LIMA BELAS

3.3K 467 13
                                    

"Halo... ada apa?" tanya Arjuna to the point pada Ponselnya.

"Aku melihat adikmu tadi. Ia jalan dengan seorang cowok yang terlihat seumuran dengannya,"

Pria itu mengernyit lalu sedetik kemudian ia menggeram pelan saat mendengarkan dengan jelas semua ucapan orang yang menelfon nya.

"Tadi aku sempat mengikuti mobil mereka, hanya... mungkin aku ketahuan menguntit mereka hingga akhirnya pengendara mobil itu balap hingga aku kehilangan jejak mereka..." jelas seseorang—teman Arjuna— diujung sana.

Arjuna menatap kedepan dengan datar. "Dimana kau melihatnya?"

"... Disalah salah satu mall yang berada di Bandung. Kau tau, aku sedang ditugaskan disini. Maafkan aku kehilangan jejak adikmu, tapi aku janji jika mendapatnya aku akan memberitahukanmu kembali."

"Baiklah, terima kasih sudah membantuku kawan." gumamnya pelan. Pria itu melirik kearah pintu ruangan yang berada dibelakangnya, ia menghela nafas pelan. "Oke, aku matikan dulu sambungannya. Terima kasih sekali lagi,"

••

Arjuna menggenggam tangan Elena yang dipasangi infus sesekali mengelusnya pelan merasakan kerutan-kerutan kecil disana, wajahnya menatap lantai rumah sakit, matanya berkaca-kaca menahan tangis.

Ini sudah ke-4 kalinya sang Ibu harus masuk rumah sakit dalam 1 bulan belakangan ini. Dan penyebab dari itu semua sudah pasti adalah Ashilla yang masih saja pergi tanpa kabar sampai sekarang.

Bahkan, Ayahnya pun ikut pergi dari rumah dan jarang pulang membuat Arjuna terpaksa meminta ijin pata komandannya untuk tetap stay di Jakarta agar bisa menjaga dan merawat ibu nya.

Semenjak Ashilla pergi dari rumah dan Suaminya yang jarang pulang, Elena terus kepikiran tentang kedua orang yang sangat ia cintai itu. Bahkan, tak jarang saat ia sendirian di rumah, Elena memutuskan untuk pergi berjalan kaki menyusuri jalanan kota Jakarta untuk mencari Ashilla dan juga Daniel. Intinya, wanita itu merasa sangat kehilangan, dan yang ia lakukan setiap hari adalah menangis dan berharap Ashilla dan Daniel kembali.

"Ibu..." Arjuna bergumam.

Pria itu tidak tega melihat cinta pertamanya itu terbaring lemah di rumah sakit dan terus berharap jika Ashilla ataupun Ayah-nya itu datang menemuinya.

"Shilla..." Kepala Elena bergerak kekanan dan kekiri. Ia mengernyit dalam tidurnya, "Kembali Shilla.. Jangan.. kesana.."

Arjuna menegakkan tubuhnya, ia melihat wajah ibunya yang bersimbah keringat. Diguncangnya tubuh rapuh itu yang terlihat semakin kurus, "Bu.. sadar bu! Bangun!"

Akhirnya, mata itu terbuka. Arjuna lansung memeluk ibu nya saat air mata itu kembali berjatuhan.

"Jun.. adik kamu Jun, temuin adik kamu... ibu mimpi Ashilla tidak baik-baik saja Jun. Ibu rindu dia Jun,"

Tangisan Elena semakin membesar membuat Arjuna tidak tega mendengar rintihan itu. Ia melepaskan pelukan itu, lalu menangkup wajah tirus Ibunya. Perlahan, Arjuna menghapus air mata Elena yang tidak mau berhenti.

Arjuna tersenyum tipis. "Aku bakal usahakan Bu, Jangan terlalu memikirkan yang lain. Sekarang ibu harus fokus sama kondisi ibu. Lihat, Tubuh ibu semakin kurus dan juga jantung ibu mulai melemah kembali. Aku mohon, ibu fokus sama kesehatan ibu dulu. Biar Ashilla, aku yang urus ya?"

Masih dengan isakan pelan, Elena mengangguk. Arjuna tersenyum semakin lebar dan kembali memeluk tubuh ibunya.

Maafin aku bu, sebenarnya aku sudah tau dimana Ashilla berada, tapi aku tidak bisa menjemputnya sekarang. Biarkanlah dia pergi menjemput karma nya sendiri Bu, aku yakin dia akan balik suatu saat nanti.

••

"Shill, are you okay? Sedari tadi aku lihat kamu melamun terus."

Ashilla menoleh, ia menatap Rain yang terlihat khawatir itu membuat Ashilla tersenyum tipis. "Im okay, hanya sedang rindu.." ia kembali menatap bayangannya di dinding lift.

"Aku bisa mengantarmu weekend nanti kalau kau rindu," ujar Rain.

"Tidak perlu," Ashilla menggeleng. "Aku sudah berjanji pada diriku sendiri, jangan pulang jika hanya buat susah dan tersiksa disana. Aku akan pulang jika sudah sukses,"

Rain menghela nafasnya pelan, "Kau tidak kasihan dengan Ibu-mu? Dia pasti amat sangat merindukanmu terlebih Bang Arjuna."

"Kamu kenal kakak-ku?"

"Sebelum ke Bandung, aku sempat ke Jakarta. Awalnya niatku untuk menemuimu, tetapi malah bertemu Bang Arjuna yang mengatakan kamu adalah Istrinya. Kamu tau, saat itu juga aku ingin menonjok wajahnya yang terlihat letih dan kusam itu, tapi untung saja aku menahan diri." jelas Rain.

Mendengar itu Ashilla tertawa kecil didalam lift, untung saja hanya mereka berdua. Kalau ada orang asing, pasti mereka akan menegur Ashilla dengan tawanya itu. Sedangkan Rain ia tersenyum senang saat mendengar tawa Ashilla yang terlihat begitu lepas. Selama tinggal bersama Ashilla, ia bahkan tidak pernah melihat Ashilla tertawa lepas seperti itu, lihat Ashilla terkekeh saja sudah sangat bersyukur.

Ting.

Pintu lift terbuka, keduanya keluar dan berjalan menyusuri koridor apartemen masih ditemani tawa milik Ashilla namun tidak selepas tadi.

Rain hanya menggeleng pelan mereka sudah sampai didepan pintu apartemen.

"Kau tau, kapanpun kamu ingin pulang... aku siap mengantarmu."

Ashilla tersenyum menanggapinya. "Tidak Rain! Aku ingin sukses dulu disini, biar bisa membuktikan pada iblis itu kalo aku bisa menjadi 'orang' tanpa dirinya. Mungkin Senin nanti, aku mulai mencari kerja.. yha, menjadi pelayan juga tidak apa-apa."

Rain menoleh menatap Ashilla dengan pandangan memuja. Sungguh! Ia sudah jatuh terlalu dalam pada pesona gadis disampingnya ini, "Baiklah.. aku akan membantumu."

Clek

Pintu apartemen terbuka. Ashilla kaget melihat pemandangan pertama saat pintu tersebut terbuka, Rain pun menoleh kedepan dan sama terkejutnya dengan Ashilla.

Tak jauh dari pintu, Samu bersama seorang cewek sedang melakukan adegan yang bahkan masih dianggap tabu oleh Ashilla, oke sebenarnya Ashilla saja yang terlalu polos—atau alay—sampai berteriak kaget ketika melihat adegan kedua orang itu sedang make-out.

"SHIT!"


•••

Regards,
Ind

Sad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang