Cantik - Episode Dua Puluh Tujuh🍃

13 1 0
                                    

Dari sisi berankar, Shireena menggenggam tangan putih pucat dengan irama Elektrokardiogram (EKG) adalah tes sederhana untuk mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung. Mesin pendeteksi impuls listrik yang disebut elektrokardiograf. Elektrokardiograf akan menerjemahkan impuls listrik menjadi grafik yang ditampilkan pada layar pemantau.

EKG tidak menyakitkan karena tanpa pengaliran arus listrik dan tanpa sayatan (noninvasif). Dokter akan menempelkan elektrode, umumnya berjumlah 10 atau 12 buah, berbahan plastik dan berukuran kecil, di dada, lengan, dan tungkai. Elektrode disambungkan dengan kabel-kabel ke mesin elektrokardiograf. Aktivitas kelistrikan jantung kemudian diukur dan dicetak oleh mesin EKG, serta diinterpretasi oleh dokter sebagai penunjang diagnosis.

Tangan gemetar Shireena menyentuh lembut, sangat lembut seakan kabel-kabel yang menempel di tubuh Rafqis bila disentuh sangat kuat akan tercabut.

Sudah dua bulan Rafqis tidak sadarkan diri, ia koma. Dokter menyatakan hanya keajaiban dari Allah yang akan membangunkannya.

Shireena juga sudah mendatangi dokter, ia mengajukan diri untuk mendonorkan sumsum tulang belakangnya. Tapi dokter mengatakan terlalu beresiko. Karena luka Shireena belum sembuh, dan ginjal Shireena bermasalah maka itu akan membahayakan nyawanya sendiri.

Shireena siap, namun dokter masih belum menemuinya untuk mengatakan apakah sumsum tulang belakang Rafqis cocok dengannya. Jantung Shireena sudah tidak menentu debarnya, debar yang bukan lagi mnggetarkan kala melihat Rafqis ataupun ketika merasakan sentuhannya. Debarnya sudah berbeda, fikirannya sudah tertuju, bagaimana jika Rafqis pergi meninggalkannya, apa yang harus Shireena lakukan tanpa Rafqis. Shireena tidak bisa lagi mengelak perasaannya, mungkin ia yang terlalu gengsi dengan tidak mengatakannya sampai kini.

Dan ketika melihat Rafqis terbaring barulah ia menyadari bahwa, ia takut kehilangan. Keegoan juga rasa angkuhnya sudah terkalahkan dengan perasaan sayang yang ia miliki. Lalu apakah ia akan kehilangan sebelum ia berhasil menyatakan perasaan itu? Entahlah Shireena hanya mencoba terus beristigjfar, merafalkan sesuatu yang berguna untuk ketenangan hatinya. Ya setidaknya untuk sesaat,..., tidak, itu tidaklah cukup Shireena harus melakukan sesuatu yang lebih lagi supaya fikiran jeleknya tersingkir dari otak dan hatinya.

"Ma.., izinkan aku sholat"

Almira yang membacakan surah yasin juga kalam yang tiada henti di samping Rafqis, tertegun. Putrinya.., sudah terang-terangan mengatakan bahwa ia ingin melaksanakan kewajibannya sebagai seorang hamba. Kewajiban yang akan membawanya pada pertanggung jawaban di fase kehidupan yang abadi selamanya.

Dengan senyuman lembut, mata berkaca-kaca Almira mengangguk mengiyakan. Almira bersyukur, setidaknya walaupun Shireena ingat pada Allah ketika dalam keadaan susah, artinya Shireena masih mau bersujud, berubah, bahkan bersedia memenuhi panggilan Rabbnya.

"Pergilah, kita bisa gantian. Sehabis ini kamu yang menjaganya dan melanjutkan ngaji disampingnya"

Shireena mengangguk, sembari berlalu dengan air mata yang masih membekas di pipi. Segera ia mengusap, sebelum keluar dari ruangan dimana kekasih halalnya terbaring.

🌿🌿🌿🌿

"Ya Allah, untuk setiap masa yang kulewati tanpa mau mengingat juga mensyukuri segala rahmat juga karunia dari-Mu, aku meminta ampun. Untuk setiap masa di kelalaian juga kesombongan dari diriku. Aku sadar, betapa aku amatlah hina hingga berani mengacuhkan, juga mempermainkan diri-Mu dan menyamakan bahwa apa yang kudapatkan di dunia ini adalaj hasil dari kepintaranku. Dan itu benar, atas kepintaran yang kumiliki Kau pun memberikan apa yang memang telah aku upayakan namun.., jauh dari lubuk hatiku yang terdalam ternyata semuanya hanyalah kesemuan juga kehampaan saja.

Allahu Rabbi.., hatiku yang telah layu kini mulai tersemai dengan mencoba belajar kalam-Mu lewat pria yang telah Kau kirimkan untukku.

Atas segalanya, izinkan aku untuk membersamainya sampai akhir hayatku. Jangan ambil Rafqis sebelum Engkau mengambilku, aku tidakkan sanggup. Dan bahkan aku tidak mungkin sanggup.

Aku sudah memilih, dan dialah yang menjadi alasanku untuk kembali pada-Mu.

Izinkan aku ya Rabb, untuk terus belajar akan banyak hal tentang keagungan-Mu lewatnya.

Segala puji bagi-Mu pemilik alam semesta beserta isinya, Laa Hawla Wa La Quwata Illa Billahil 'alihil adzim. Aamiin"

Hati Shireena menjadi tenang namun fikirannya tetap melayang pada segala kemungkinan. Takdir memang tidak ada yang tahu kapan ajal menjemput namun hati Shireena memang benar-benar belum siap kehilangan. Cintanya saat ini sangat membuncah untuk Rafqis. Shireena kembali mengangkat kedua tangannya, "Jika boleh aku meminta, ketika Rafqis Engkau jemput maka jemputlah aku selanjutnya ya Allah. Aku tau tiap anak adam sudah di tetapkan takdirnya masing-masing namun kali ini saja. Izinkan aku juga membersamainya hingga jannah sesuai dengan doa dan harapan Rafqis, dan jik-----"

"Shireena..,"

Kalimat panjang doa Shireena terputus kala ia mendengar suara lembut yang selalu menyayanginya, Shirena menoleh ke belakang, alangkah terkejut dan mendebarkannya hati Shireena saat sosok pria di belakangnya adalah pria yang ia doakan.

Rafqis menghampirinya, tersenyum seperti biasa, "tidak diperbolehkan meminta kematian bila belum tiba waktunya" Rafqis duduk disamping Shireena dengan jarak dua langkah. "Aku menyayangimu, sangat sangat menyayangimu sampai nafas terakhirku" mata Rafqis berkaca-kaca. Kesenduan sama sekali tidak nampak di wajahnya malah terlihat bahagia meski wajahnya terlihat lebih pucat dari sebelumnya.

"Ketika saya sudah pergi jangan sedih berlarut-larut. Berbahagialah, lanjutkan hidup dan habiskan sisa usiamu untuk menempuh ridho-Nya" suara Rafqis terdengar tercekat, nafasnya mulai terasa tersengal. "Berjanjilah untuk terus menjadi lebih baik jika ingin tetap bersamaku" air mata Rafqis berlinang mengenai punggung tangannya sendiri. Menunduk, lalu menggapai jemari Shireena.

"Ikhlaskanlah saya"

Jantung Shireena serasa berhenti, dibalik kalimat terakhir itu Shireena kembali dikejutkan oleh ibunya yang telah berdiri dihadapannya. Sembari memeluk dan mengelus punggung Shireena lembut. Dengan suara yang bergetar ibunya berkata, "Rafqis telah pergi"

Shireena terdiam sesaat , mencerna perkataan ibunya. Mengeja kalimat yang ibunya sampaikan. Bahkan air matanya sudah kembali luruh dengan derasnya, namun tanpa suara. Shireena seperti melayang entah kemana namun mencoba mengendalikan diri dengan perlahan untuk memastikan bahwa cintanya telah pergi.

Melepaskan pelukan erat itu, Shireena berdiri, jalan dengan gontai menuju ruang Rafqis yang tak jauh dari ruangan sholat yang disediakan. Ia menyusuri koridor dengan mukena yang masih melekat ditubuhnya. Orang-orang yang lalu lalang melihat dengan heran tidak di hiraukan. Dengan bersimbah air mata diwajahnya ia membuka perlahan knop pintu. Dengan jelas netra dengan bulu mata lentik itu melihat, bahwa pria yang terbaring disana sudah melipat tangan diatas dada. Oksigen di hidungnya sudah terlepas, alat detak jantungnya juga sudah tidak terpasang di dadanya.

Seketika Shireena ambruk di depan pintu. Menundukkan tubuh menangis terisak-isak tanpa peduli orang-orang yang menatapnya dengan iba.

TBC

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cantik - Rahasia Di BALIK NIQAB || Edisi Revisi📝Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang