Terry menjemputku keesokan paginya sebelum berangkat ke kantor, untuk mengambil mobilku yang masih terparkir di rumah Benji.
Hari ini Terry tampak ganteng, dengan kemeja biru muda dan jas hitam. Dia tampak seperti CEO-CEO ganteng di novel-novel favorit Ci Flo.
Eh, dia memang CEO sih. Aku lupa.
"Li, sabtu depan temani aku ke acara reuni ya."
"Reuni?"
"Iya. Reuni SMA."
"Ada Ci Flo, Ci Nina, Ko Hendra, dan Ko Felix dong?"
"Mungkin."
"Kok mungkin?"
"Biasanya mereka malas ikut reuni."
"Emang boleh bawa pasangan?"
"Boleh. Rata-rata bawa pasangan kok."
Aku berpikir keras. Kayaknya menarik. Aku kan nggak tahu kehidupan SMA Terry. Pasti seru.
"Aku nggak apa-apa ikutan?"
"Nggak apa-apa. Kamu kan calon isteriku." Aku langsung tersipu, padahal Terry mengucapkannya dengan nada biasa-biasa aja.
"Boleh, deh. Sabtu malam kan?"
"Iya."
"Oke deh."
Terry menghentikan mobilnya di depan rumah Benji, dan mematikan mesin mobilnya. Dari dalam rumah, Benji dan Ko Felix baru saja keluar dengan pakaian kerja mereka.
"Pas banget kalian datangnya. Mau ambil mobil ya, Neng?" tanya Benji saat melihat kami. Aku mengangguk.
"Kalian mau berangkat kerja?" Benji menjawab dengan cibiran.
"Ya iya lah. Masa pakai baju begini ke pantai?"
Aku mencebik. Dasar rese.
Sementara aku dan Benji saling melontarkan ejekan, Terry dan Ko Felix mengobrol.
"Ter, lo udah confirm hadir reuni?" tanya Ko Felix. Terry mengangguk.
"Lo dateng?" Felix menggeleng.
"Malas. Lo tahu lah kenapa. Kalian aja."
Aku dan Benji sama-sama melirik ke arah mereka berdua.
Ko Felix sepertinya menyadari kalau perhatian semua orang tertuju padanya, dan menatap jam tangannya dengan panik.
"Gue harus jalan sekarang! Bye, Ter. Bye, Lils. Yuk, Ben," katanya, memeluk dan men-cipika cipiki aku, lalu menarik Benji masuk ke dalam mobil. Benji membuka kaca mobil dan melambaikan tangan pada kami sebelum menjalankan mobilnya meninggalkan rumahnya.
Aku mengalihkan perhatianku pada Terry begitu mobil Benji menjauh.
"Kita juga berangkat deh," kataku, dan Terry mengangguk.
Aku naik ke dalam mobilku diikuti Terry, dan sebelum aku menutup pintu, Terry menahan pintu dan menunduk ke arahku. Tanpa aba-aba dia mengecup bibirku.
"Hati-hati ya. Kamu jalan duluan aja, aku ikuti dari belakang."
Aku langsung tersipu-sipu, dan mengangguk.
Terry kembali mengecup dahiku, dan menutup pintuku, sebelum kembali ke mobilnya sendiri. Aku mengikuti gerakannya lewat kaca spionku, mengagumi sosoknya yang makin lama kok makin ganteng.
Aku nggak sabar menunggu waktu kami menikah.
***
Hari sabtu pun tiba. Aku sedang bersiap-siap saat Mami masuk ke kamarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Day
Romanzi rosa / ChickLitLilian merasa dunianya runtuh saat sang ayah meninggal, dan meninggalkan perusahaan yang terjerat utang padanya. Di saat tidak ada yang dapat membantunya, hanya satu orang yang bersedia membantunya, dengan syarat dan ketentuan berlaku. "Menikah sama...