7

21 5 6
                                    

Ngomong-ngomong soal tekanan, waktu itu jadi musuh terberatku selama praktikum online. Bayangin aja, tiga praktikum berjalan barengan dalam satu minggu! Belum lagi tugas dari mata kuliah teori yang juga menumpuk. Rasanya kayak mau meledak, gengs. Kadang, aku harus begadang sampai tengah malam cuma buat ngerjain laporan atau revisi. Tapi ya gimana, kalau gak dikerjain, makin numpuk dan gak ada jalan keluar.

Suatu malam, aku lagi lembur ngerjain laporan biologi, padahal besok pagi harus kumpulin laporan fisika.

"Lo gak tidur, Ve?" tanya Rina lewat voice note, suaranya kedengeran ngantuk.

"Belum, nih. Laporan biologi belum kelar. Laporan fisika juga belum gue revisi," jawabku sambil tetap mengetik.

"Gila, lo kuat banget. Gue baru jam sepuluh aja udah tepar, wkwk," Rina terkekeh.

"Tapi kalau gak gue selesain sekarang, besok pasti keteteran," aku mulai merasa letih, tapi gak ada pilihan lain.

Dan di sinilah, satu pelajaran berharga muncul. Ketika waktu terus berlari dan tugas-tugas makin mengejar, aku belajar untuk mengatur prioritas. Mana yang harus diselesaikan lebih dulu? Mana yang bisa ditunda sebentar? Ternyata, gak semua hal harus diselesaikan sekaligus. Kadang, kita cuma butuh fokus pada satu hal, tapi menyelesaikannya dengan baik, daripada mencoba mengerjakan semua tapi hasilnya berantakan.

Masalah Jaringan: Tantangan yang Bikin Kesal

Selain tekanan dari tugas dan waktu, ada satu lagi yang bikin praktikum online jadi penuh tantangan, yaitu masalah jaringan. Aduh, ini sih kayak musuh bebuyutan bagi semua mahasiswa di masa pandemi. Bayangin lagi enak-enaknya ikut zoom, tiba-tiba jaringan hilang. Alhasil, data percobaan ketinggalan, instruksi asprak gak kedengeran, terus kita harus cari-cari file rekaman atau minta bantuan teman.

"Eh, lo tadi denger gak instruksi asprak buat laporan kimia?" tanyaku ke Beni lewat chat.

"Enggak, tiba-tiba koneksi gue ngilang," balas Beni singkat.

"Sama. Jaringan gue ngadat pas asprak ngomong penting-pentingnya," aku ketawa kesal.

Dan ini gak cuma terjadi sekali dua kali. Hampir setiap kali ada praktikum lewat zoom, ada aja yang ketinggalan karena masalah jaringan. Jadi, kita harus kreatif banget cari cara buat ngatasi masalah ini. Salah satunya, sering-sering minta catatan teman, atau cari rekaman praktikum di grup. Kadang malah sampai saling bagi-bagi tugas biar gak terlalu berat.

"Lo tanggung jawab buat denger instruksi pas awal ya, biar gue fokus nyatet data," aku kasih ide ke Rina pas praktikum kimia.

"Oke, deal! Semoga gak ada yang hilang jaringan, haha," Rina setuju sambil ngelempar emoji tertawa.

Dari sini, aku sadar pentingnya kerja sama dalam menghadapi situasi sulit. Gak ada yang bisa kita atasi sendirian, apalagi di masa-masa kayak gini. Teman sekelompok jadi penyelamat dalam banyak hal. Dan di akhir hari, kita gak cuma belajar soal materi praktikum, tapi juga soal gimana kita bisa saling mengandalkan satu sama lain.

Motivasi Bertahan: Pelajaran yang Gak Kalah Penting

Di tengah semua drama praktikum, tugas yang numpuk, masalah jaringan, dan asprak galak, ada satu hal yang tetap jadi kunci utama buat bisa bertahan: motivasi. Gak bohong, motivasi itu kayak api yang harus terus dijaga biar gak padam. Di awal-awal mungkin kita masih semangat, tapi semakin lama, makin berat rasanya buat tetap fokus.

"Btw, lo masih semangat gak belajar kayak gini?" tanya Rina suatu hari lewat chat.

"Jujur? Udah mulai males sih. Kadang gue cuma buka zoom buat absen terus langsung tidur lagi," aku balas sambil ngirim emoji malas.

"Parah lo, tapi gue juga sering gitu sih, haha," Rina ketawa.

Dan ini kayaknya bukan cuma aku atau Rina aja yang ngerasain. Banyak teman-teman yang juga mulai kehilangan semangat di tengah jalan. Belajar online itu beda banget rasanya dibanding belajar di kelas. Gak ada interaksi langsung, gak bisa ketemu teman-teman, dan kadang gak ada yang bisa diajak diskusi saat lagi stuck.

Tapi di sini aku belajar, motivasi itu harus datang dari diri sendiri. Kita harus ingat tujuan kita kenapa belajar, dan gimana hasil akhirnya nanti akan membawa kita lebih dekat ke impian kita.

Aku ingat banget, saat lagi down, aku pernah mikir, "Kenapa gue harus ngelewatin semua ini? Apa gunanya?" Tapi di momen-momen seperti itu, aku mulai sadar bahwa setiap tantangan yang kita hadapi, sekecil apapun, adalah bagian dari perjalanan kita menuju kesuksesan. Gak ada yang instan di dunia ini, bahkan hal-hal yang kelihatan sepele kayak ngerjain laporan praktikum pun punya makna tersendiri.

Jadi, kalau ditanya apa hal terpenting yang aku pelajari selama praktikum online ini? Jawabannya bukan cuma soal teori fisika, biologi, atau kimia, tapi belajar untuk tetap bertahan di tengah kesulitan. Dan itu, menurutku, adalah pelajaran yang jauh lebih berharga dari sekadar nilai atau lulus ujian.

Akhir Cerita: Praktikum Online, Kenangan yang Tak Terlupakan

Sekarang, setelah semua praktikum selesai, aku bisa bilang dengan yakin bahwa meskipun berat, pengalaman ini memberi aku banyak pelajaran. Aku gak cuma belajar fisika, biologi, dan kimia, tapi juga belajar tentang sabar, kerja sama, dan gimana tetap bertahan di situasi yang gak ideal.

Dan satu hal lagi, meskipun praktikum online sering kali bikin frustrasi, aku tetap bersyukur bisa ngelewatin semua itu. Karena sekarang, aku merasa lebih kuat dan lebih siap menghadapi tantangan apa pun di depan. Jadi, buat kalian yang mungkin lagi ngerasain hal yang sama, ingat aja, semua ini bagian dari perjalanan kita. Tetap semangat, guys!

Di Balik Layar: Perjalanan Kuliah Angkatan CoronaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang