Seorang gadis kecil yang menggunakan seragam putih-merah tersenyum lebar saat jemputannya yang sudah terlihat dari jauh.
Ia bersorak ketika motor besar itu berhenti dihadapannya yang sedang berdiri didepan pagar sekolah.
"Halo Sayang.." sapa pengendara motor itu sambil memakirkan motornya di depan sang gadis kecil.
"Halo Ayah," balas gadis kecil itu masih dengan senyuman di wajahnya.
Ayah dari gadis kecil tersebut mengangkat tubuh mungil anaknya keatas motor, setelah merasa anaknya sudah duduk dengan baik di atas motor dirinya segera menyalan kembali motor tersebut dan lansung melaju untuk pulang ke rumah.
"Ayah, tadi Ashilla dapat nilai 10 lohh dari ibu guru,"
Pria yang di panggil Ayah itu menoleh sebentar lalu kembali fokus pada jalanan, "Oh ya? Pintar anak Ayah, berarti harus rajin belajar terus kan biar makin dapat nilai bagus?"
Ashilla mengangguk semangat dipunggung sang Ayah, gadis kecil itu tersenyum girang sambil menenggelamkan wajah mungilnya ke punggung lebar Ayahnya.
Motor yang membawa mereka terhenti disekitar Sekolah Dasar elit yang berada tak jauh dari sekolah tempat Ashilla mengeyam pendidikan nya.
Gadis kecil itu mengernyit. "Kita kesini ngapain Yah?"
"Ketemu teman Ayah dulu ya,"
"Okedeh."
Mata Ashilla melihat kesana-kemari, ia senang dengan lingkungan sekitar sekolah elit ini. Pohon-pohon berjejeran sehingga menghindari dirinya dan sang Ayah dari terpaan sinar matahari. Mata-nya pun menangkap seorang wanita yang menggunakan pakaian bagus—itu yang berada dipikirannya— berjalan menuju dirinya dan sang Ayah berdiam.
Mungkin ini temannya Ayah.
Dugaannya benar. Wanita itu tersenyum kepadanya, "Hai... Kamu pasti Ashilla? Iyakan?"
Ashilla mengangguk pelan. Ia memang malu-malu dengan orang yang tidak dikenalnya.
Wanita itu mengambil sesuatu dari dalam tas dan memberikannya pada Ashilla. "Tante punya cokelat, kamu mau?"
Karena ia di ajarkan untuk tidak mudah mendapatkan barang dari orang asing, membuat Ashilla terdiam diri menatap cokelat batangan itu dengan nanar. Lagi pula, ia tidak suka dengan makanan tersebut. Ia tersentak saat sang Ayah mencubit pipi-nya pelan.
"Tuh, Tante kasih cokelat. Kok gak di ambil?"
Akhirnya, dengan ragu Ashilla mengambil cokelat tersebut. "Makasih," ujarnya pelan.
"Sama-sama."
Setelah itu, Wanita tersebut mulai sibuk berbicara dengan Ayah-nya. Sedangkan Ashilla sendiri tidak tau apa yang mereka bicarakan karena ia rasa tidak pantas ikut mendengar tentang pembicaraan orang dewasa.
••
Ashilla dan Arjuna mengernyit saat masuk kedalam rumah dan melihat sang Ibu tengah menangis diruang tamu dan dihadapan Ibu-nya terdapat seorang Kakek. Mereka baru saja pulang dari les yang tak jauh dari perumahan tempat mereka tinggal.
"Ibu, kenapa nangis? Ibu kangen yah sama Ashilla karena Ashilla pergi les terus?" tanya gadis itu dengan nada sedih. Ia mendekat kearah Ibu-nya dan mengusap rambut panjang itu dengan tangan mungilnya. Pandangan Ashilla jatuh kepada Kakek tersebut. "Atau Kakek yang buat Ibu Ashilla nangis?"
Air mata-nya mulai berjatuhan saat tangisan sang ibu semakin besar. Ia bahkan tidak tau apa yang terjadi namun ikut menangis bersama sang Ibu, sedangkan Arjuna sibuk mendiamkan kedua perempuan berharga dalam hidupnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Girl
Novela Juvenil"Seburuk apapun takdirnya, semua orang berhak untuk bahagia walau hanya sementara." Meskipun dia lahir dari ayah yang brengsek dan ringan tangan. Ashilla Raville berhak bahagia. Gadis remaja yang membenci Ayahnya. Karena sudah tidak sanggup tingg...