「#6」

4.4K 304 4
                                    

WARNING!
Mature content.

Hyunjin keluar dari kamar mandi dengan masih menyimpan kemarahan. Rambutnya basah kuyup. Dan seluruh pakaiannya yang basah teronggok di lantai. Sebuah gerakan di sudut kamar membuatnya menoleh. Changbin berdiri di sana, bekas-bekas pukulan Hyunjin masih menimbulkan memar-memar di sana sini, tetapi lelaki itu sepertinya sudah diobati.

"Bagaimana dia?" tanya Hyunjin dingin.

"Dokter sedang menanganinya, paru-parunya kemasukan cairan. Tuan Hyunjin sendiri, Anda tidak apa-apa? Terjun dari lantai dua seperti itu hanya untuk menyelamatkan perempuan itu─"'

Hyunjin melirik pada Changbin dengan tatapan tajam, lalu meraih handuk untuk menggosok rambutnya yang basah, "Tadinya aku berniat membunuhnya."

"Kalau begitu kenapa Anda menyelamatkannya?"

Hyunjin membalikkan tubuhnya dan menatap Changbin dengan mata menyala-nyala, "Karena aku memutuskan, belum saatnya dia mati," mata elang Hyunjin bagaikan berbinar di kegelapan, "Dan kau, kenapa kau sengaja membiarkannya lolos?"

Changbin menatap Hyunjin, tampak ada keterkejutan di matanya meskipun sekejap kemudian dia langsung memasang wajah datar, "Saya tidak sengaja membiarkannya lolos."

"Kau pikir aku bodoh?" suara Hyunjin menajam, setajam tatapannya, "Kau adalah pengawalku paling berpengalaman, tak mungkin kau bisa diperdaya gadis itu, kecuali kau memang membiarkan dirimu diperdaya."

Changbin menelan ludahnya, "Saya ingin membebaskannya, saya takut dia akan membawa masalah untuk kita."

Hyunjin melempar handuknya dengan marah ke sofa, "Dalam dua hari ini kau sudah dua kali mengambil keputusan sendiri dan menentangku. Dengarkan ini baik-baik, Seo Changbin," suara Hyunjin dalam dan mengancam, "Sekali lagi kau membuat kebodohan yang merepotkanku, bukan hanya pukulan yang kau dapat, aku akan menghabisimu secepat aku yang aku bisa."

Suara ancaman itu masih menggema di kegelapan, bagaikan janji Iblis yang memanggil-manggil meminta nyawa.

***

Ketika Shin Ryujin terbangun, yang dirasakannya pertama kali adalah rasa sesak di dadanya. Dia menggeliat panik, mencoba menarik napas sekuat-kuatnya, dalam usahanya mencari oksigen sebanyak-banyaknya.

"Tenang, kau sudah ada di daratan, kau bisa bernafas secara normal," Suara Hyunjin membawa Ryujin kembali pada kesadarannya.

Dengan waspada dia menoleh dan mendapati Hyunjin sedang duduk di tepi ranjangnya. Ryujin beringsut sejauh mungkin dari Hyunjin dan tingkahnya itu memunculkan secercah gelenyar geli di mata Hyunjin.

"Apakah kau takut padaku setelah kejadian tadi?" Nada gelipun terdengar dalam suara Hyunjin.

Kurang ajar, batin Ryujin dalam hati. Dia berjuang meregang nyawa, dan lelaki ini malah duduk disini menertawainya. Tetapi, apakah benar Hyunjin yang terjun ke kolam waktu itu dan menyelamatkannya? Kenapa? Bukankah jelas-jelas dalam kemarahannya Hyunjin sudah memutuskan untuk membunuhnya? Kenapa lelaki itu berubah pikiran?

"Ya, aku memang menyelamatkanmu," Hyunjin bergumam seolah-olah bisa membaca pikiran Ryujin, "Tetapi itu bukan demi dirimu, itu demi kepuasanku."

Ryujin menatap Hyunjin geram, "Apa maksudmu?"

Dengan tenang lelaki itu melepas dasinya, gerakannya pelan tetapi mengancam hingga tanpa sadar Ryujin bergidik dan beringsut menjauh.

"Aku tidak suka bercinta dengan mayat," Senyum di bibir Hyunjin tampak kejam, "Kau lebih nikmat kalau hidup dan bernafas."

SPOILER | hhj ft. srj✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang