Untold Love - 7

11 1 1
                                    

Dira memasuki rumah dengan perasaan siap perang. Berpikir bahwa Edgar pasti sudah menunggunya di dalam. "Hah! Betapa melelahkannya hari ini" desahnya dalam hati.

Sebenarnya tidak bisa dikatakan terlalu melelahkan. Karena sedari tadi yang ia lalukan hanyalah menemani Arka jalan-jalan yang sesekali dimanfaatkan pemuda itu untuk mengisi memori kameranya dengan beberapa foto. Selanjutnya Dira hanya duduk ditemani beberapa cemilan yang tentu saja berkat kemurahan hati Arka.

Namun otaknya yang ia gunakan untuk mengarang berbagai alasan kenapa ia tidak menceritakan kebiadaban Arka malam itu lah yang membuatnya merasa lelah. Lelah karena memeras otaknya terlalu giat dari yang biasanya ia lakukan. Diliriknya ponsel yang sedari tadi digenggamnya. Tidak ada satu pesan pun dari Edgar.

Beberapa kali ponselnya bergetar hanya karena sms dari operator yang menyatakan ia menang hadiah undian 100 juta. Beh! Sudah kaya dia kalau hampir tiap hari menang begituan. Pesan sampah yang kemudian dibalasnya dengan 'Uang nya buat Bapak aja. Itung-itung saya sedekah' benar-benar gadis yang murah hati bukan?

Ia sudah menghabiskan waktu hampir 10 menit untuk duduk di teras rumahnya. Sama sekali belum memutuskan masuk karena yakin Edgar sudah membawa golok untuk menyambutnya.

Sedangkan Arka, biang keladi dari semua ini sudah melesat pergi sesaat setelah mengantar gadis ini sampai di depan gerbang rumahnya.

Dengan sepenuh hati, gadis itu menguatkan hatinya untuk menghadapi Edgar didalam sana. Rumahnya yang nyaman sebentar lagi akan jadi medan tempur antara diriya dengan Edgar.

Pelan tapi pasti ia sudah memasuki ruang tamu rumahnya. Tidak ada Edgar disana, kemudian masih dengan perasaan terancam bak kelinci yang bertamu ke kandang macan. Ia kembali melanjutkan perjalanan panjangnya menuju ruang tengah.

Dan...... nihil!

Ia tidak menemukan batang hidung Edgar disana, dimana pun. Yang ada hanya ayahnya yang baru saja menyesap kopi ditemani acara olahraga flip diving dalam ajang olahraga se-Asia yang baru-baru ini ramai diperbincangkan. Well, apalagi kalau bukan karena atlet pria nya bening-bening?

Tio yang sedari tadi fokus pada televisi yang tengah menampilkan para atlet pria yang hanya memakai celana dalam plus perut six pack itu kini menoleh karen menyadari kedatangan putrinya.

"Baru pulang Dir?" sapa Tio

Yang disapa justru menanyakan hal lain "Edgar nggak kesini yah?"

"Lah ayah kira kamu pulang diantar Edgar kaya biasanya."

Kening Dira berkerut sekarang, tidak biasanya pemuda itu bersikap seperti ini. Dia akan langsung datang dan menunggu Dira pulang dan menyelesaikan masalah mereka saat itu juga. Tapi ini, Edgar bahkan tidak mengirim pesan apapun sejak tadi siang.

"Kamu nggak pulang sama Edgar?" tanya ayahnya lagi, membuyarkan lamunannya.

Dira memilih duduk dismping Tio, merebahkan punggungnya di sofa. Mencoba mencerna sikap Edgar, apa Edgar benar-benar marah?

"Tadi Dira pulang sama temen yang lain Yah, nggaksama Edgar." Jawab Dira setelah Tio masih menatapnya menunggu jawaban.

"Kok tumben? Lagi marahan sama Edgar?"

"Nggak kok, nggak ada apa-apa." Berbohong sekali itu lebih baik guna memangkas rasa kepo ayahnya.

"Baguslah kalo gitu, jangan berantem sama calon mantu ayah."

"Kenapa nggak ayah aja yang nikah sama Edgar?" balas Dira dibarengi dengusan tanda tak setuju pada visi misi ayahnya itu.

"Terus ibu kamu dikemanain?"

Untold LoveWhere stories live. Discover now