PERTEMUAN TAK TERDUGA

12 2 0
                                    

Mengapa kegelisahan ini tak pernah berhenti, kendati hubungan ini telah mati.

      Sehari sebelum kembali ke London, ia memutuskan untuk membeli beberapa oleh-oleh untuk Aditama sebagai tanda minta maaf dan tentu saja untuk papa mamanya juga. Ketika ia melihat-lihat baju, ia tak sengaja melihat seorang pria berjalan dengan segelas kopi di luar yang mirip dengan Rayhan. Namun ia menghiraukannya, ia berpikir itu mungkin hanya khayalannya saja. Setelah itu, ia berjalan menyusuri sepanjang De 9 Straatjes atau The Nine Streets. Kemudian ia merasa sedikit pusing, kepalanya berputar dan pandangannya agak kabur seperti ada kabut dimatanya, mungkin ia kelelahan. Ana memutuskan duduk di kursi dekat taman. Setelah ia merasa sudah lebih baik, ia memutuskan untuk pulang ke penginapan dan bersiap.

Ketika akan menyebrang, Ana melihat seorang pria dengan blus semi formal dan tas slempang tepat dihadapannya, dan pria itu melihatnya. Kemudian pria itu berlari menjauhinya, Ana pun langsung mengejarnya. Pria itu terus berlari melewati gang-gang kecil, namun Ana berhasil mengejarnya.

" Rey! Rayhan! Rayhan! ", panggil Ana.

Namun Rayhan tak menghiraukannya, ia begitu terkejut karena bisa bertemu dengan Ana di negara ini. Ia sendiri berusaha untuk tidak lagi berurusan dengan wanita ini.

" Rayhan! Berhenti! Ray! ", panggil Ana. Ia tampak kelelahan, kepalanya kembali berputar, pandangannya mulai buram. Namun Ray masih tetap saja berlari. Lalu semua menjadi gelap.

...

" Where am I? ", kata Ana seraya bangun, kepalanya masih berputar.

" You in apartement, Ana ", tanya Abel.

Ana tidak menyangka bahwa ia berada disini sekarang. Ia sedikit lupa apa yang terjadi. Ia berusaha mengingat apa yang terjadi, hingga ia mengingat bahwa ia berlari mengejar Rayhan dan semuanya menjadi gelap.

"Why did I get here, even though I'd been in The Nine Street ? ", tanya Ana heran kepada teman-temannya.

"Someone brought you here, he said you were exhausted and fainted ", kata Amy.

" Who? ", tanya Ana.

" I don't know. He just go ", jawab Amy.

" He? ", ( kata Ana dalam hati ). Apakah dia Rayhan? Mengapa dia berlari menghindariku. Aku langsung berlari keluar apartement dan menyusuri jalan. Entah mengapa aku berharap dia masih disini mencemaskan diriku. Apa aku yang bodoh karena masih saja berharap padanya, apa yang sebenarnya kupikirkan? Aku sudah bertunangan dengan Adi tetapi aku sibuk memikirkan Rayhan.

Aku melihat seorang pria duduk di sudut jalan dekat apartemenku. Aku berlari menghampirinya,

" Aku tahu kalau itu kamu, Rey. Tetapi mengapa kau menghindariku ? ", tanya Ana kesal.

" Bagaimana kondisimu? Masih pusing? Apa perlu kuantar ke rumah sakit terdekat? ", tanya Rayhan yang masih asyik menyeruput kopinya yang kemudian memandang Ana.

" Jangan mengalihkan pembicaraan, Rey. Apa kamu tahu apa yang aku rasa selama ini? Apakah aku bisa menjalani hari-hariku senormal mungkin dengan kenangan-kenangan yang terus bermunculan dikepalaku. Aku bahkan selalu ingin bertemu denganmu, Rey ", kata Ana.

" Kamu tampak sehat, aku akan kembali. ", kata Rayhan. Kemudian Ana menghadangnya.

" Mengapa kau bersikap acuh kepadaku? Mengapa kau menghindariku. Kalau kau memang ingin semua ini berakhir, apakah kita tidak bisa walau hanya menjadi teman atau kakak dan adik kelas seperti biasanya? ", tanya Ana.

" Kau sudah milik orang lain, Ana. Aku bukanlah siapa-siapamu. Lagipula aku tak punya masalah apapun padamu. Jadi, pergilah! Jangan menghalangiku! ", kata Rey tegas.

" Apakah waktu yang telah kita lewati bersama selama ini tidak berarti bagimu, Rey? Hingga kau dengan mudahnya pergi dan berbicara kasar seperti ini kepadaku. Apakah kata-kata yang terlukiskan di setiap baris dalam suratmu tidak ada maknanya bagimu? ", kata Ana.

" Cukup Ana! Jangan seperti ini! Kamu sudah memiliki Adi, belajarlah untuk mencintainya. Kenapa kau terus seperti ini? ", kata Rey marah.

Sebenarnya Rayhan tidak ingin bersikap demikian kepada Ana. Tetapi ia tidak punya pilihan. Jika ia bersikap seperti biasa kepada Ana, perasaannya pun akan semakin tak terkontrol. Ia sendiri masih terus –menerus memikirkan Ana, tetapi apa yang bisa ia perbuat? Melihat wajahnya saja sudah membuat Rayhan ingin terus bersamanya, memilikinya, dan tidak ingin melepaskannya. Kemudian Rayhan berlari meninggalkan Ana dibelakang.

" Rayhan!!! ", teriak Ana. Ia menangis dan bersimpuh. Ia begitu sedih. Ia begitu merindukannya.

Rayhan terus berlari meninggalkan di belakang sendirian. Punggung tegap itu tak mungkin bisa ia jagakan untuk bersandar. Punggung itu tidak bisa lagi menjadi tempatnya menangis. Ana tak percaya bahwa yang barusan terjadi ini nyata. Ia merasa semakin jauh dengan Rayhan. Jarak yang tercipta terus semakin jauh semakin jauh, jauh tak tergapai.

Adimarga CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang