Untold Love - 6

25 3 2
                                    


Dalam persahabatan antara laki-laki dan perempuan,

Maka hanya ada dua kemungkinan.

1. kau jatuh cinta pada sahabatmu, atau

2. sahabatmu yang jatuh cinta pada dirimu.

-Anonim-

*****

Tepat sebelum Edgar membuka mulutnya, Dira segera bangkit dari kursi tempat ia duduk. Dengan tergesa merebut jus di tangan Edgar –sebelum Edgar mungkin saja mengguyurkannya diwajah Arka- dan meletakkan jus tersebut dimeja. Plus tarikan pada lengan Edgar guna memaksa pemuda itu duduk. Dan seakan Dira sudah mengukur kecepatan waktu, tepat sebelum Edgar melancarkan protes maka gadis itu segera mengangkat tangannya.

Tanda agar Edgar tetap menutup mulutnya, lalu -dengan jenis senyuman khas guru matematika ketika memberitahu hukuman apa yang akan muridnya terima kalau mereka remidi lagi- gadis itu membisikan satu saja kalimat pada telinga Edgar, namun cukup membuat pemuda itu tak berkutik. "Tetap disini, duduk manis, jangan ribut atau aku aduin ke tante Hana kalo tiap malam minggu kamu nonton Mia Khalifa." ditambah tepukan di bahu pemuda itu sebagai tanda peringatan. Kemudian dengan tergesa menarik Arka keluar dan menjauh dari cafe sebelum perang nuklir dimulai.

"Jadi ada angin topan apa sampai muka kamu bonyok begitu? Setidaknya tolong bilang kalau kamu kesini bukan minta aku nemenin buat hajar orang yang gebukin kamu kan? Yang ada mereka bukan aku hajar, tapi akau ajarin makai skincare". Tanya Dira beruntun seolah takut bahwa kali ini Arka benar-benar datang untuk meminta hal itu.

Pemuda didepannya justru tidak langsung menjawab pertanyaan Dira, namun melengkungkan senyum yang berhasil membuat Dira bertanya dalam hati 'Apa Arka dipukul terlalu keras di kepalanya? Sampai pemuda itu bisa tersenyum'.

"Aku cuma kangen." Fix! Arka beneran gagar otak! Mungkin jika yang mengatakan hal itu adalah Edgar maka reaksi Dira adalah mendengus-memutar bola mata jengah-diabaikan. Tapi ini Arka, ARKA!

Dengan tatapan ngeri, Dira kembali bertanya. "Ka, ini berapa?" sambil menggerakan jarinya membentuk tanda 'peace' untuk pengecekan dasar pada kepala Arka.

"Berharap banget aku beneran bilang 'aku kangen' hm?" sekarang pemuda itu sudah menatap Dira dengan ekspresi menahan tawanya yang begitu jelas. Bisa ditebak kan apa yang akan Dira lakukan selanjutnya?

"Sialan!" Dira benar-benar sudah hilang kendali sekarang. Hampir saja Dira menjambak pemuda di depannya itu kalau saja tidak memikirkan padangan orang-orang disekitar mereka.

Ada apa sih dengan bocah ini? Hilang 2 hari dan jadi aneh. Well, memang dari awal psikopat lambe turah ini memang sudah aneh.

Dan setelah menyelesaikan penilaian dalam hatinya tentang Arka, Dira memutuskan kembali untuk duduk bersama Edgar. Barang kali menikmati segelas jus strawbeerry jauh lebih baik daripada berdebat dengan orang sinting ini.

"Nggak perlu repot nyusul 'teman tapi mesra' mu itu ke dalam cafe. Dia sendiri yang tidak tahan untuk tidak menyusul Dir." Sindir pemuda itu pada Dira, atau lebih tepatnya pada Edgar yang benar-benar menyusul Dira dan bahkan sudah berdiri disamping Dira. Seolah mengatakan bahwa ada pangeran berkuda putih yang akan melindungi Dira.

Jadi untuk apa Dira memisahkan Donald Trump dan Kim Jong Un –Edgar dan Arka- kalau keduanya sudah memasang wajah siap perang itu lagi sekarang? Pasrah sudah! Perang aja sana!. Biar psikopat lambe turah dan Raja kepo Edgar sama bonyoknya. Walaupun diam-diam Dira memperhatikan bahwa otot bisep Arka lebih menjanjikan daripada Edgar.

Tidak bisa dipungkiri bahwa Arka lebih terlihat manly daripada Edgar. Atau setidaknya itulah yang baru saja Dira sadari saat menilik otot-otot Arka pada malam dimana ia menjadi Cinderella disebuah pesta. Bedanya Cinderella menaiki kereta kuda sedangkan Dira diculik paksa.

Untold LoveWhere stories live. Discover now