya kedepan "perintah Jina.

BAIK BUUU....!
jawab siswa serentak dan segera bekerja.

" Mmm,Le apa elo udah nemuin yang penting?" Vino semakin dekat hingga bahu mereka bersentuhan.

"Mm.... bentar yaa gue cari dulu" Leona membalik balik bukunya. Perasaannya campur aduk hingga ia sampai membalik halaman 27.

" Bukannya bu Jina tadi nyuruh halaman tujuh ya ?" tanya Vino.

" Oh... halaman tujuh ya ? ohh... iya sory gue lupa...." Leona menepuk dahinya.

" Njir.... kok bisa salah gini..., malu kan gue" batinnya.

" Nih gue dapet satu " celetuk Yoona yang dari tadi tampak fokus.

" Mana.... coba gua liat ?" periksa Stefan dengan setengah berdiri karena jaraknya dan Yoona cukup jauh.

"Menurut gua ini bener si! coba kalian liat deh ! nih udah gua garis!" Stefan mengopernya.

"Wah... ini bener dan sesuai banget !" ucap Vino dan Leona bersamaan.

Hening.

Semua anggota kelompok jadi saling pandang kemudian mereka tertawa diikuti dengan sorakan.

"Cie.... cie.... yang samaan nih yee!" sorak Vena

"Ihh lo apa apaan si !" Leona berusaha menahan senyuman.

" Kalian cocok kok!" dukung Arthur.

" Beneran cocok ? wah asik nih iya kan Le ?" Vino meletakkan tangannya di pundak Leona dan itu telah berhasil meraih grogi mode Leona.

"Duh dia pake ngeletakin tangannya di pundak gue lagi... kan gue tambah salting gini...." monolog Leona.

"Uhui.... kalian so sweet !" goda Vena.

"Ihh.... kalian apa apaan si!" sanggah Leona. Rasanya ia dikeroyok secara batin.

"Lo juga mau ? sini gua gandeng" Stefan meletakkan tangannya di pundak Vena.

"Kampret !ayo jauh jauh sana ketek lo bau bawang! " denggus Vena gugup. Padahal yang ia katakan tak benar adanya.

"Apa bau ?" Stefan mulai menciumi ketiaknya.

Seketika kelompok belajar itu berubah jadi seni pertunjukan komedi.

"Le.... liat aja nanti apa yang bakalan gua lakuin buat lo" batin Vino.


Vote 🍂
Komen 🍂
Follow 🍂
Lanjut 👇
Typo ? bilang aja langsung

AVSL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang