Untold Love - 9

17 2 0
                                    

"Sahabat itu sebagai tempat curhat,
Bukan tempat 'singgah' sesaat."
#Anonim

*********
“Aku minta maaf.” Ujar gadis itu bahkan sebelum lawan bicaranya mengucapkan kata Halo.

“Biar aku dengar dulu penjelasanmu sebelum memutuskan mengampunimu atau tidak.”
Jawab Arka diseberang telepon, yang langsung disambut helaan nafas oleh Dira. Otaknya dipaksa untuk segera merangkai karangan bebas. Apa saja agar pemuda itu mau mengampuninya.

“Aku jalan sama Edgar.” Pada akhirnya yang keluar dari mulut mungilnya adalah pengakuan jujur tanpa berniat mengarang cerita demi menyelamatkan diri.

“Edgar ngajak jalan ke mall, mau cari kado untuk sepupunya yang ulang tahun. Jadi aku menemaninya karena berfikir tidak akan lama. Tapi pada akhirnya aku lupa kita punya janji.”

Gadis itu cepat-cepat menambahkan sebelum pemuda itu salah faham.
Meskipun tidak tau apa yang membuatnya takut jika pemuda itu salah faham pada perkataannya.

“Ya sudah, lain kali jangan lupa untuk mengangkat telepon ku. aku hanya khawatir karena tidak menemukanmu di kampus tadi.”

“Nggak marah?”

“Kalau kamu sudah sampai rumah dengan selamat, kenapa aku harus marah?”

Gadis itu menemukan dirinya tergagap, menyadari fakta dibalik alasan mengapa ia berani mengatakan hal jujur pada pemuda itu tanpa melebihkan kalimat apapun sebagai alasan.

Tanpa khawatir bahwa ia akan dimakan mentah-mentah atau di berondong pertanyaan sampai terpojok.

Semua itu karena Arka berbeda dengan Edgar.
Edgar akan dengan senang hati mengejarnya sampai ke ujung dunia sekalipun hanya untuk menanyainya. Entah untuk kepuasan dirinya atau memang karena pemuda itu begitu takut dibohongi oleh Dira.

Tapi Arka, pemuda itu hanya akan bertanya dan setelah dijawab hanya akan mengatakan hal masuk akal lain tanpa membuat Dira jengah.

Hal yang justru membuat Dira tidak berani mengatakan kebohongan hanya untuk menyelamatkan diri.
Karena ia yakin bahwa Arka akan mempercayainya.

“Dira?” panggil pemuda itu ketika ia tidak kunjung mendapatkan sahutan dari gadis yang menghubunginya dengan suara tercekat ketika mengatakan maaf beberapa saat lalu.

“Iya?”

“Sudah makan?”

“Sudah tadi sama Edgar.”

“Oh aku lupa, tentu saja Edgar tidak akan membuatmu kelaparan kalau dia bahkan repot-repot mencurimu dari ku kan?” ujar pemuda itu dengan senyuman tipis di bibirnya yang tentu saja tidak bisa Dira lihat, namun tergambar jelas dari nada suaranya yang terdengar serupa dengan sindiran.

“Rencanamu hunting foto sore tadi bagaimana? Jadi?”
Gadis itu tentu saja berupaya mengubah topik apapun agar pembicaraan meraka bukan tentang Edgar.

“Tidak, aku tadi kembali ke kantor setelah tidak menemukanmu di kampus selama satu jam.”

Dira tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum ketika mengetahui bahwa Arka menunggunya.
Ya! Pemuda angkuh dan arogan itu menunggunya dan tidak marah sedikitpun. Hal yang harusnya masuk buku rekor bukan?

Kemudian gadis itu melarikan matanya menuju jam dinding di dalam kamarnya, kemudian bertanya dengan sudut bibir yang masih membentuk senyuman.

“Jam segini masih di kantor? Sesibuk itu ya pak Direktur?”

Arka terkekeh mendengar pertanyaan Dira, gadis itu sudah bisa menggodanya ternyata.

“Sebentar lagi pulang, kenapa? Kangen hm?”

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 14, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Untold LoveWhere stories live. Discover now