"Terima kasih atas ketulusanmu. Jaga kesehatan, dan yakinlah bahwa aku akan baik-baik saja.
Aku pasti kembali untuk kisah kita, Aku menyayangimu Dira Aleetha Qirani."
Oh sialan! Bagaimana bisa masih teringat dengan jelas setiap kata dan bahkan tanda bacanya! Padahal sudah lebih dari 6 tahun lalu. Surat sialan!! Dira benar-benar harus mengurangi kenikmatan melamun atau ia bisa berakhir di kursi psikiater.
"Masih mau disitu sampai dapat hukuman ke 3 dalam seminggu pertama semester 4 ini?" tanya seorang pemuda yang tengah sibuk merapikan buku-buku tebalnya
Jangan bertanya, tentu saja dia satu-satunya teman yang tahan dengan sikap Dira, Ralat! Terpaksa, sebenarnya. Edgar Aldian, cowok kurus yang pintar bermain rumus.
"Ayolah Gar! Siapa yang mau buru-buru duduk di ruang mencekam itu, kalo kelas saja masih akan dimulai 1 jam lagi." Dira? Tentu saja sibuk memainkan benda berlayar datar di genggamannya.
"Justru karena masih 1 jam lagi, itu artinya masih ada waktu untuk memperpanjang umur mu di kelas bodoh." Ujar Edgar lengkap dengan ekspresi kesalnya
"Aku selalu melahap habis sayuran dipiringmu kalo itu yang kamu maksud dengan memperpanjang umur." Balas Dira tak seditikpun menatap Edgar yang sepertinya sudah kehabisan kata-kata.
"Bagus! Semakin meyakinkan ku kalo kamu benar-benar dangkal." Desisnya
"Baiklah Tuan muda Edgar yang pintar."
"Aku bertaruh untuk semua uang jajanku hari ini, kalo lagi-lagi Nona Dira lupa mengerjakan tugas dari Bapak Leo yang terhotmat." Ujarnya memutar bola mata.
"Gotcha!" seru Dira sepelan mungkin, mengingat dimana tempatnya dan Edgar berada sekarang. Setengah tergesa mengeluarkan buku tebal yang sudah pasti dimaksud Edgar tadi.
"Aku memang berencana menyeretmu membeli beberapa koleksi drama lagi nanti sore, tapi ternyata kau juga berbaik hati membelikannya untuk ku eh?" mengeluarkan seringai dan membuka lembaran buku yang membuat Edgar lupa dan mengumpat terlalu keras. Membuat beberapa mahasiswa lain menatap tak senang karena kegiatan membaca mereka terganggu. Ya, saat ini Dira sedang menemani Edgar di perpustakaan mencari buku yang tebalnya tidak kalah dengan novel Harry Potter.
"kapan kau melalukannya?" desisnya kesal
"Semalam, setelah memastikan semua tugasmu sudah ku foto dengan sempurna." Memasang ekspresi tak berdosa yang membuat Edgar meninggalkan Dira yang masih cekikikan di belakangnya.
******
"Nak Edgar tidak makan dulu?" Sapa Tio, Ayah Dira, setelah melihat Edgar hendak pamit.
"Tidak usah om, Edgar pamit pulang dulu. Sudah sore, lain kali Edgar mampir lagi."
Jawabnya sopan.
"Ya sudah, hati-hati dijalan, salam untuk papa mama mu di rumah."
"Iya om, nanti saya sampaikan."
Dira mengantar Edgar sampai depan gerbang, dan segera masuk ke kamar memutuskan untuk menonton koleksi Drama baruku. Hasil merampok dari Edgar, tentu saja!
"Makan dulu Dir, ibu sudah masak opor ayam kesukaan kamu." Sapa ayahnya begitu memasuki kamar anak gadis satu-satunya itu.
"Nanti Yah, Dira sudah makan tadi di luar sama Edgar."
"Ayah kenal Edgar dari kecil, mama papanya juga baik. Ayah tidak keberatan jadi besan mereka."
"Hah!" menatap horror pada Ayahnya yeng tengah terkekeh.
"kalo ini taktik Ayah supaya aku memperbaiki nilai semester ini, maka ayah berhasil. Aku janji akan memamerkan nilai yang bagus di depan ayah."
"Hahaha, Ayah pikir kalian memang pacaran. Ternyata Ayah salah?."
YOU ARE READING
Untold Love
RomanceDira Aleetha Qirani, gadis yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya dengan membuat seorang Edgar Aldian pusing dengan tingkahnya. Semua terasa baik-baik saja kecuali kenyataan bahwa hambar sering kali datang saat ia mengingat mata cokelat yang mena...