「#12」

3.8K 287 16
                                    

"Nanti aku akan menyusulmu kalau aku sudah puas disini," Api menyala di mata Hyunjin, dan tampak jelas lelaki itu mencoba menahan diri, "Terserah, nanti temui aku di ruang kerjaku," suaranya lebih seperti geraman, kemudian membalikkan badan dengan marah.

***

Setelah puas menikmati hujan, Ryujin masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian dan makan malam. Dia sengaja tidak menemui Hyunjin, lagipula sepertinya lelaki tadi hanya asal bicara ketika bilang ingin berbicara tentang hari ulang tahunnya. Ryujin tidak yakin kalau Hyunjin akan menunggunya. Lelaki itu sepertinya sangat sibuk dan punya banyak urusan.

"Kenapa kau tidak menemuiku di ruang kerjaku?" suara di kegelapan itu mengagetkan Ryujin. Dia menajamkan matanya dan melihat Hyunjin duduk di sana, di keremangan kamarnya.

"Kenapa kau masuk ke kamarku tanpa izin?" Ryujin berteriak kaget. Tangannya meraba-raba saklar lampu di dinding, berusaha menghilangkan kegelapan yang menyelubungi Hyunjin karena lelaki itu tampak lebih menyeramkan di antara cahaya yang remang-remang.

Ryujin berhasil menyalakan lampu dan cahaya itu langsung menyelubungi Hyunjin. Lelaki itu duduk di sofanya, dengan santai, hanya memakai piyama sutera warna hitam dan disebelah tangannya memegang gelas minuman. Ryujin melirik ke botol brandy yang entah berasal dari mana, yang sepertinya sudah dituang Hyunjin selama menunggunya. Apakah lelaki itu mabuk? Jantung Ryujin mulai berdegup. Dalam keadaan sadar saja emosi Hyunjin sangat tidak mudah ditebak, apalagi dalam kondisi mabuk.

"Apa yang kau lakukan di sini, Hyunjin?" Hyunjin mendengus dan menatap Ryujin dengan tajam, "Kau pikir apa? Aku menunggumu di ruang kerjaku dan kemudian menyadari bahwa kau, dengan kepalamu yang keras kepala itu memutuskan untuk melawanku," Ryujin mundur ke belakang, melirik pintu putih itu, dan berusaha sedekat mungkin di sana, sehingga ketika Hyunjin bertindak di luar batas dia bisa segera melarikan diri.

Hyunjin tersenyum melihat tingkah Ryujin, "Kau seperti kelinci ketakutan lagi, Shin Ryujin. Apakah kau takut aku akan melakukan sesuatu yang kejam? Seperti mencampurkan obat di minumanmu, atau melemparkanmu dari balkon lagi?" Hyunjin menyeringai, meletakkan gelasnya dan berdiri, makin lama makin mendekati Ryujin.

"Apakah kau mabuk, Hyunjin?" Ryujin melirik ke arah pintu, hanya butuh beberapa detik kalau Ryujin ingin melarikan diri dari Hyunjin. Dia pasti bisa melakukannya.

"Hwang Hyunjin tidak pernah mabuk," Hyunjin melangkah mendekat dengan tenang, seperti singa yang mengendap-endap mengincar mangsanya, "Dan kau.... Seharusnya kau mendengarkan apa yang kuperintahkan, Shin Ryujin."

Ryujin tahu di situlah titiknya. Di situlah titik Hyunjin kehilangan kesabarannya, karena itulah Ryujin langsung melompat dan mencoba melarikan diri ke pintu. Dia berhasil membuka pintu itu sedikit, sebelum dengan gerakan lebih cepat dan tanpa suara, Hyunjin sudah ada dibelakangnya, mendorong pintu itu menutup kembali sebelum sempat terbuka. Hyunjin mendorongnya rapat ke pintu, dan dengan terkejut Ryujin bisa merasakan kejantanan Hyunjin yang mendesak keras di bagian belakang tubuhnya. Dia ingin bergerak dan menghindar, tetapi ternyata Hyunjin sudah menahannya di semua sisi. Ryujin ketakutan. Apakah dia akan dipaksa lagi? Udara mulai terasa menyesakkan dan Ryujin mulai terengah-engah.

"Aku tidak pernah bercinta sambil berdiri," Hyunjin berbisik di telinganya dengan bisikan panas yang membuat sekujur tubuh Ryujin menggelenyar, "Dan kau membuatku ingin melakukannya."

Ryujin terkesiap, mencoba meronta sekuat tenaga. Tetapi percuma karena Hyunjin begitu kuatnya, "Apakah kau akan memaksaku lagi, Hwang Hyunjin?" Ryujin berteriak di tengah usahanya membebaskan diri, "Kalau iya, maka kau sudah membuktikan kepadaku, kalau kau memang adalah lelaki bajingan yang hanya bisa mendapatkan wanita dari pemerkosaan."

SPOILER | hhj ft. srj✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang