"Di dalam sebuah pesta,
Kau akan temukan banyak manusia bersandiwara.
Tapi tidak dengan cinta.
-Anonim-
******
Hari ini Edgar pulang dari rumah kakek-neneknya di kampung, membuat Dira bangun pagi dan bergegas mandi. Hal yang tidak mungkin Dira lakukan ketika tidak ada jadwal kuliah, tentu saja gadis itu akan lebih memilih untuk melanjutkan tidurnya. Namun tidak dengan hari ini, gadis itu bahkan sudah duduk manis di ruang tamu menunggu Edgar datang. Dira tidak khawatir pada komentar netizen maha benar –orangtuanya- karena mereka sedang tidak berada dirumah. Tio sudah berangkat kerja dari 2 jam lalu dan Linda sudah sibuk dengan ibu-ibu arisan dirumah tetangga. Dira menunggu sambil memainkan ponselnya, tepat jam 9 pagi mobil Edgar sudah sampai di depan gerbang rumah Dira. Dengan senang hati Dira membukakan gerbang rumahnya dan mempersilakan Edgar memarkirkan mobilnya dihalaman rumah. Kemudian dengan manja menyambut Edgar dengan pelukan, lengkap dengan senyum manisnya. Hal yang jarang Dira lakukan bahkan mustahil ia lakukan!
"Aku kangen." Ujar Dira masih berada dipelukan Edgar. Ekspresi Edgar yang bingung menunjukkan bahwa ia masih mencoba menerka ada apa dengan Dira pagi ini. Kemudian membalas ucapan Dira yang masih bergelanyut di dadanya
"Dir?" panggil Edgar pelan. "Kamu nggak sakitkan? Atau baru divonis dokter kena kanker?" Tanya Edgar dengan wajah horrornya ketika menatap Dira. Kemudian ganti mengamati penampilan gadis itu dari ujung rambut hingga kakinya. Melihat bahwa Dira tidak pucat dan rambut yang tidak rontok saat ia menyentuh rambut gadis itu membuat Edgar bernafas lega. Dira yang masih berdiri dengan senyum manis dibibirnya kemudian kembali bersuara. "Gar, oleh-oleh buatku mana?" Seketika itu juga Edgar berdecak kesal. Terjawab sudah apa yang menjadi penyebab penyihir didepannya itu berubah menjadi peri baik hati. Dengan wajah cemberutnya Edgar mengambil oleh-oleh dari bagasi mobil dan membawanya masuk ke dalam rumah Dira. Diiringi tawa Dira yang semakin membuatnya kesal.
"Jadi ini alasanmu bawa mobil bukannya motor kesayangan kamu itu?" Komentar Dira setelah melihat banyaknya oleh-oleh yang dibawa Edgar dengan mata berbinar.
"Ini untuk om dan tante juga Dir. Jangan rakus!" Ancam Edgar seraya berlalu menuju meja makan diikuti Dira dibelakangnya.
"Ibu sengaja masak tumis jamur dan ayam kecap karena ku beri tau kamu pulang hari ini. Dan sudah pasti akan mengungsi kemari karena tidak mau repot disuruh tante Hana mengantarkan oleh-oleh untuk tetangga." Ujar Dira yang sudah duduk dihadapan Edgar yang tengah mengisi piringnya dengan nasi.
"Ibu mertua memang perhatian." Cengir Edgar yang dibalas dengusan oleh Dira.
"Bagaimana kabar kakek dan nenekmu?"
"Tua dan keriput." Jawab Edgar yang sudah memenuhi piringnya dengan makanan
"Dasar cucu kurang ajar." Cibir gadis itu pada pemuda yang kini sudah sibuk melahap sarapannya.
"Mereka titip salam untukmu." Ucap edgar dengan mulut penuh.
"Telan Gar!" Peringatan Dira justru dibalas Edgar dengan aksi menjelali mulutnya lagi dengan makanan. Membuat Dira memutar bola matanya, kemudian beranjak mengambil 2 gelas minuman birisi air mineral dan susu. Kebiasaan yang sudah Dira hafal diluar kepala tentang Edgar. Pemuda itu akan menghabiskan sarapannya kemudian meminum air mineral dan berlanjut dengan segelas susu. Berbeda dengan Dira yang waspada pada susu karena pengalaman masa kecilnya, maka Edgar adalah fans berat susu. Susu apa saja akan Edgar minum tanpa beban, bahkan lidah Edgar sudah sangat peka pada minuman atau makanan apapun yang mengandung susu. Pemuda itu bisa membedakan rasa susu sapi atau susu kedelai walaupun sudah dicampur dengan bahan lain. Karena itu jika Dira tidak yakin pada minuman yang ia pesan ketika sedang makan diluar bersama Edgar. Maka Edgar lah yang akan mencicipi minuman tersebut kemudian menyerahkan minuman itu kepada Dira ketika sudah yakin tidak ada kandungan susu kedelai didalamnya.
YOU ARE READING
Untold Love
RomanceDira Aleetha Qirani, gadis yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya dengan membuat seorang Edgar Aldian pusing dengan tingkahnya. Semua terasa baik-baik saja kecuali kenyataan bahwa hambar sering kali datang saat ia mengingat mata cokelat yang mena...