Chapter 16*

1K 156 40
                                    




           


Tubuhku bergetar hebat, meringkuk dibalik pintu kamar yang ku tempati, dada ini.. ah tidak, ini bukan sakit. Tapi jantungku yang berdetak kencang.

Taeyeon? Itukah kau? Kau disini. Di tempat yang sama denganku. Apa yang harus aku lakukan.. pasti sangat canggung dan kaku sekali.

Aku diam sejenak.. seketika aku ingat dimana malam yang mengerikan dalam hidupku kembali, menakuti, menghantui. Rasa bersalah dan penyesalan sampai saat ini masih menghampiri.

"God, Please help me." Mungkin ini sudah saatnya aku menjelaskan dan meminta maaf pada Taeyeon. Apapun yang terjadi harus ku hadapi.

"Huhh.. tenangkan dirimu Tiffany, sudah tiba saatnya." Aku memejamkan mata dan menghela nafas, meyakinkan diri dan menyeka air mata yang telah membasahi pipiku.

.

" Khmm.. Tae, kau sudah makan?" Tanya ku, saat menghampirinya di ruang tv melihat-lihat sisi dari apartemen ini.

"Eoh? Nae, aku sudah makan." Jawabnya tanpa melihatku. Ku rasa Taeyeon sedang melihat foto yang  ada di figura dekat tv. Ya, foto kami dan tentu dengan sahabat-sahabat ku yang lain saat masih di perguruan tinggi dulu.

"Oh syukurlah"

"Hmm.. Pany-ah, anak-anak?" Tanya Taeyeon yang telah membalik kan dirinya menghadapku. "Pany-ah" aku mendengarnya menyebut namaku dengan seperti itu.

"Mereka sedang tidur dikamar sebelah." Jawabku dan menoleh ke arah kamar yang ku maksud.

"Mereka sudah-"

"Mereka sudah makan." Aku menjawab pertanyaannya yang belum sempat ia tanyakan padaku.

Pandanganku bertemu dengan pandangannya, diam saling menatap. Deg..Deg..Deg jantungku berdatak dengan kencang bahkan lebih dari yang ku rasakan tadi.

"Pakailah ini, keringkan badanmu. Aku akan membuatkan coklat panas untukmu." Aku tersadar, lalu ku berikan sehelai handuk untuknya.

"Nae, gomawo." Itu yang ku dengar terakhir saat berjalan menuju dapur.

Chh.. aku benci suasana seperti ini, mengapa kaku sekali. Bahkan dulu saat pertama kali dengannya pun tidak separah ini. Seperti.. "orang asing".

Aku melihatnya sedang mengeringkan rambut dengan handuki yang ku beri dan sepertinya Taeyeon menerima telepon dari seseorang.

"Aku sudah berada di tempat, anak-anak sedang tidur. Kau kembali lah jika keadaannya sudah membaik" Itu yang ku dengar dari Taeyeon, "Ah Seolhyun" pikirku.

Aku mengeritkan keningku dengan masih mengaduk coklat panas yang ku buat. Lalu aku tersenyum melihat tingkahnya yang kesulitan. "Harusnya kau lepaskan dulu kemejamu, baru kau angkat teleponmu, bodoh." Ucapku berjalan menghampiri, meletakkan coklat yang ku bawa dimeja.

Aku memandangi TAeyeon dari belakang punggungnya. Aku ingat, kata-kata itu..

Flashback

"Cepatlah ganti pakaianmu, boo. Setelah itu bantu aku menyiapkan makan malam."

"Arraseo ma dear.." Aku hanya menggelengkan kepala saat melihat tingkahnya atas perinta  yang ku minta.

Kriiiing..kriiing...

"Yeoboseyo."

"Taeyeon-ah" Aku lihat Taeyeon mengangkat telepon dari seseorang.

"Who?" Tanya ku pelan padanya, penasaran.

"Yuri.." Jawabnya pelan, dan aku mengangguk tanda mengerti.

I Love Someone Else/?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang