DUA BELAS

4.3K 550 30
                                    

"Aku jatuh cinta padamu, karena kau bisa mencintaiku disaat aku tidak mencintai diriku sendiri."
— Ashilla.

••

Rain terkejut bukan main, saat cewek yang ia tolong bersama sepupunya adalah Ashilla.

Ia bergegas mendekati gadis itu, Rain membuka kemejanya meninggalkan kaos kutang hitam menempel ditubuhnya. Ia sedikit meringis saat merasakan dinginnya angin malam, namun sekarang yang lebih membutuhkan kehangatan adalah Ashilla mengingat baju gadis itu sudah tidak berbentuk.

Rain sempat meneguk ludah kasar saat ia melihat sekilas aset berharga milik pacarnya itu. Tapi ia segera membuang wajahnya menghilangkan pandangan indah tersebut, setelah itu dengan secara perlahan ia membawa tubuh Ashilla yang lemah kedalam gendongannya.

Samuel—teman satu apartemennya, yang kebetulan juga sepupuh Rain—melihat Rain berjalan kearah mobil pun, ia dengan segera membuka pintu penumpang bagian belakang, Rain pun segera memasukan tubuh Ashilla kedalam mobil dan mereka pun kembali melajukan mobil menuju apartemen yang tidak jauh dari tempat mereka menemukan Ashilla.

"Kenapa lo?" tanya Samu—begitu panggilannya. "Masih mikirin tentang ucapan gadis yang di club itu? Udahlah, gak usah dengerin gadis itu."

"Bukan itu!"

Rain menarik rambutnya kebelakang bersamaan dengan ia mengerang frustasi.

"Terus apaan? Anyway, lo mau bawa nih cewek kemana? Apartemen kita?"

"Iya."

"Gila lo! Kenapa gak kita kembalikan saja ke keluarganya?"

Rain menatap Samu—yang sedang mengendarai mobil—sebentar, lalu ia melihat kearah Ashilla yang masih pingsan.

"Keluarganya di jakarta." gumamnya pelan.

Ciiittttt!!!!!

Mobil mereka berhenti mendadak, untung saja jalanan sepi mengingtst ini sudah sepertiga malam.

"Apa lo bilang? Lo tau dari mana keluarganya ada di Jakarta?"

Samu menatap kebelakang, ia meneguk ludahnya kasar saat melihat belahan dada gadis itu yang sedikit mengintip. Kemeja Rain yang tadi tidak ia kancing hanya menutupi baju Ashilla ysng robek dan akibat rem mendadak dari Samuel sehingga baju tersebut bagian dada sedikit tergeser, sampai Samuel bisa melihatnya dengan jelas.

Tentu saja, Samuel bukanlah orang seperti Rain yang bisa mengendalikan hawa nafsunya. Di umurnya yang bahkan sudah beranjak 19 tahun, ia sudah merasakan enaknya hidup bebas di kota besar.

Tukk

"Jangan. Tatap. Pacar. Gue. Seperti. Itu!" Rain menekan setiap kata yang ia ucapkan kepada Samu.

Sepupunya itu tentu semakin kaget. Sungguh, kebetulan atau beruntung? Gadis yang diseamatkan dari korban pelecehan seksual dijalanan adalah pacar Rain sendiri. Waw.

••

Secara perlahan-lahan, mata itu terbuka. Saat penglihatannya sudah jelas, ia tersadar bahwa dirinya sedang berada didalam kamar. Tapi, dia sendiri tidak tau kamar siapa ini?

Apa ini kamar orang yang sudah menolongku kemarin malam?

Refleks, Ashilla terduduk lalu memegang badannya. Tangannya ia bawa menuju bibirnya, tangan Ashilla bergerak ke kanan dan ke kiri, seperti sedang menghilangkan jejak bibir pria itu semalam. Tangannya pun turun menggosok lehernya kuat sampai kulit lehernya berubah merah di beberapa tempat, ia pun meringis kesakitan dan ketakutan, kenangan semalam pun mulai kembali berputar membuat Ashilla menangis kencang. Gosokan pada lehernya pun ikut mengencang mengikuti isakan yang keluar dari bibirnya.

Tangan mungilnya berpindah ke dada-nya ia kembali mengusap dengan kasar sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Rain pun yang awalnya sedang mengerjakan laporan kuliahnya lansung berjalan masuk kedalam kamar Ashilla saat mendengar suara isakan gadis itu.

"Hey! Lihat aku," Rain berusaha mengambil tangan gadisnya. "Ashilla, lihat aku!"

Gadis itu tidak menuruti ucapan Rain. Matanya tertutup, wajahnya bergerak kekanan dan kiri, tangannya mengusap kasar dari leher ke bandannya, tidak lupa dengan air mata yang jatuh semakin deras serta isakan atau bahkan segukan yang keluar dari bibir Ashilla.

"ASHILLA!"

Teriakan itu justru membuat pergerakan Ashilla berhenti. Namun tidak dengan tangisannya, ia benar-benar merasa seperti kembali pada tadi malam. Dimana ia sudah pasrah, jika dirinya di perkosa.

Rain memegang wajah pacarnya, hati nya begitu sakit saat melihat wajah sembab gadis itu. "Buka matamu, Shill. Dan lihat-lah Aku."

Perlahan, mata Ashilla terbuka. Pencaran matanya menunjukan rasa putus asa, serta kesakitan yang luar biasa. Rain kembali merasakan hatinya sakit, melihat pujaan hatinya ini.

"Ra-rain.." gumam Ashilla pelan.

Rain mengangguk kencang, "Iya sayang, ini aku."

Ashilla lansung menubruk tubuh Rain dengan pelukan yang kencang, Rain pun membalasnya tak kalah kencang seakan hari ini adalah hari terakhir mereka di muka bumi ini.

"Aku mencintaimu." gumam Rain diatas kepala Ashilla. "Jangan seperti ini lagi Ashilla, aku janji tidak akan meninggalkan mu lagi. Maafkan aku,"

Tidak ada kata lagi yang keluar dari mulut Ashilla, yang ia lakukan seharian ini adalah memeluk Rain. Ia takut jika itu hanyalah ilusi semata yang diciptakan oleh kerinduan.

••

"Ashilla, ayo bangun! Kau harus mandi serta sarapan, aku ada kelas pagi ini. Maafkan aku tidak bisa menemanimu,"

Ashilla sudah terbangun sedari tadi, namun ia belum keluar dari kamar barunya yang berada di apartemen Rain.

Mereka berdua sudah berbicara banyak hal, termaksud Ashilla yang memilih kabur dari rumah dan memilih kota bandung. Bahkan, ia menceritakan bagaimana hidupnya selama 7 hari di jalanan. Hidup luntang-lantung  sampai memakan makanan sisa yang ia ambil dari tempat sampah.

Dan selama Rain mendengar ceritanya cowok itu hanya diam mendengar dengan seksama sambil mengelus lembut ramut Ashilla. Dan pada akhirnya Rain berkata, "Kau tinggallah dulu disini sampai mendapatkan pekerjaan ysng pantas serta tempat tinggal. Atau kau mau aku belikan tiket pulang ke Jakarta?"

Tawaran Rain jelas ditolak mentah-mentah oleh Ashilla.

"Dia akan pergi? Meninggalkan ku?"

Ashilla buru-buru membuka pintu kamar dan melihat Rain—pacarnya—yang sudah siap untuk ke kampus.

"Kamu mau pergi meninggalkan aku?" tanya Ashilla dengan nada sedih.

Tangan Rain terangkat merapikan rambut Ashilla. Ia tersenyum menatap raut wajah gadis itu seperti ketakutan, "Tidak sayang... aku hanya pergi kuliah, aku akan pulang sebelum jam makan siang dan kita akan makan siang di luar. Bagaimana?"

Senyum Ashilla berkembang. "Serius? Okay! Aku akan menunggu-mu!"

Senyum Rain pun ikut melebar.

"Oke, kalau begitu aku pergi dulu. Kau baik-baik di apartemen, Samu mungkin akan sampai sore. Bye,"


•••

Regards,
Ind

Sad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang