Untold Love - 3

42 5 2
                                    

Ada yang tak ikut tenggelam ketika senja datang

Yakni, Rasa.

-Rohmatikal Maskur-

*******

Udara sejuk dan kicauan burung dipagi hari yang cerah ini ternyata tidak cukup untuk meredakan amarah Dira. Setelah sebelumnya mendapat panggilan dari ojek pribadinya -Edgar- bahwa pemuda itu tidak bisa menjemputnya, bahkan tidak masuk kelas hari ini. Awalnya Dira mengira ini mimpi, karena seorang Edgar tidak masuk kelas adalah hal yang seharusnya masuk buku rekor! Tapi semua prasangka yang sempat singgah diotak sejengkal Dira yang penuh dengan kecurigaan itu segera luntur, ketika Hana, mama Edgar, menyapa lembut melalui telepon bahwa mereka akan ke rumah kakek-nenek Edgar untuk 2 hari ke depan. Membuat Dira terpaksa percaya bahwa Einstein itu meninggalkan kelas hari ini.

Dira terpaksa berlari menuju kelas karena Edgar baru mengabari berita minggatnya 25 menit sebelum kelas dimulai. Segala umpatan dan sumpah serapah mengiringi setiap langkahnya. Bukan Dira jika tidak mengumpat tentu saja. Dan berita bagusnya, Dira harus cukup tegar untuk menerima omelan dosennya plus paket komplit mengerjakan soal kuis yang bahkan Dira tidak ingat bahwa hari ini ada jadwal kuis yang menanti. Dira harus bisa menyelesaikan soal itu atau dia akan jadi patung 'selamat datang' sampai kelas usai, hal yang membuat Dira bersumpah akan membunuh Edgar setelah ia pulang nanti!

Siang ini Dira tengah duduk di kursi taman depan kampusnya sembari menikmati jus strawberry favoritnya, berharap minuman itu bisa memperbaiki moodnya sebelum ia pulang nanti. Atau akan terjadi drama dimana Dira yang tengah badmood mengunci diri di kamarnya sedangkan Tio akan menggodanya dengan pertanyaan yang tidak masuk akal seperti 'putus dengan Edgar?' atau 'Edgar sudah kebelet menikah dan kamu tidak setuju?'. Dira hampir memuntahkan jus strawberry yang baru saja melewati kerongkongannya sesaat setelah membayangkan hal menjijikan itu. Hell!

"Kupikir kau akan kabur dan berpura-pura lupa kalau kita ada janji. Ternyata nyalimu besar juga eh?" Tanya seorang pemuda yang tiba-tiba sudah duduk dihadapannya dengan santai meminum jus strawberry milik Dira sampai tak tersisa, membuat Dira tak bisa menahan dengusan.

"Kupikir kau cukup kaya untuk sekedar membeli segelas jus? Atau kau hanya tinggal menjentikkan jari dan puluhan hektar kebun strawberry sudah bersertifikat atas namamu." Komentar Dira sinis, menyatakan perang pada Arka yang masih saja terlihat tidak berdosa.

"Ayo berangkat, tempat yang ingin aku datangi ada di pinggir kota." Jawab Arka yang jelas-jelas mengabaikan nada sindiran yang dilontarkan Dira lengkap dengan ekspresi datarnya. Dira sudah pasti akan mengunjungi dukun santet setelah ini! Dan apa katanya tadi? Tempat? Dipinggir kota? Apa maksudnya?

"Sudah ku duga kau pasti lupa." Ujar Arka setelah melihat ekspresi linglung diwajah Dira. "Tanggungjawab mu setelah membuatku menjadi tontonan orang di Taman, dan kesepakatan kita setelah kau menghabiskan 2 paket menu sarapan di cafe waktu itu." Lanjut Arka seraya menahan tawa diwajahnya, membuat semburat merah padam terbit di pipi Dira. Ingat akan kelakuan tidak tahu malunya yang memesan menu sarapan lagi setelah awalnya menolak diseret menuju cafe oleh Arka. Ya! Dira punya selera makan yang besar, hingga tidak jarang membuat Edgar mengerang ketika mengajak Dira makan diluar. Karena Dira tidak akan ragu memesan menu apa saja yang dilihat oleh mata laparnya. Atau membuat Edgar jengah ketika sendok makan Dira ikut bertamu dipiringnya. Dan di hari naas dimana ia menabrak Arka adalah hari dimana ia melewatkan makan malamnya. Semua itu berkat Arka, Dira tertidur setelah berusaha menerka pertanyaan Arka di bengkel mobil waktu itu. Dengan berfikir bahwa Arka pelaku utama yang membuatnya bangun tidur dengan kelaparan, maka Arkalah yang harus bertangggungjawab untuk membayar tagihan sarapannya.

"Aku bisa saja terus disini dan menunggumu melamun, tapi jangan salahkan aku kalau nanti kau sampai di rumah tepat tengah malam." Ucapan Arka membuyarkan lamunan Dira. Membuatnya ingat akan hal yang lebih penting, yaitu kesepakatan diantara mereka. Dimana Dira setuju untuk menjadi budak Arka selama 20 hari ke depan. Budak? Iya tentu saja budak yang sesuai dengan bayangan Dira. Jangan bertanya apakah Dira tidak memprotes tuntutan Arka, tentu saja Dira melakukannya! Dan sudah pasti Dira kalah menghadapi pemuda seperti Arka.

Untold LoveWhere stories live. Discover now