"Bahkan kesedihan tak akan bertahan selama ribuan tahun, dan cinta terdalam pun tak akan bertahan selama ribuan tahun."
-Goblin-
*******
24 Januari 2012
"kamu sendirian? Boleh aku duduk disini?" tanya seorang pemuda membawa piring makan siangnya.
"Oh iya, tentu saja." Jawab Dira seraya menggeser makan siangnya dan memberi pemuda itu ruang.
Tak ada percakapan selama mereka makan, Dira pun tidak tertarik mengobrol dengannya. Mereka tidaklah dekat, mengenal pun tidak. Yang Dira tau, pemuda itu kakak kelasnya, itu saja.
"Apa kamu selalu sendirian? Aku sering melihatmu." Tanya pemuda itu setelah hening yang lama. Tatapan yang teduh, mata bulat kecoklatan dan senyum ramah. Hm, basa basi eh?
"Tidak." Tangan Dira menunjuk kerumunan singa lapar berebut makanan, Ah! maksudnya siswa lainnya yang tengah mengantri di sudut kantin. "mereka ada banyak, aku tidak sendirian." Lanjut Dira menambahkan.
"Hahaha kau benar juga, jadi aku yang salah menduga ya?"
"Memang apa yang kamu duga?"
"Tidak ada, hanya saja aneh melihat seorang siswa makan seorang diri di kantin sekolah. Bukankah biasanya perempuan selalu bergerombol seperti bebek?" ujarnya tenang sambil menghabiskan air mineral miliknya.
"Bagus kan? Kalo begitu aku tidak masuk hitungan kaki berselaput, mulut berparuh lebar dan berisik." Jawab Dira sekenanya.
Tawanya yang renyah meledak seketika, membuat Dira sadar pada deretan gigi putih dibalik bibir tipis itu. Ada apa dengannya? Apa yang lucu dari ucapan Dira? Bukankah Dira hanya melanjutkan persepsi konyol pemuda itu sendiri tentang perempuan dan bebek?
"Ternyata mengobrol denganmu menyenangkan juga ya? Aku kira selama ini kamu anti-sosial atau apa sampai selalu melihatmu sendirian ketika makan siang." Ujarnya sesaat setelah menyelesaikan tawanya.
"Hei! Aku selalu sendirian bukan berarti aku anti-sosial. Lagipula jam makan siang hanya berlangsung selama 20 menit dan itu berarti aku hanya sendirian selama 20 menit. Apa kabar dengan orang yang menghabiskan waktu lebih dari 1 jam di dalam kamar mandi? Apa kamu menilai mereka anti-sosial juga hah?" Sembur Dira tak terima dengan penilaian pemuda itu. Enak saja mengatakan Dira anti-sosial, padahal saling mengenal pun tidak! "Mereka bahkan keluar dengan wajah berseri dan aroma menyegarkan setelah semedi di dalam kamar mandi, kalau boleh ku tambahkan." Sambung Dira kesal.
"Wow.. ternyata kau juga menghabiskan lebih dari 1 jam di dalam kamar mandi?" balas pemuda itu lengkap dengan ekspresi terkejutnya yang dibuat-buat. Dira benar-benar ingin mencekiknya sekarang.
"Sialan! Bukan Aku!"
"Maksudku, Aku tidak heran kalau kamu menghabiskan lebih dari 1 jam di dalam kamar mandi. Selama aku melihat wajahmu yang berseri dan aroma yang menyegarkan ini." Pemuda itu memamerkan senyum manisnya yang membuat Dira merah padam sekarang. Apa maksudnya tadi? "Dengan tatapan mata hitam dan bulu mata lentikmu, kalau boleh ku tambahkan." Kurang ajar! Dia bahkan berani membalas ucapan Dira.
"Mengobrol denganmu sangat menyenangkan, tapi aku harus kembali ke kelas sekarang juga atau aku terpaksa berkeringat karena berlarian di lapangan, kau belum tau kan betapa galaknya guru PPKN kelas 3 hm?" Apa katanya tadi? Menyenangkan? Hah! Pantat kuda! Pemuda itu bahkan membuat Dira mendidih dan dia bilang itu menyenangkan.
"Aku justru sangat ingin melihatmu pingsan karena berlarian di lapangan." Desis Dira
"Hahaha, sampai jumpa. Senang berkenalan denganmu.. Dira Aleetha Qirani." Pungkas pemuda itu sebelum berlalu pergi tanpa melihat wajah Dira yang benar-benar melongo sekarang.
YOU ARE READING
Untold Love
RomanceDira Aleetha Qirani, gadis yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya dengan membuat seorang Edgar Aldian pusing dengan tingkahnya. Semua terasa baik-baik saja kecuali kenyataan bahwa hambar sering kali datang saat ia mengingat mata cokelat yang mena...