Cantik - Episode Tujuh Belas🍃

53 5 1
                                    

“Katakanlah ada apa?”

Om Demian tersenyum miring. Pagi ini mereka melakukan pertemuan di sebuah apartemen hasil pemberian warisan dari Mamanya Rafqis. Enggan diluar sebab katanya Om Demian merasa tidak enak badan——rasanya Shireena ingin muntah. Manusia setengah gila ini ternyata bisa merasakan sakit rupanya, Shireena kira Om Demian itu batu tidak akan merasakan sakit sama sekali.

“Aku masih ingat jelas kau menendang asetku!” 
Memutar bola mata malas Shireena berujar.., “aku nggak punya banyak waktu membahas soal itu-itu saja. Katakana apa maumu” hilang kesopanan Shireena terhadap Om Demian. Mengambil tas hitam channel Shireena membuka resleting lalu mengeluarkan surat kepemilikan harta atas nama dirinya. “inikan maumu? Sudah! Tugasku selesai, sekarang segala asset kepemilikan harta Rafqis sudah menjadi milikku. Tinggal membalik nama atas namamu” kemudia Shireena memilih beranjak--- pergi darisana. Gaya saja sakit melihat semua asset sudah di tangannya rumput yang sempat mati mendadak menghijau kembali. Gerutunya.

“wow..wow..wow.., ini terlalu cepat Shireena. Permainan kita belum selesai” di atas sofa sana laki-laki tua itu sedang menyilangkan kaki dengan wajah congkak. “kau tidak bisa pergi begitu saja” memberikan kode dua kali tepukkan muncullah Marco sedang melihat tajam nan bengis. “Kejuttannnnnnnn” katanya seraya tertawa membahana. “Dia keponakanku” 

Shireena mengangguk paham, “lalu?” katanya santai.
Om Demian lagi-lagi memberi kode dengan gerakan kepalanya. Seolah paham Marco mengeluarkan senjata api membidik Shireena lalu menembakkan peluru itu dan mengenai perutnya.

Diam terpaku.., tidak siap dengan tindakan mendadak SHireena hanya bisa pasrah. Memegang perutnya lalu melihat ternyata ia berdarah——ini bukanlah mimpi. Ini nyata. Setetes air mata jatuh disusul dengan robohnya pertahanan diri. Kaki jenjangnya sudah tidak memiliki tenaga dalam menopang bobot tubuhnya sendiri. Akankah ini akhir dari perjalanannya?

Akankah ini akhir dari kisah cinta yang baru di mulai? akankah segala senda gurau bersama Rafqis kemarin malam menjadi perpisahan mereka? Akankah ia tidak lagi bisa melihat pria itu? 

Hanya Allah saja yang tau bagaimana sakitnya peluru ini membius kesadarannya. Hingga perlahan segala yang terlihat oleh mata menjadi gelap bersama lunglainya tangan yang mungkin tidakkan bisa lagi menyentuh, mengusap, wajah tenang Rafqis.

======●●●======

Rafqis baru terbangun pukul 07.30. Ia melihat disisinya sudah kosong. Sehabis subuh tadi ia merasakan getaran aneh., merasa lelah padahal tidak sedang melakukan apa-apa. Hingga tanpa tersadar ia tertidur dengan menggenggam tangan Shireena. Bahkan ia sempat mengecup punggung tangan itu sampai ia benar-benar ketiduran. Dalam raut tidur yang Rafqis perhatikan ada gurat-gurat sedih serts kerutan kening yang kembali tergambar pada wajah lelapnya. Hatinya merasa iba.., tidak tega mengatakan juga bertindak lebih jauh lagi. Tapi kondisi Shireena sedang dalam keadaan terancam.

"Ya.., wa'alaikumssalam"

...

"Kamu yakin?"

...

"Pastikan dengan baik dan benar.., saya siap-siap menyusul kesana"

...

"Terimakasih. Wa'alaikumssalam"


=====●●●=====

"Pa.., udah ketemu rumah om Bawang belum..?" Talya menggoyang-goyangkan kaki kecilnya di mobil penumpang. Tangan mungilnya memainkan barbie berwarna pink di atas karpet mobil.

Hari ini mereka berniat jalan-jalan ke danau atau taman kota berdua saja. Karena Talya bilang Rendi sudah melupakannya tidak memperdulikannya.., kerja terus tidak ada waktu berdua untuk dirinya.

Hanya ketemu pagi, mengecup kening lalu pulang malam tanpa bincang atau bertukar cerita tentang kegiatannya hari ini. Talya yang sudah mulai hafal huruf abjad dan angka satu sampai tiga puluh yang di ajarkan neneknya berusaha meminta hadiah imbalan.

Dan disinilah mereka., dalam mobil menuju Danau Biru Cinere. Disana ada taman kanak-kanak juga. Spot untuk berfoto juga sangat bangus hingga Rendi membawa bekal Camera DSLR pemberian mamanya Talya saat ia berulang tahun yang ke tiga puluh. "Belum.., Papa kemarin sibuk jadi lupa" katanya menggaruk pelipis.

Talya mengerucutkan bibir.., "lupa terus. Udah tua Papa nih..."

Rendi terkekeh geli.., anaknya ini dewasa belum waktunya padahal tidak ada yang mengajarkan hal-hal yang dikenali orang dewasa. Atau mungkin kebanyakan nonton sinetron FTV siang di SCTV. Hobi mamanya bila sudah menyelesaikan pekerjaan rumah. Meski memiliki pembantu tapi mamanya tetap membantu membereskan segala masak memasak juga berberes. "Iya nih., maaf ya. Kerjaan Papa lagi banyak, tau sendiri di rumah makan Papa gimana"

"Banyak pempuannya kan, Pa?" Lagi Talya mengerucut tidak suka. Pasalnya bila Talya ikut kerumah makan Papanya wanita-wanita disana menjawilli pipi serta dagunya sampai Talya menganggap ia paling cantik disana. "Papa kapan cari mama untuk Talya?" tanyanya polos. Ia berdiri disamping dasbor kemudian memeluk leher Rendi. Untung saja mereka sudah sampai di tempat tujuan hingga ketika Talya menanyakan itu Rendi tidak mengerem mendadak.

"Cari mama dimana, Talya? Kamu udah kayak nenek deh nyuruh-nyuruh papa cari mama" mengambil Talya. Mendudukkan Talya di pangkuannya, Rendi mengusap kening dengan rambut tipis berwarna coklat. Kunciran kuda dengan bando kecil berpita motif macan tutul dibenahi Rendi.

"Mama Shi.., Pa..."

"Mama Shi..? Mama Shii kan udah punya Om Bawang, Talya.."

Talya nyengir memerkan deretan gigi putih rapi dan bersih hasil kedisiplinan mamanya sedari Talya mulai bisa berjalan dengan lancar. "Eh.. iya. Talya lupa" Talya menepuk keningnya pelan. "Kalau gitu kenapa Talya bukan jadi anak om Bawang aja Pa? Kenapa harus anaknya Papa. Om bawang baik.., suka peluk Talya beda sama Papa yang sibuk kerja terus"

Jleb!

"Om bawangmu gitu karena kamu masih anak Papa, Talyaaaaa" —— Ingin sekali Rendi mengatakan itu tapi sudahlah. Talya hanya mengutarakan keinginan hatinya saja.

Cantik - Rahasia Di BALIK NIQAB || Edisi Revisi📝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang