"Rindu ini kembali datang mengisi relung hatiku sampai membuatnya sesak."
••
3 tahun yang lalu
"Hai, boleh pinjam pena lo bentar gak?"
Gadis yang berkuncir 2 itu menoleh, ia mengernyit bingung saat salah satu peserta MOS lainnya mengajaknya bicara.
Wow, padahal Ashilla tidak menyangka dirinya akan diajak bicara seperti ini—yeah, walaupun hanya untuk meminjam pena. Tapi, selama ia MOS di SMA Rajawali ini, Ashilla sama sekali menjaga jarak dengan orang-orang maklum karena Ashilla termaksud seorang yang introvert.
"Hell-o"
Ashilla tersadar. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali, peseta mos berjenis kelamin laki-laki dihadapannya merasa gemas. "Bisa gak pinjam pena-nya?"
"Gue lupa bawa pena, sedangkan peraturan selama mos disuruh bawa alat tulis."
"A-aku.. ada!" Ia tersenyum kikuk.
"Boleh dong, gue pinjem?"
Ashilla mengedipkan matanya beberapa kali hingga membuatnya seperti boneka. "Oh-eh, I-iya. Sebentar,"
Ia mulai mencari tempat pensilnya didalam tas, dahi nya berkerut saat barang yang dicarinya itu tidak ada. Mata nya melotot horor, mos hari ini akan dimulai 10 menit lagi, dan, tempat pensilnya hilang? Atau— tertinggal dirumah? Hah, yang benar saja!
Ashilla mendongkak sambil menggigit bibirnya pelan, ia menatap cowok didepannya ini dengan pandangan cemas serta takut.
"Kenapa? Mana penanyaa?"
Gadis itu menunduk, "Tem—tempat pensilku..." Ashilla meringis, "ketinggalan."
"Lah terus? Lo juga gak ada pena dong?"
Ashilla mengangguk masih dengan pandangan jatuh ke bawah.
"HAH?!" Cowok itu mendesah keras, membuat beberapa peserta mos lainnya menatap mereka bingung. Pasalnya, mereka berdua masih berada di depan aula tempat para peserta mos berkumpul.
"Percuma dong gue tanya ke lo! Hah, alamat di hukum deh," gerutunya pelan. "Yaudalah, kita di hukum sama-sama."
Tepat setelah mengatakan itu, lonceng berbunyi. Dan ketua panitia mos berdiri didepan aula memegang toa. "Buat barisan yang rapi! Dan juga, yang tidak membawa peralatan atau barang-barang yang diwajibkan bawa, silahkan membuat barisan sendiri di bagian kiri. Sedangkan yang lengkap di bagian kanan. SEKARANG!"
Dengan terpaksa, Ashilla mengikuti cowok itu berbaris dibagian kiri. Sedari tadi ia masih terus menunduk, karena takut.
"Udah gak usah takut," ujar cowok misterius itu kepada Ashilla untuk menenangkan gadis itu. "Oh iya, nama lo siapa?"
Ashilla menunjukan name tagnya. Cowok itu tersenyum lalu mengulurkan tangannya membuat Ashilla kembali mengernyit bingung dan refleks mendongkakkan kepalanya.
"Nama gue Rainhard Reln. Just call me, Rain."
"Oke," Ashilla mengangguk pelan.
"WOI LO BERDUA! JANGAN NGOBROL AJA, UDAH GAK LENGKAP PAKE ACARA NGOBROL LAGI!"
••
"Shill?"
Gadis itu tersentak. Ia mentap kearah cowok yang sudah mengisi hari-harinya selama 3 tahun belakangan ini. Meski mereka baru berpacaran selama 1 tahun, tapi pertemanan mereka pun bermula dari sebuah hukuman memungut sampah di belakang sekolah saat mos dulu.
"Kamu melamun?"
Ashilla tersenyum. "Iya kah?" tanya-nya balik.
"Aku duluan tanya lho! Harusnya dijawab, bukan ditanya balik. Gimana sih,"
"Iya-iya sori."
Gadis itu mulai menyandarkan kepalanya di jendela mobil yang tertutup rapat, sedangkan Rain sedang asik menyetir. Mereka berdua barusaja pulang dari , hmm.. nge-date maybe?
Ini pertama kalinya dalam hubungan mereka, keduanya pergi nge-date sekaligus dinner. Karena selama di Jakarta, Ashilla bahkan tidak pernah keluar malam ataupun sampai malam. Jam keluarnya hanya sampai jam 5 sore—terkecuali saat farewell party—makanya itu, selama di sekolah Rain dan Ashilla menggunakan baik-baik waktu mereka.
Ayahnya sangat marah jika Ashilla pergi dan keluyuran diluar sana. Entahlah, saat smp Ashilla membuat pemikiran sendiri tentsng alasan kenapa Ayahnya sangat marah ia keluyuran yaitu; Ayahnya takut ketahuan selingkuh!
Yahhh, pemikiran anak baru gede memang terkadang seperti itu, tidak jelas dan labil. Tapi, sekarang ia sadar. Setelah tinggal luntang-lantung dijalanan selama berminggu-minggu, ia pun paham. Banyak kejahatan diluar sana, dan Ayahnya hanya ingin melindungi dirinya.
Melindungi dari kejahatan diluar, tapi didalam rumah di siksa dari fisik sampai mental. Lucu!
Membicarakan Ayahnya, membuat Ashilla rindu rumah. Rindu masakan ibunya dan juga bercanda dengan sang kakak.
Ashilla menarik napas nya pelan, dadanya menjadi terasa sesak sekarang.
Ibu, aku rindu...
"Shill," panggil
Gadis itu menoleh, "Pakai sabuk pengaman kamu, aku mempunyai firasat ada yang mengikuti kita dari belakang. Aku bakal mengoceh dia,"
Setelah itu, Ashilla terpekik kaget saat mobil Rain sudhs melaju kencang dan sesekali menyalip pengguna jalan ysng lain.
•••
Regards,
Ind
KAMU SEDANG MEMBACA
Sad Girl
Teen Fiction"Seburuk apapun takdirnya, semua orang berhak untuk bahagia walau hanya sementara." Meskipun dia lahir dari ayah yang brengsek dan ringan tangan. Ashilla Raville berhak bahagia. Gadis remaja yang membenci Ayahnya. Karena sudah tidak sanggup tingg...