6

59 13 25
                                    

Praktikum Online

Jadi ceritanya, aku ini anak prodi Pendidikan Fisika, gengs. Kebayang gak, belajar fisika aja udah bikin kepala puyeng, apalagi kalau harus praktikum? Nah, pas semester satu, aku harus menghadapi beragam praktikum yang lumayan bikin heboh. Ada praktikum fisika (ya iyalah, kan jurusannya fisika!), praktikum biologi, dan tentu saja praktikum kimia. Kira-kira, seru atau ribet? Spoiler alert: dua-duanya, wkwk.

Praktikum Fisika: Phet Simulation Si Penyelamat

Yang pertama, praktikum fisika. Ini lumayan asyik sih, karena praktikum fisika kita dilakukan secara online pakai Phet Simulation. Tahu dong, aplikasi buat simulasi-simulasi fisika gitu. Jadi, meskipun gak bisa ke lab beneran, kita tetap bisa "main-main" dengan alat-alat percobaan secara virtual. Asyiknya? Semua data yang kita ambil bisa langsung di-save, gak ada tuh acara coret-coret kertas atau cari kalkulator buat hitung manual. Tapiii, tetap ada tantangannya nih, yaitu laporan praktikumnya yang lumayan banyak. Plus, asisten praktikum (alias asprak) aku perfeksionis banget! Tiap detil laporan harus rapi dan gak boleh ada yang salah, kalau enggak siap-siap revisi berlapis-lapis.

"Eh, udah selesai laporan fisika lo?" tanya teman kelompokku, Beni, lewat chat WA.

"Udah nih, tinggal nunggu di-ACC sama asprak," jawabku santai.

"Ah, aspraknya itu lho, galak banget soal format laporan. Salah satu spasi aja udah revisi," keluh Beni.

"Iya, sabar aja. Yang penting selesai."

Di balik itu semua, praktikum fisika online ini masih lebih mending karena semua laporan diketik di laptop. Gak kebayang sih kalau harus nulis tangan sambil lihat simulasi di layar. Fix mata jadi jereng, wkwk.

Praktikum Biologi: Nonton Youtube Kayak Lagi Liat Tutorial Makeup

Next, praktikum biologi. Kalau yang ini, aku sih awalnya berharap bisa pegang-pegang alat lab kayak mikroskop, atau minimal ngurus-ngurus tanaman gitu. Eh, ternyata... kita cuma nonton video Youtube, guys! Gak bohong. Jadi, praktikum biologi ini aspraknya yang beneran ngelakuin praktikum di lab, terus direkam dan kita tinggal nonton. Habis itu, ambil data dari video dan bikin laporan. Sounds easy, right? Tapi gak sesimpel itu, Ferguso!

Meski awalnya semua diketik, pas masuk bab pembahasan, kita harus nulis tangan, guys! Dan gak cuma itu, ada beberapa data yang harus kita gambar manual. Kebayang dong, gambar organ tumbuhan pake tangan sambil lihat video di Youtube. Pusing juga! Untungnya, asprak biologi ini baik banget. Perfeksionis juga sih, tapi gak galak, jadi kita gak merasa tertekan.

"Eh, lo udah selesai gambar bagian sel itu belum? Gue sumpah, udah tiga kali ngegambar tetep gak mirip," keluh si Rina, teman sekelompokku.

"Haha, santai aja, gambarnya kan cuma buat ilustrasi doang, gak harus kayak seniman juga," jawabku sambil nyemangatin.

"Yah, tapi kan tetep aja, siapa tau aspraknya pengen jadi dosen seni rupa," Rina ngakak di ujung kalimat.

Praktikum Kimia: Zoom Meeting dan Si Asprak Galak

Kalau praktikum kimia, ini beda lagi dramanya. Praktikum dilakukan lewat Zoom meeting, jadi semua praktikan kumpul di Zoom, trus kita nonton video bareng-bareng tentang percobaan kimia yang dilakukan asprak. Habis nonton, kita ambil data, trus bikin laporan full ketik. Awalnya, praktikum kimia ini lumayan santai. Tapi ada satu hal yang bikin lumayan deg-degan, yaitu aspraknya. Hmmm... gimana ya bilangnya? Galak, gengs! Iya, galak beneran.

"Waduh, asprak kimia gue nge-chat nih. Kayaknya laporan gue salah lagi," gumamku sambil baca pesan yang masuk di WA.

"Santai bro, asal gak kena teguran di Zoom udah mending," kata Beni yang juga satu kelompok sama aku.

"Tapi tetep aja, kalau salah mulu, bisa gak lulus," aku mulai panik.

"Yang penting, jangan baca pesan dia malem-malem, nanti mimpi buruk," Beni ketawa ngakak.

Gak cuma itu aja, di praktikum juga sering banget ada masalah sama teman sekelompok yang tiba-tiba hilang dari radar. Padahal, data praktikum itu harus sama semua satu kelompok, tapi gara-gara ada yang "ngilang", jadinya kerjaan ketunda deh. Ada juga teman yang gak ngerjain tugas karena gak punya laptop. Aduh, gimana dong? Waktu praktikum yang terbatas jadi makin sempit.

"Kalian udah kirim data ke grup belum?" tanyaku di grup WA.

"Belum nih, jaringan gue lemot," jawab salah satu teman.

"Ada yang punya data lebih gak? Gue ketinggalan data di zoom tadi," tanya yang lain.

Fix, praktikum kimia ini emang penuh drama, gengs.

Motivasi: The Real Struggle Belajar Online

Tapi di antara semua kendala praktikum, hal yang paling berat saat belajar online tuh motivasi. Serius deh, motivasi untuk tetap belajar itu kayak roller coaster. Hari ini semangat banget ngerjain tugas, besoknya bisa tiba-tiba malas dan gak belajar sama sekali.

"Lo ngerasa gak sih, kalau makin lama makin susah ngerjain tugas?" tanya Rina suatu hari.

"Banget! Apalagi kalau udah dapet tugas yang numpuk dari tiga praktikum sekaligus," jawabku sambil menguap.

"Mood tuh kayak hantu, muncul tiba-tiba terus hilang gitu aja," Rina ketawa, tapi ada benarnya juga.

Yang paling parah, kadang malasnya itu kayak gak ada obatnya, gengs. Kayak hari ini semangat banget ngerjain tugas, besoknya udah lesu lagi. Kalau udah begini, yang bisa nyelametin cuma tekad kuat dan dukungan dari teman-teman. Makanya, di tengah semua drama praktikum online ini, aku belajar satu hal penting: motivasi itu harus dipelihara. Kalau kita gak jaga, pasti akan hilang.

Jadi, intinya, meskipun online, praktikum tetap jadi momen penting buat aku dan teman-teman. Bukan cuma soal belajar teori dan aplikasi, tapi juga soal gimana kita bisa saling mendukung dan tetap semangat di tengah segala keterbatasan. Praktikum online ini ngajarin aku buat lebih sabar, lebih kerja sama, dan pastinya lebih menghargai usaha orang lain.

Karena di balik semua itu, belajar online atau offline, yang terpenting adalah gimana kita bisa bertahan dan terus berjuang buat mencapai tujuan kita.


Di Balik Layar: Perjalanan Kuliah Angkatan CoronaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang