PERTIKAIAN

14 2 0
                                    

    Tidak terasa, enam bulan sudah Ana menghabiskan waktu di Eropa. Adi pun setia menemaninya, ketika ditanya tentang urusan pekerjaannya di Indonesia, Adi dengan santai menjawab bahwa ia telah meminta wakilnya mengurusi bisnis untuk sementara waktu. Dia juga sudah ijin kepada kedua orang tuanya. Dasar anak nakal!

    " Apakah benar tidak apa-apa? Kau telah meninggalkan Indonesia dan perusahaan beberapa bulan. Aku yakin orang tuamu juga khawatir kepadamu ", kata Ana memastikan.

" Kamu sendiri bagaimana? ", Tanya Adi balik.

    " Sebenarnya aku pun merindukan mereka. Mungkin ini saatnya aku mengakhiri perjalananku. Aku tidak bisa terus lari seperti ini. Aku harus belajar untuk bersikap lebih dewasa ". kata Ana mantap.

" Terima kasih ", kata Adi, ia memandang wajah wanita yang duduk di depannya itu.

" Untuk apa ? ", Tanya Ana bingung. Kemudian Adi hanya berjalan meninggalkannya.

" Adi! ", ucap Ana kesal sambil mengejar Adi.

     Tiga hari lagi Ana dan Adi memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Ana merasa sudah cukup puas menikmati semua ini. Ana merasa tidak bisa terus-menerus lari. Ia harus bisa memilih dan bertanggungjawab untuk setiap pilihannya.

     Ketika mereka sedang membeli oleh-oleh di Oxford Street. Adi melihat seorang pria yang sedari tadi seperti mengamati mereka. Namun Adi menghiraukannya, ia tidak mengatakan apapun kepada Ana, ia tak ingin Ana cemas nantinya. Setiap berpindah tempat, pria itu terus saja mengikutinya. Adi menjadi semakin kesal karenanya. Lalu Adi mengajak Ana untuk mampir ke cafe sebentar, Adi bilang kepada Ana bahwa ia sedikit lelah. Ia ingin beristirahat sejenak. Ia juga merasa lapar. Ana hanya tersenyum melihat tingkah Adi yang seperti anak-anak.

    Saat mereka makan, Adi melihat pria itu lagi dari balik jendela. Pria it uterus memandangi tempat mereka duduk dengan sesekali berjalan mondar-mandir.

     " Aku ke toilet dulu, ya ", pamit Adi.

    Tetapi ia berbohong, ia mendatangi pria itu. Ia ingin bertanya mengapa pria itu terus mengawasi mereka. Pria itu berusaha lari, Adi mengejarnya. Mereka berlari melewati beberapa gang sempit, berputar-putar, belok ke kanan. Pria itu berlari cukup kencang, Adi berusaha untuk mengimbangi, ia tidak ingin kehilangan jejak. Melewati gang kecil, belok ke kiri secara tiba-tiba dan terus berlari. Adi berusaha menangkap pria itu.

    " Lepaskan! ", kata pria itu ketika Adi berhasil mencengkram lengannya.

    " Aku mohon! Aku takkan mempermasalahkan hal ini kepada polisi karena kau mengawasi kami sedari tadi. Aku tahu kalau kau mengikuti kami. ", Kata Adi ngos-ngosan.

    " Lepaskan! ", teriak pria itu berusaha mendorong Adi. Tetapi Adi berusaha bertahan dengan sisa-sisa tenaga yang ia punya.

    " Aku mohon! Siapa kamu? Aku tidak mengenalmu. Kau mungkin saja kenalan Ana atau apalah itu, ada hubungan apa kau dengan Ana? ", tanya Adi.

    " Aku adalah cinta sejatinya, Puas? ", kata pria itu dengan nada tinggi, matanya melotot, ia membusungkan dadanya di depan Adi. Adi langsung melepas cengkramannya.

    " Aku adalah cinta sejatinya, hingga kau datang. Orang tuanya pun lebih memilihmu. kau merusak semua rencanaku. Aku adalah orang yang selalu ingin membahagiakannya. Aku memang tidak sekaya dan semapan dirimu. Tetapi akulah yang berhak atas dirinya, bukan kamu! ", bentak Rayhan.

    Rayhan sudah tidak bisa menahan diri lagi. Sekian lama ia berusaha menghindari Ana. Ia berusaha untuk tidak memikirkannya lagi, namun Ana selalu datang dalam mimpinya. Hingga pertemuan mereka di Belanda, selama beberapa bulan ia terus memikirkan hal ini hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengutarakan sekali lagi perasaanya. Ia akan memperjuangkan apa yang seharusnya ia perjuangkan, cinta sejatinya.

Adimarga CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang