01. Satu hari di Doketo' Florist
Pukul lima lewat tigapuluh adalah saat-saat di mana matahar mulai menampakan wujudnya. Ayam-ayam saling sahut-menyahuti dalam berkokok untuk menunjukan siapa paling nyaring suaranya. Burung-burung pun tak kalah semangat, mereka ikut bersiul menandakan telah siap untuk memulai harinya.
Begitu-pula denganku. Tiga puluh menit lagi aku harus cepat-cepat mengantarkan kue pesanan Bapak Dandang, dan selepas itu bergegas kembali untuk bersiap-siap menjaga toko bunga milik Paman yang berada di jalan Pangrango.
Sudah beberapa bulan ini aku diberikan amanah dari Paman untuk menjaga salah toko Bunganya yang bernama 'Doketo Florist' dikarenakan beliau harus mengecek tokonya yang lain. Sekalipun begitu, engga ada sekalipun rasa bosan dan malas selama harus menjaga toko ini, karena aku merasakan hal yang sebaliknya. Selain di sini merupakan tempat ternyaman yang pernah aku kunjungi, banyak hal-hal menarik yang bisa aku dapatkan--contohnya Paman mendirikan cafe di dalam toko--di sini juga aku dapat bertukar dan berbagi inspirasi/pendapat dengan para pegawai toko; Sulastri, contohnya.
Aku selalu berbincang mengenai banyak hal dengan dia, sekalipun umur kami terpaut cukup jauh .. ya, umurku sekitar dibawah 7 tahun umurnya. Seperti saat aku bertanya beragam hias bunga, minuman rasa apa yang akhir-akhir in menjadi favorit pelanggan sehingga dapat betah berlama-lama di tempat ini, musik apa yang selalu diputar, lalu mengapa Sulastri tetap ingin bekerja di tempat ini sekalipun jarak dari rumah ke toko sangat jauh .. sekitar +/- 40 km.
Dan yang terakhir, hal yang selalu kami perbincangkan setiap waktu adalah di nomor paling akhir. Sulastri selalu berkata seperti ini setiap aku bertanya padanya, "Karena aku suka cara Bapak memandang semuanya biasa, dan terlihat baik-baik saka sekalipun sebetulnya ada yang tidak beres." Atau seperti ini, "Bapak itu orang yang pekerja keras dan tidak peduli apa hasil nanti yang akan Beliau dapatkan. Karena kata Bapak, yang penting beres. Urusan bagus atau tidak, biar Tuhan saja yang menentukan. Katanya yang penting sudah dilaksanakan. Apalagi, rezeki 'kan di tangan Tuhan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fatimah Haranna
MaceraBanyak orang bertanya padaku, "Tujuan hidup sebenarnya untuk apa?" atau, "Kalau Tuhan ingin semua umatnya bahagia, mengapa Tuhan membuat hidup kita selalu ada ujian?" Fatimah Haranna atau yang biasa disapa Hanna akan menjelaskan semua yang...