Nabi kita shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Yang termasuk fitrah manusia itu ada lima (yaitu): khitan, mencukur bulu kemaluan, mencukur kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak" (Riwayat Bukhari dan Muslim)
"Potonglah kukumu, saya tidak ingin ada korban cakar-cakaran atau cidera karena kukumu" Shireena tersenyum membaca surat kedua di hari selasa
"jangan tersenyum, saya tidak suka" Shireena melongo membolak balikkan kertas yang dipegang, tidak ada cctv disini.
"Jangan cengo, kamu kelihatan seperti orang bodoh" Shireena cemberut
"Jangan manyun, sesungguhnya memiliki wajah penuh senyum itu ibadah namun tunjukkan pada mahrommu bukan pada sembarangan orang" Shireena memutar bola mata kesal, "katanya disuruh senyum kan kalau senyum seadanya juga masuk pahala, ibadah juga sedekah. Gimana sih!"
"Jangan ngedumel, itu tidak baik untuk kesehatanmu. Hati menghitam, kalau mau mengomel wajib di dengerin orangnya biar lega" Shireena menghela nafas.
Pemberian selanjutnya bernote tentang berhias. Darimana Shireena tau? Karena ia baru saja menggooglenya. Membuka kotak kecil bersampul Hello Kitty berwarna pink, warna kesukaan Shireena. Ciri wanita banget bukan, hobi pink, dann ternyata Rafqis juga sama, penyuka warna pink!
Isi kotak itu berisikan kaus kaki berwarna cream, pink, ungu, biru, abu-abu motif seperti ukiran henna simple. "Cantik, minggu lalu sudah hijab sekarang kaus kaki, besok apalagi?" Ketukan jemari tangan dimeja sebagai iringan berfikir.
"Cincin tunangan" Zaskia masuk dengan senyum lebar, menyeru dengan berbagai tumpukan kertas dalam dekapannya. "Apa kondisimu sudah membaik?"
"Ya, seperti yang kau lihat sekarang ini" Shireena tersenyum ramah, "duduklah, temani saya sebentar"
Menurut. Zaskia duduk, lalu meneliti penampilan Shireena dari atas hingga bawah, yang menjadi objek tak penting Zaskia adalah mata Shireena, "Hmm, kantung matamu bagus juga. Apa tadi malam kamu membuatnya lagi?"
"Tentu, aku sama sekali tidak ada selera untuk tidur. Apa kau tau, saat ini aku masih memikirkan Rafqis. Lihatlah, kirimannya, sebuah kaus kaki. Apa kau mau?" Shireena menjejerkan kaus kaki itu di atas meja agar Zaskia memilihnya sendiri. Shireena tidak bohong, kepalanya berisikan nama Rafqis terus menerus.
"Namanya gratisan, why not" mereka tertawa bersama. Dengan Zaskia, Shireena merasa sudah akrab lama padahal interaksi terdekat mereka baru terjadi di minggu lalu saat ia sedang galau-galaunya. Pembawaan Zaskia yang mungkin karakternya sebelas dua belas bisa disandingkan. Shireena kira Zaskia wanita single tapi semalam saat mereka berdebat di waktu Shireena sedang galau membuatnya tau bahwa Zaskia ternyata sudah menikah dan itu dengan Deni. Pria menyebalkan, yang tidak mau memberitau dimana Rafqis berada.
"Sudahlah Shireena, apalagi yang kamu fikirkan tentang Rafqis. Kamu udah kayak tengkorak hidup, polesanmu juga berantakan nggak seperti pertama kali yang kulihat. Kalau kamu begini sama aja kamu memupuk ladang dosamu" Zaskia mengambil kaus kaki berwarna abu-abu, "aku ambil yang ini aja"
"Apa maksudmu?" Shireena mengumpulkan kertas kado yang ia robek tadi dan meremasnya pelan, menjadikan bola kertas kecil lalu melemparnya ke tong sampah.
"Maksudku, Rafqis bukan mahrom untukmu, kalau kamu terus memikirkannya bukan cuma kamu yang memupuk dosa tapi Rafqis juga walaupun dia nggak tau apa-apa"
Shireena memundurkan sedikit kursinya kebelakang, meluruskan otot kaki, membuka high hells yang seperti terasa pengap di kaki. Pembicaraannya menarik, lagi seputar mahrom, Rafqis selalu membawa-bawa nama itu, ini kesempatan untuknya mengorek sedikit tentang kebenaran sebuah nama bernama mahrom. Tidak dari Rafqis dari Zaskia pun jadi, bukankah sama saja. Kalau Rafqis berbicara selalu gantung semoga saja dengan Zaskia tidak, sebab ia mengatakannya dengan cara melihat lawan bicaranya bukan malah menatap benda lain.
Mengangguk saat Zaskia mengambil sepasang kaus kaki itu masuk ke kantong blazernya. "Aku nggak lagi berduaan dengan Rafqis seperti yang biasa Rafqis takutkan"
"Hal biasa jika kamu melihat perahu di atas air, namun bahaya bila melihat air dalam perahu. Maka engkau boleh berada di hati dunia tapi jangan kamu tempatkan dunia di dalam hatimu Shireena
"Nafas kali ini masih bisa kita hirup pertanda diri kita masih hidup. Kelak nafas tak lagi bisa dihela dan itu menanda kita sudah meniada. Sadarkah kita, ada tanggung jawab setiap detik yang berlalu? Atau kita sudah lupa diri dan waktu bahwa semua kan dipertanggungjawabkan pada Sang Penentu.
"Shireena, mungkin omonganku masih tabu bagimu tapi perlakuan Rafqis padamu sebenarnya bukan perlakuan biasa. Kamu mungkin nggak sadar karena itu semua tertutup oleh keangkuhanmu"
Shireena terdiam. Yang dikatakan Zaskia benar, keegoisannya mungkin membawa pada rasa tak mau dibenarkan. Sudahkah waktunya Shireena membuka hati untuknya? Lalu bagaimana dengan perjanjiannya dengan Om Demian?
"Kamu tau apa yang baik untukmu, kamu yang paham bagaimana dirimu, buatlah dirimu berharga. Jadikan dia mahrommu. Rafqis begitu menjagamu dengan segala keanehan yang kamu anggap itu. Kirimannya bukanlah barang mahal karena dia bukanlah orang sosialita yang serba glamor. Kamu akan tau kalau kamu melihat sisi lain Rafqis
"Jangan biarkan dosa itu terus menggunung, katakan jika kamu ingin dan pergi jika kamu tak suka"
Kalimat Zaskia seperti usiran secara halus, berkata itu mudah bertindaklah yang sulit.
"Aku keluar dulu. Aku jamin nanti, ketika kamu menyesal saat kehilangan itu benar ada dan sakitnya akan sulit beranjak darisana"
Zaskia keluar dari ruangan, sepanjang kepergiannya Shireena memikirkan banyak kemungkinan. Semua berkaitan dengan Rafqis. Dari Mama, Deni, begitu juga Zaskia
Shireena menghela nafas kasar menyambar kunci mobil serta berjalan keluar. Ingin mengistirahatkan fikiran. Tidur lebih baik, sudah tiga hari Shireena lupa caranya tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cantik - Rahasia Di BALIK NIQAB || Edisi Revisi📝
EspiritualAllah telah mengetuk pintu hatiku. Aku bersyukur masih di beri kesempatan untuk bertaubat dengan-Nya. Terimakasih telah memberikan perantara yang membuatku kembali pada-Mu. Semua hal itu baik, bila sudah menjadi keputusan-Mu semuanya tetaplah baik...