Plak
Ashilla hanya tersediam saat tangan besar milik sang Ayah menampar dengan kuat kearah pipi nya. Ingin rasanya Ashilla melawan kelakuan sang Ayah--Daniel Raville. Tetapi, ia hanya tidak ingin membuang tenaga hanya untuk sesuatu yang tidak penting seperti ini.
"Sudah berapa kali Ayah bilang padamu!" mata Daniel melotot marah kepada anak gadisnya itu. "Jangan lagi main dengan sekumpulan brandalan itu! Kamu tidak mengerti juga yang Ayah katakan, huh!"
Ashilla membalas tatapan Ayah nya tajam, dalam hati Gadis berumur 17 tahun itu terus saja menggumam tak suka. Sudah hilang rasa hormatnya kepada Pria yang berada dihadapannya ini dan sekarang yang tersisa hanyalah rasa benci yang amat sangat mendalam.
"Kamu dengar tidak apa yang ayah bilang!" Daniel kembali membentak anaknya, ia geram dengan sikap kurang ajar yang di miliki anak gadisnya ini.
Tidak mendapat jawaban, Daniel pun menarik kuat rambut Ashilla membuat gadis itu mendongkak kearah wajahnya yang sudah tegang dan penuh amarah.
"KAMU DENGAR TIDAK?! BICARA KAMU!"
"Dengar." satu kat keluar dengan nada dingin dari mulut Ashilla.
Plak
Satu tamparan lagi sehingga Ashilla tersungkur di lantai. Sesaat ia bisa mendengar suara tangisan dari arah dapur disana Ashilla melihat sang Ibu sedang menangis dan mencoba menutupi mulutnya agar tangisannya tidak tedengar oleh sang suami
Air mata Ashilla perlahan jatuh, ia tidak bisa mendengar sang Ibu menangis pilu seperti itu. Tembok pertahanannya lansung runtuh begitu saja.
Bugh!
Badan Ashilla kembali di tendang dengan kuat oleh Daniel. Ia kembali bungkam membiarkan air mata yang jatuh mewakilkan segala perasaannya saat ini antara marah, benci, sedih dan juga kecewa.
Tangan Daniel kembali melayang ingin menampar anak gadisnya itu. Namun, dari arah belakang Arjuna—anaknya pertamanya—datang menahan tangan tersebut.
"Berhenti Yah."
"Minggir kamu Jun. Ayah ingin memberi pelajaran untuk adik kamu itu, biar dia bisa lebih menghargai Saya sebagai orang tuanya!"
"Tidak," Arjuna menggeleng tegas. "Aku tidak biarkan Ayah terus menyiksa adikku!"
Arjuna menyentak tangan sang Ayah, lalu berjongkok dihadapan sang adik. "Kamu gak apa-apa?" ia mengangkat wajah Ashilla dan terkejut saat melihat pipi nya yang merah dan bengkak. "Astagfirullah Shil, ayo kita kompres pipi kamu."
"Arjuna!" sentak Daniel dengan pandangan tidak suka "Tinggalkan Dia, tidak usah urus anak tidak tau diri seperti dia!" lanjutnya.
Perkataan sang Ayah hanya dianggap angin lalu, Arjuna menggendong sang adik ala bridal style. Mata Arjuna terlihat kilatan marah dan kecewa disana saat menatap sang Ayah.
"Semarah-marahnya seorang Ayah, ia tidk akan tega memukul atau menyiksa darah dagingnya sendiri!" desisnya.
Daniel menggeram, "Lakukan sesuka hatimu! Ingat Ashilla, kalau Ayah sudah tidak memperdulikan dirimu lagi. Berarti itulah awal dari penyesalanmu." setelah mengucapkan isi hati-nya, Daniel membuang ludahnya lalu berjalan keluar dari rumah sederhana itu.
••
"Apa yang sudah kamu lakukan Shill? Sampai-sampai ayah marah besar seperti itu,"
Ashilla menatap sang kakak yang menggunakan seragam loreng itu. Ya, kakak-nya seorang abdi negara yang ditugaskan di luar kota sehingga ia tidak bisa setiap hari berada di rumah.
"Ashilla, jawab kakak." sentak Arjuna yang melihat Ashilla hanya diam menatapnya.
"A-aku jalan sama Rain dan teman-temannya kak,"
Arjuna mengerutkan dahinya. Ia menatap sang Ibu yang masih setia mengompres pipi Ashilla yang bengkak seakan meminta penjelasan.
"Rain, pacarnya Ashilla."
"Pacar?"
Ashilla mengangguk samar, ia sangat segan terhadap kakaknya. Bahkan jika di bilang, Ashilla lebih menghormati Arjuna daripada Daniel.
"Lalu kenapa sampai Ayah marah besar seperti itu?"
"Gak tau, Laki-laki tua itu bilang kalo Pacarku itu brandalan," Ashilla menahan napasnya saat tersadar tatapan tajam Arjuna dan Ibu nya. "Tentu saja tidak," cicitnya.
Sang ibu berdiri, menatap Ashilla dengan pandangan terkejut serta marah. "Laki-laki tua itu suami ibu, Shil." gumamnya lirih. Setelah itu, ia pergi dari sana meninggalkan kedua anaknya.
Arjuna mendesah pelan, ia mengusap rambutnya ke belakang lalu kembali menatap Ashilla. "Lakukanlah sesuka mu Shil. Tapi ingat, jangan sampai keluar batas. Kakak bakal angkat tangan jika kamu membuat kesalahan lagi."
"Apa dengan pacaran bersama Rain sebuah kesalahan?"
"Ya." Arjuna mengangguk mantap. "Tentu saja!" lanjutnya.
"Kalau begitu, aku lebih memilih kesalahan yang membuatku bahagia!"
Arjuna mengerang. "Kamu lebih memilih pacar kamu daripada keluarga begitu?"
"Keluarga?" Ashilla tertawa lirih, air matanya kembali terjatuh.
"Apa ini yang kakak sebut dengan keluarga?"
"Ashilla, hentikan!" bentak Arjuna saat sadar jika sang adik mulai membahas kejadian beberapa tahun lalu.
"Ashilla mau tidur. Kalau sudah selesai, silahkan keluar."
Setelah itu, Ashilla membalikkan tubuhnya sehingga ia membelakangi sang Kakak.
RUMAH INI BAGAIKAN NERAKA BAGIKU! AKU BENCI!
••
Re-upload dengan sedikit revisi hehe.
hope you guys like it 💓xo,
Ind.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Girl
Teen Fiction"Seburuk apapun takdirnya, semua orang berhak untuk bahagia walau hanya sementara." Meskipun dia lahir dari ayah yang brengsek dan ringan tangan. Ashilla Raville berhak bahagia. Gadis remaja yang membenci Ayahnya. Karena sudah tidak sanggup tingg...