Malam

25 1 0
                                    

Aku terbangun saat malam sudah beranjak pekat. Masih kugenggam surat yang tadi aku terima darinya. Rasa sedih begitu membuncah di dalam dadaku. Seperti awan hitam yang bergelayut sebelum hujan deras menerpa. Aku berusaha beranjak dari tempatku terjatuh.

Tak ada yang menyadari aku tak sadarkan diri. Mungkin aku dikira sudah tidur, seperti biasanya saat aku melewatkan jam makan malam. Gelap. Lampu belum kuhidupkan sama sekali. Hanya cahaya samar masuk lewat jendela kamarku yang masih terbuka lebar.

Dengan pelan aku menyeret kakiku yang lemas menuju jendela, melongok ke luar. Hening, tak ada suara. Ini bukan malam minggu, jadi tak ada pula suara sayup-sayup orkes musik dari kampung belakang komplek. Biasanya hampir tiap minggu suara musik membahana terdengar mewakili para warga yang menggelar hajatan.

Langit cukup cerah. Hanya sedikit awan berusaha lalu lalang di sekitar bulan purnama yang menerangi malam. "Sudah purnama lagi," batinku.

Purnama adalah kesukaannya, Dodiku. Haruskah aku meneleponnya menanyakan tentang surat dan cincin itu? Tapi aku tak mau semua menjadi makin runyam. Aku hanya terdiam menyusupkan anganku dalam malam.

Harapan. Itulah yang Dodi selipkan dalam kehidupanku selama tiga tahun belakangan. Memberikan cahayanya yang bagaikan purnama kepada aku yang tenggelam falam pekatnya malam. Dia yang memulai mencintaiku dengan kesungguhan. Mendesakku keluar dari tempurungku yang gelap.

Ingin kurobek surat yang dia tujukan itu. Tapi aku tak sanggup. Sebuah kotak cincin tergeletak di lantai kamarku. Menyisipkan sendu yang makin membelenggu.

***
Kuhabiskan hari-hari setelahnya dengan terpekur di tempat tidurku. Seakan tak ada yang bisa menggerakkanku. Kuabaikan semua pesan dan telepon yang masuk. Bahkan kadang kubiarkan gawaiku kehabisan daya untuk beberapa hari.

Nafsu makanku berkurang. Tak ada yang bisa memaksaku untuk makan. Bahkan makanan kesukaanku yang dimasak oleh si Mbok tidak membuatku tergerak untuk menghabiskannya. Dari yang masih menunjukkan wajah setidaknya satu kali sehari kepada si Mbok, lama-lama hanya makananku yang ditinggalkannya di depan kamar.

Si Mbok sangat memperhatikanku. Dia membantu Mama merawatku semenjak aku kecil. Karena kondisi fisikku yang tak terlalu baik sejak kecil, Mama mempercayakanku kepada si Mbok di tengah kesibukannya di perusahaan. Meski demikian, si Mbok tak pernah luput untuk melaporkan kondisiku kepada Mama. Dan Mama pasti langsung hadir di sebelahku saat kondisi fisikku sedang turun.

Dua setengah bulan berlalu. Hanya malam yang menjadi saksi isak tangisku. Mengingat semua kenangan yang diciptakan antara aku dan Dodi. Setiap kali tangisan itu berakhir dengan tidur aku selalu berharap yang terjadi adalah mimpi dan semua akan berubah begitu aku membuka mata.

Ternyata tidak. Hari ini tepat tiga bulan Dodi memutuskan aku. Perasaanku tak berubah dari kesedihan saja. Harapan itu semakin menjauh rasanya. Pikiranku mulai dirasuki keputusasaan. Harap yang aku bawa semenjak awal bersamanya semua sudah hilang sirna.

Aku keluar kamar dan menuju ke lantai bawah. Kulihat tiada orang di dapur. Si Mbok rupanya sedang mencuci pakaian di kamar mandi belakang. Aku menoleh ke bak cuci piring. Semua barang tertata rapi pada tempatnya, termasuk pisau.

Kuambil sebuah pisau, kecil, yang biasanya kupakai untuk mengupas buah. Aku melangkah menuju kamar mandi tamu yang ada di dekat situ. Langkahku seakan otomatis untuk masuk ke dalamnya. Kuhidupkan kran wastafel, kencang. Air mengalir begitu derasnya membentuk pusaran untuk masuk ke lubang pembuangan.

Pisau itu tergenggam erat di tanganku. Harapan yang sungguh musnah dari benakku yang penuh cinta beberapa waktu lalu. Padahal aku baru saja tahu, ada tanda dua garis merah di alat tes yang lama tersimpan di laci mejaku.

Tapi aku sungguh tak sanggup, menahan tangis di benakku terdalam. Maafkan aku, yang tak mampu bertahan anakku. Karena aku telah kehilangan purnamaku. Seketika semuanya menjadi merah dan gelap.

#30DWC #30DWCjilid14 #Day16

Senja yang Datang KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang