Cantik - Episode Dua Puluh Enam🍃

99 6 7
                                    


Shireena berjalan cepat dengan membawa amarah beserta berkas di tangannya. Di depan pelataran rumah besar nan megah ia sudah berdiri di depan pintu juga dengan membuka paksa. Tanpa mengetuk, tanpa mengucapkan salam. Kaki panjang dengan gamis sedikit menyerat lantai marmer hitam langsung ia ayunkan untuk menujua ruang tengah dimana Rafqis sedang duduk memainkan bolpoint di selipan jemarinya. Tak pelak berkas ditangannya langsung dilempar di atas meja.

"Tanda tangani" katanya tanpa basa basi. "Segera!!"

Rafqis yang duduk di sofa hanya diam sembari mengamati. Tidak lama, tangan panjangnya mengambil berkas tersebut. Tidak ada niattan untuk membaca, Rafqis malah langsung menyobeknya menjadi serpihan kertas-kertas kecil.

"Sudah sobek!" dia menaburkan kertas-kertas itu diatas kepala mereka berdua hingga berhamburan jatuh ke lantai.

"Apa yang mau di tanda tangani?" tersenyum santai, mendekati Shireena lalu mengulurkan tangan menyentuh pipinya.

"Selamat datang kembali dirumahmu"

"Maaa.., Shireena udah pulang nih. Mama nggak kangen dia?" panggilnya pelan tapi matanya tidak lepas dari wajah bercadar Shireena.

Almira muncul di ambang pintu kamar. Wanita tua itu menampilkan wajah sendu dengan berlangkah kecil untuk memeluk anak semata wayangnya. Putri cantiknya, yang di rindukannya selama ini.

Almira bertahan dirumah ini karena Shireena. Karena hatinya meyakini bahwa Shireena akan kembali pulang. Dan Rafqis tidak keberatan, ia mengurus Almira yang sehat. Sementara dirinya yang sakit, sering kali terbatuk darah atau sekedar mimisan di tengah malam.akibat cuaca dingin.

Rafqis sudah tidak lama control. Terakhir kali sebelum Demian dikirim ke hutan terpencil Shireena yang meñgatakan akan mengantarnya checkup tapi malah pergi pagi-pagi dan menghilangkan kabarnya selama kurang lebih dua minggu.

"Masya' Allah.., kamu benar putriku?" Almira mencium kedua pipi Shireena. Lelehan air mata bahagia menjadi penghias dari senyum tua itu.

"Sebentar, ma.., urusanku sama Rafqis belum selesai"

"Tidakkah kamu rindu pada mama?" Suara itu terdengar sendu. Rasa rindunya yang menyayat hati pada penolakan putrinya. Mementingkan urusannya pada Rafqis ketimbang membalas rindu yang Almira pendam.

"Ma.., tolong"

"Baiklah.., selesaikan. Tapi setelah ini ajak mama untuk tinggal denganmu"

Shireena mengangguk, mengiyakan. Kemudian ia menghadap Rafqis yang sudah duduk di sofa menampilkan senyum ramah seperti biasa. Rasanya Shireena ingin duduk bersandar disamping tubuh yang mulai mengurus lagi. Yang ia lihat di rumah sakit sebelum memaksa untuk dinikahi.

"Kenapa? Kenapa kau memberitau mereka kalau kita udah menikah?"

"Kenapa kau datang melamar tapi bukan Ghea yang kau pilih, malahan menyebut namaku?

"Kenapa kau mengusik ketenanganku saat aku mau pergi dari hidupmu?

"Kenapa kau bermain-main dengan hati wanita?

"Kenapa kau enggan memberi penjelasan malah pergi bahkan tidak mengajakku?"

"Sudah?" Rafqis meraih jemari Shireena menyeretnya untuk duduk. Tak lupa ia juga menyuruh ibu mertuanya juga ikut duduk.

"Untuk pertanyaan pertama, kenapa aku harus menutupi pernikahan kita?kita tidak sedang melakukan perjanjian pernikahan atau negoisasi dalam menikah. Kamu adalah istri saya, sampai detik ini. Saya tidak akan pernah mengubah status kamu menjadi jandanya Rafqis atau menggantikan kamu dengan wanita lain.

"Kamu yang menikahi saya. Saya menjalani apa yang sudah Allah pilihkan untuk saya.

"Jawaban pertanyaan nomor dua, saya tidak sedang melamar Ghea untuk saya. Melainkan untuk Marco. Dia ingin menikah, dan saya membantunya untuk menjadi perantara sekaligus walinya. Apa yang salah?

"Cv yang tertera adalah nama Marco bukan Rafqis. Tidak ada lampiran foto karena menurut saya lebih baik nadzor supaya tidak ada angan-angan atau mengkhayalkan yang seseorang yang belum halal.

"Pertanyaan nomor tiga, kamu tidak bisa pergi dari saya. Saya adalah suami kamu. Rumah kamu ada di saya. Hati kamu ada nama saya, jadi kamu harus tetap disisi saya. Apaakah saya egois?

"Mengapa saya harus mengajak kamu.., saya sudah mengingatkan kamu lewat pertanyaan ta'aruf itu. Tidakkah kamu menyadari?

"Terakhir. Saya tidak sedang mempermainkan hati siapapun. Hanya inginkan istri saya kembali"

Di sela penjelasan terakhir ada rasa nyeri yang tiba-tiba datang. Rafqis mulai terbatuk hingga mengeluarkan bercak darah. Segera ia menutupinya dengan mengeggam tangannya sendiri menyembunyikan dengan berpura mengambil sapu tangan di kantong celana.

Belum sampai tergenggam sepenuhnya Rafqis merasakan tangannya gemetar batuknya beruntun, darah mengucur dari hidung. Shireena yang memperhatikan mendadak panik. Rafqis membungkuk dalam duduknya, sampai terjungking batuk itu terus melanda.

Rafqis membutuhkan obat tapi obat itu sudah habis dua minggu lalu. Lalu sekarang kepalanya menjadi denyut. Tak kuat lagi menahan tubuh itu oleng jatuh dengan masih terbatuk-batuk. Darah yang keluar semakin banyak, dari mulut tersembur darah kental.

Shireena melinglung begitu juga Almira. Segera berteriak memanggil si mbok.., "mbokkkk.., tolong panggilkan Marco"

Si mbok yang tergopoh-gopoh malah ikut melinglung begitu melihat Rafqis yang sudah meringkuk di atas karpet bulu. Jalannya tak menentu kadang ke kanan, balik lagi ke kiri, lurus balik badan lagi. Balik lagi. Si mbok begitu panik.

"Mbokkkk.., cepettan... astaghfirullahal 'adzim" Shireena memejamkan mata. Tatkala si mbok masih saja mondar-mandir. Ia tidak mungkin marah pada tubuh tua yang membesarkan Rafqis jadi Almira bergerak lari mencari kelibattan Marco ataupun Clara.



Direvisi, 26 Juli 2020
08.56Pm

Cantik - Rahasia Di BALIK NIQAB || Edisi Revisi📝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang