TUJUH BELAS

3.6K 472 6
                                    

"Hal yang paling menyakitkan di dunia ini adalah pengkhianatan."
- Sad Girl -

••

Daniel mengernyit saat masuk kedaam rumah dengan suasana sepi. Dia masuk kedalam kamarnya yang sudah lama tidak ia tinggali, yah, selama ini ia tinggal bersama istri sirinya yang belum diketahui keluarganya.

"Elena! Dimana kamu," seru Daniel sambil memasuki kamar mandi yang berada didalam kamar tidur mereka. Sepi. "Elena! Berani banget dia pergi tanpa ijin begini," gumamnya.

Daniel pun mulai mengganti baju-nya dengan pakaian rumah lalu tidur di kasur empuk itu. Hah, sebenarnya dia rindu dengan keluarga kecilnya ini, namun dengan kaburnya Ashilla ia menjadi marah dan akhirnya mencari pelampiasan diluar sana. Dan Fitri—istri siri—menahan dirinya untuk tinggal beberapa hari hidup berdua layaknya pengantin baru.

Mata nya mulai berat, ia hampir tertidur namun mendengar pintu kamar terbuka. "Darimana saj—" ucapannya terhenti kala melihat Arjuna yang masuk bukan sang istri. "Mana Ibu kamu Jun? Kenapa pergi gak bilang-bilang, enak banget dia!"

Arjuna berdiri didepan pintu kamar sambil menatap tajam sang Ayah yang sedang berbaring dan menampilkan wajah marah-nya seperti biasa. Mendengar ucapan Daniel membuat Arjuna berang, memangnya selama ini yang pergi begitu saja tanpa pamit siapa? Tentu saja Daniel! Dan Ashilla sih.

Tak mempedulikan pertanyaan sang Ayah, Arjuna masuk dan mulai mengambil beberapa baju milik Elena. Ia sama sekali tidak mempedulikan Daniel yang memanggil-manggil namanya.

"Arjuna!"

Tubuh pria itu terhuyung hingga akhirnya terpaksa berbalik karena tarikan yang kuat dari belakang. "Mulai membangkang kamu ya?! Mau seperti adik sama mama kamu iya? Yang pergi begitu saja tanpa ada pamit ke Ayah!"

Arjuna masih terdiam.

"BICARA!"

Bugh

Tubuh Arjuna jatuh kebelakang, sudut bibirnya keluar darah karena pukulan begitu kuat dari Daniel. Bahkan ia merasa jika rahangnya bergeser.

Bugh

Satu tendangan menbuat paha nya terasa begitu ngilu dan perih.

"Kalian semua sama saja! Tidak bisa menghargai aku sebagai kepala rumah tangga disini!"

Daniel meludah, niat awalnya ingin melepas rindu dengan sang istri—yang ia rindukan—namun malah marah-marah seperti ini karena tingkah dari anak pertamanya. Dia pun berjalan keluar dari kamar.

"Siapa yang pergi dan tidak bilang-bilang?" ujar Arjuna membuat langkah Daniel terhenti. Tubuh pria itu masih tersungkur diatas tehel putih. "Apa ayah tau kalo sekarang Ibu sedang berada dirumah sakit? Karena merasa kesepian dan juga kehilangan suami dan anak perempuannya? Apa ayah tau?"

Daniel mematung. Ia berbalik menatap Arjuna tajam, "Apa maksud kamu?"

Arjuna terkekeh pelan, "Tentu ayah tau maksud aku." Ia memaksa untuk berdiri, "Ayah kemana saja selama ini? Meninggalkan Ibu yang selalu kepikiran tentang anak gadisnya yang pergi dari rumah karena diusir oleh Ayah. Kemana Ayah saat ibu ngebutuhin ayah?"

Deg!

Ucapan Arjuna begitu menusuk kedalam ulu hati Daniel, apa selama ini Elena merasa kesepian dan selalu kepikiran dengan Ashilla?

Tentu saja bodoh, orang tua mana yang tega membiarkan anaknya pergi dari rumah dan tidak ada kabar seperti Ashilla.

"Disaat Aku dan Ibu selalu kepikiran dengan kabar Ashilla, dimana dia berada. tapi Ayah tidak! Ayah lebih memilih untuk tinggal bersama selingkuhan Ayah, hidup bahagia dan tidak pernah sekalipun memikirkan anak bungsi ayah itu!"

"Jangan bicara sembarang kamu ya," Daniel menunjuk Arjuna bersamaan dengan keduanya saling melempar tatapan tajam. "Tau apa kamu!!"

"AKU TAU SEMUANYAA!!!" Bentak Arjuna

"Jangan pikir aku diam aja selama ini Yah, Enggak! Aku tau Ayah balik lagi sama selingkuhan ayah yang dulu, ninggalin ibu dan ninggalin aku sama Ashilla. Ayah jahat!"  lanjutnya dengan suara yang mulai melemah dan serak. Arjuna menghela nafasnya pelan, ia menahan untuk tidak menangis. Sebut dia lemah, tapi siapa yang tidak menangis mengingat keadaan keluarganya seperti ini.

Ayah jahat

Ayah jahat

Ayah jahat

Dua kata itu terus mengulang dalam benak Daniel, ia mulai melemahkan tatapannya pada Arjuna tidak ada lagi tatapan tajam seperti tadi. Detik berikutnya, ia berbalik dan pergi dari rumah itu, melangkah jauh meninggalkan rumah yang penuh kenangan itu. Bahkan, samar-samar ia mendengar Arjuna berteriak kencang diiringi dengan beberapa barang yang pecah.

••

"Jun... Ayah sama Adik kamu udah pulang?" tanya Elena dengan lemah saat melihat Arjuna masuk kedalam ruangan ny. "Astagaa, apa yang terjadi dengan wajah kamu Jun?"

Arjuna meneteskan air matanya kala melihat wajah panik serta khawatir dari wajah Ibu nya. Wajahnya yang sudah muncul kerutan tapi tidak menghilangkan kecantikan dari dalam dirinya. Arjuna bertanya-tanya dalam hati, kenapa sang Ayah dan Adik bisa setega ini membuat keluarga mereka yang awalnya sudah hancur malah semakin hancur.

"Tidak ap Bu..." Arjuna memaksa tersenyum.

"Ibu udah makan?"

"Udah tadi, jadi.. adik sama ayah kamu belum pulang? Ibu rindu mereka Jun... ibu rindu waktu kita kumpul saat weekend, bercanda bareng, jalan-jalan... apa mereka gak rindu ibu? Kalo gitu ibu pergi aja dari dunia ini yah.."

Arjuna semakin menangis sambil memeluk tubuh Elena dengan erat. "Ibu... gak boleh ngomong begitu, aku akan selalu sama Ibu. Jadi ibu harus sehat oke? Jangan pikir yang lain, mikir kesehatan ibu aja."

Elena mengangguk dengan lemah, air matanya kembali turun untuk kesekian kalinya. Dan pada akhirnya, Ibu dan anak itu menangis meratapi keluarga kecil mereka.


•••

Regards,
Ind

Sad GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang