dua belas

23.9K 2.6K 168
                                    

Warning ya... Walaupun kelakuan Lili suka manja nggak jelas, tapi ini cerita dewasa. Aku bahkan sudah tulis warning 18++ di deskripsi.

Bagi yang di bawah umur, dilarang baca. Apalagi praktekin. Hush-hush. Sekolah dulu aja yang bener.

Seriusan, gue udah warning yaa.

Terry bukan Leon soalnya.

Dan part ini panjang. Habisnya rasanya nggak pas kalau di-cut. Mudah2an pada gak bosan.

So, enjoy...

----------------------------------

Aku membuka mataku dan melihat Papi duduk di salah satu sudut teras belakang rumah kami, salah satu tempat favoritnya saat dia perlu bicara empat mata dengan anak-anaknya.

Aku mengambil tempat di sebelahnya, dan Papi menoleh, tersenyum hangat saat melihatku. Aku hampir menangis, betapa aku merindukan senyum itu.

Papi mengusap kepalaku lembut, seperti yang biasanya dia lakukan padaku dulu.

"My little Lili..."

Aku hanya diam, menunggu. Dan Papi kembali membuka mulutnya dan tersenyum padaku.

"Papi bangga padamu. Kamu mengurus Mami dengan baik, dan perusahaan juga membaik."

"Semua tetap saja berbeda, karena nggak ada Papi," rajukku, dan Papi menarikku dalam pelukannya.

"Mami tidak apa-apa. Mami mungkin merindukan Papi, tapi Mami baik-baik saja. Mami memiliki kalian semua."

Aku tidak lagi mampu menahan tangisku.

"Sstt.. Jangan menangis. Sudah dua empat kok masih cengeng."

Aku terisak, dan Papi menepuk kepalaku lembut.

"Selamat ulang tahun ke-dua puluh empat, Lili.."

Hah?

Aku terbangun dengan mata berair dan kebingungan, dan melotot kaget saat menyadari wajah Terry berada tepat di hadapanku dan menatapku khawatir.

Aku sampai menjulurkan tanganku dan menyentuh pipinya yang terasa agak kasar karena bakal rambut yang baru tumbuh, dan tangannya yang mengusap air mataku terasa nyata.

"Kamu mimpi buruk?"

"Aku mimpiin Papi..."

Terry menurunkan wajah dan mengecup dahiku lembut, lalu memelukku hangat, membuatku merasa lebih baik. Untung ada Terry.

Lalu aku baru tersadar. Aku melepaskan diri darinya dan melihat sekeliling. Ini kamarku, dan matahari mulai menyeruak masuk, artinya sudah pagi. Tapi ada kejanggalan di sini. Aku menatap Terry dengan tatapan terkejut.

"Kok kamu ada di kamarku??"

Terry tersenyum dan membimbingku duduk, lalu menyodorkan kue dengan lilin berangka dua dan empat yang menyala.

"Selamat ulang tahun, Princess."

Hah?

Aku langsung meraih ponselku dan melihat tanggal yang tertera di sana. Enam belas september.

Bagaimana aku bisa lupa hari ulang tahunku sendiri????

Lalu suara dehaman di sebelahku membuatku mengalihkan pandanganku kembali kepada Terry, dan menatapnya penuh curiga.

"Kok kamu bisa masuk ke sini?"

"Kamu pasti nggak sadar, kartu kamarmu hanya satu."

"Hah?"

Another DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang