9

14 4 9
                                    


Kerja Kelompok dan Rentang Nilai

Nah, ini nih momen yang pasti bikin hati campur aduk dan selalu terjadi di setiap tugas kelompok, terutama di zaman kuliah online.

Siapa yang Kerja, Siapa yang Dapat Nilai?

Ceritanya begini, tugas kelompok kali ini lebih menantang dari biasanya. Kita harus bikin laporan lengkap, mulai dari cari materi, analisis data, sampai presentasi. Nah, yang seru (atau malah ngeselin) adalah, seperti biasa, yang kerja serius cuma satu atau dua orang. Sisanya? Ngilang entah ke mana.

"Kita bagi tugas ya. Fikri, kamu cari materi buat pembahasan. Rina, kamu bikin slide presentasi. Aku yang nyusun laporan sama nyatuin semuanya," kataku di grup chat tugas.

"Ntar, gue ada kerjaan, tapi tenang aja, gue usahain," kata Fikri yang kebetulan lagi sibuk part-time.

"Oke, gue bisa bikin slide-nya deh," jawab Rina, selalu siap sedia.

Hari-hari berlalu, dan seperti yang bisa ditebak, yang nyari materi ujung-ujungnya aku lagi. Fikri gak ada kabar, tiba-tiba ngilang dari grup, dan yang bikin presentasi ya Rina. Tapi yaudahlah, yang penting tugas selesai.

Hari Presentasi: Siapa yang Maju?

Pas hari presentasi, dosen minta satu orang dari tiap kelompok buat maju jelasin hasilnya.

"Kamu aja, Ve. Aku kan cuma bikin slide," kata Rina yang kelihatan agak gugup.

"Yah, padahal yang nyari materi kamu, harusnya kamu yang presentasi," balasku sambil mencoba nawarin. Tapi akhirnya aku juga yang maju buat presentasi. Gak ada pilihan lain, kan? Kelompok udah kayak gini.

Presentasi berjalan lancar, dan aku berhasil menjawab semua pertanyaan dari dosen. Tapi yang bikin deg-degan adalah nilai akhir.

Minggu depannya, dosen ngumumin hasil tugas kelompok di grup kelas. Semua orang langsung cek nilainya, dan...

Presentator (aku): 85, dapat A. Pemateri (Rina): 84, dapat B. Fikri: 84

Aku langsung liat grup chat, berharap gak ada yang terlalu baper.

Rina chat, "Seriusan gue B, padahal lo kan presentasi pake materi yang gue cari?"

Aku cuma bisa ketawa kering, "Yah, ini plot twist sih. Gak nyangka banget gue dapet A."

Si Fikri, yang dari awal ngilang dan cuma ngasi satu-dua masukan di akhir, dapet nilai B juga. Padahal dia gak ada kontribusi besar dalam tugas ini.

Rina cuma bisa bales dengan emoji senyum yang agak getir. "Gak papa deh, yang penting udah selesai tugasnya. Mungkin nilai gue turun karena slide-nya ada typo, wkwk."

Padahal jujur, Rina udah ngerjain banyak banget dari awal sampai akhir. Tapi ya inilah nasib kerja kelompok. Kadang yang paling kerja keras justru gak selalu dapet hasil terbaik. Sementara yang cuma muncul di akhir, bisa aja dapet nilai bagus. Sistem penilaian memang kadang suka ajaib.

Meski kadang bikin kesel dan gak adil, ada pelajaran besar yang bisa aku ambil dari drama tugas kelompok dan nilai-nilai ini. Ternyata, nilai bukan segalanya. Apa yang bener-bener penting adalah proses belajarnya, kerja sama tim, dan juga gimana kita saling support satu sama lain.

Aku ingat banget, setelah tugas itu selesai, aku, Rina, dan Fikri akhirnya jadi makin kompak. Meski Fikri sering hilang, setelah dikasih tau soal tanggung jawab dan kerja bareng, dia jadi lebih aktif di tugas-tugas berikutnya. Rina juga, meskipun kecewa dengan nilainya, tetep jadi temen yang asik dan selalu berusaha buat bantu setiap ada tugas baru.

Dan dari semua itu, aku belajar kalau kerja kelompok bukan cuma soal gimana kita bisa ngerjain tugas dengan baik, tapi juga soal gimana kita belajar buat memahami karakter dan situasi tiap anggota tim. Saling ngertiin, saling bantu, dan yang paling penting, saling support biar tugas-tugas ke depannya bisa lebih lancar.

Perbedaan rentang nilai yang kadang bikin hati dongkol, yang penting adalah kita tetap solid. Nilai itu cuma angka, tapi pengalaman dan pelajaran yang kita dapat dari proses kerja bareng itu yang sebenarnya paling berharga. Kadang, dari situ kita jadi bisa lebih sabar, lebih pengertian, dan tentunya lebih kuat dalam menghadapi tantangan. Toh, kalau udah kerja keras dan melakukan yang terbaik, nilai bagus itu cuma bonus. Yang penting, kita tetap belajar dan tumbuh jadi lebih baik tiap harinya.






Di Balik Layar: Perjalanan Kuliah Angkatan CoronaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang