Keterpaksaan itu tidak baik,apalagi hubungannya dalam perasaan. - Benediktus.
Pagi ini Angel sudah berjanji untuk bertemu dengan Ben.
Ben: Gue udah di taman belakang sekolah. Gue tunggu.
Dengan segera Angel bangkit dari bangku kelasnya dan menuju ke taman belakang sekolah untuk menemui Ben. Tak disangka ternyata di taman belakang Ben bersama dengan sahabatnya, Januar.
"Apa?"
"Hai ngel", sapa Januar mencairkan suasana.
"Ngomong langsung,to the point aja."
"Udah cepet bro ngomong." Januar menepuk bahu Ben.
Ben diam sebentar kemudian berkata,
"Gue gak suka sama Tabitha. Mau sampai kapan pun ya gue gak suka. Kalau lu bilang gue belom terbiasa lu salah ngel. Karna gue udah terlanjur terbiasa sama lu."
Angel diam. Ia memikirkan semua perkataan yang diucapkan oleh Ben.
"Gue gak bisa Ben. Tabitha sahabat gue."
"Tapi perasaan itu gak bisa dipaksa ngel. Lu gak bisa bohongin perasaan lu terus. Lu cuman mikir perasaan sahabat lu sedangkan perasaan lu sendiri? Lu selalu ngingkar." Januar menjelaskan. Ia tidak bisa terus-terusan membuat perasaan sahabatnya terpuruk.
Ben menjawab,
"Maaf ngel,hati gak bisa dipaksa karna hasilnya gak bakal baik. Gue bakal jelasin langsung ke Tabitha. Gue gak bakal sebut nama lu kok ngel tenang aja. Gue bakal selesaiin semuanya."
Angel masih diam. Tidak tau harus menanggapi semua perkataan Ben seperti apa. Jujur dalam hatinya,ia menyukai Ben tapi itu tidak mungkin karna sahabatnya pun menyukai orang yang sama.
"Gue pergi dulu. Kalo semua udah beres gue bakal hubungin lu lagi." Ben melangkah pergi.
"Gue harap lu lebih jujur sama perasaan lu ngel. Kasian hati kalo diboongin mulu." Januar mengatakan kalimat terakhir untuk Angel dan pergi mengikuti Ben.
Batin Angel,
Gue gak tau harus gimana. Gue suka sama lu Ben,tapi gue juga sayang sama sahabat gue.
Batin Ben,
Gue yang memulai, gue yang harus menyelesaikan. Hati gue cuman buat lu ngel,bukan buat dia. Sampai kapanpun gak akan berubah.
-----------------------------------------------------------
Seharian ini Angel tidak fokus pelajaran sama sekali. Ia terus memikirkan perkataan Ben dan Januar yang menghantui.Bel istirahat pulang berbunyi,
"Eh gue balik duluan ya ada janji sama nyokap" Billich menepuk bahu Angel dan membuat Angel tersadar dari lamunannya.
"Oh iya, yaudah entar gue bareng Tabitha aja. Tiati lu."
"Yoi."
Angel menghampiri meja Tabitha,
"Yuk pulang."
"Yuk ngel."
Saat berjalan keluar, Ben sudah berada didepan pintu.
"Gue perlu ngomong sama lu Ta. Berdua aja." Ben mengatakannya dengan raut muka serius dan tidak melihat Angel sama sekali. Ia memfokuskan pandangannya pada Tabitha.
"Ehm ngel,lu pulang duluan aja ya."
"Oh yaudah Ta gue balik duluan ya. Bye Tabitha." Jawab Angel karna Angel tau Ben dan Tabitha memang perlu waktu untuk berbicara berdua.
-----------------------------------------------------------
Ben dan Tabitha sudah berada di taman belakang sekolah. Hanya berdua. Ben tidak menampilkan senyumnya sedari tadi, raut mukanya sangat tegang dan serius."Kenapa Ben? Mau ngomong apa?"
"Sebelumnya gue mau tanya sama lu. Lu suka sama gue?"
Tabitha tak tau harus menjawab apa. Kebimbangan menerpa dirinya.
"Kenapa emangnya?" Hanya itu jawaban yang bisa dikeluarkan dari mulut Tabitha.
"Jawab aja dulu. Daripada gue ngomong tapi malah dikiranya kepedean."
"Jawabannya. Iya."
"Makasih lu udah jujur ke gue tapi disini gue mau jelasin. Gue cuman anggep lu temen Ta, gak lebih. Sorry kalo ini nyakitin. Tapi gue gak mau lu terus-terusan berharap sama gue. Gue bukan orang yang tepat. Gue rasa lu pantes bahagia sama yang lain."
Dan seketika itu juga dunia serasa hancur.
Tabitha menangis sejadi-jadinya.
"Gue gak pernah nuntut balesan sayang gue ke elu kok Ben."
"Gue tau. Tapi disini masalahnya, gue suka sama Angel. Lu tau kan hal itu? Gue gak bisa bohongin perasaan gue terus. Tapi disini, gue juga gak mau ngerusak persahabatan lu sama Angel. Angel sayang sama lu, sayang banget. Dia gak mau kehilangan lu. Itu juga yang gue rasain, gue gak mau dia hilang." Ben menjelaskan dengan raut wajah yang sangat serius.
Tabitha terus menangis dan membuat Ben mengatakan,
"Jangan nangis didepan gue. Gue mau lu bahagia sama yang lain. Ada yang jauh lebih baik buat lu daripada gue. Dan satu lagi, keterpaksaan itu tidak baik apalagi soal perasaan. Kalo gue maksa diri gue buat suka sama lu, yang ada hasilnya bakal lebih nyakitin lu lagi."
"Maafin gue Ben, buat lu sama Angel jadi musuhan."
"Gue gak pernah ngerasa musuhan kok sama Angel. Gue cuman mau ngejar cinta gue tanpa harus nyakitin siapapun."
"Gue ngerti sekarang. Lu sayang banget sama Angel. Kejar dia Ben. Maaf gue udah jadi penghambat. Gue rela lu sama dia. Gue juga sayang sama Angel." Jawab Tabitha sambil menghapus air mata yang jatuh dipipinya.
"Thanks Ta lu udah ngerti. Semoga lu dapet kebahagiaan juga dari cowo yang sayang tulus sama lu."
Ben bangkit berdiri. Ia merasa sudah cukup mengatakan apa yang ingin ia utarakan.
"Gue pergi dulu. Masih ada yang harus gue urus."
Kemudian, Ben pergi meninggalkan Tabitha yang masih saja terdiam sendirian.
Ternyata dari kejauhan, ada seseorang yang mengamati percakapan Ben dan Tabitha sejak tadi.
"Lu perlu tissue?"
hayo yg ngasi tissue sapa ya😋 btw aku uda gada semangat buat ngelanjutin novel ini :' tapi sayang readersnya bertambah terus setiap hari. terus vote dan comment biar aku semangat lagi yaa! dukungan kalian berarti.😊
KAMU SEDANG MEMBACA
My First Love
Teen Fiction[REAL STORY] Ben, salah satu idola sekolah. Cowo paling populer dan juga paling bad boy. Sangat dijauhi oleh seorang Angel. Angel adalah perempuan cantik nan pintar terjudes disekolah sekaligus ketua osis yang sangat disiplin terhadap aturan. Saat...