Tidak apa apa jika tuhan merenggut semua cinta yg kumiliki, asalkan Bintangku tak redup termakan waktu.
- Kim Jimin
Aku adalah bintangnya jimin hyung, dia yang selalu mengatakan itu kepadaku. Tapi kuharap, setelah aku pergi dia menemukan bintang bar...
Dia tak pernah berubah Hatinya masih sama Polos dan suci
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
. . . . . . . . . . . . . . . . Di atas segalanya, Taehyung pernah bahagia. Menikmati hari-hari penuh warna dengan kakaknya. Bermain air saat hujan, juga menghitung bintang kala malam datang. Saat Jimin mengatakan Taehyung adalah bintangnya, hatinya senang bukan main. Tapi setelah beberapa hari berlalu, Taehyung sadar dia bukan bintang yang tepat untuk kakaknya.
Dia bagaikan bulan yang tak bisa bersinar dengan mandiri. Suatu saat cahayanya akan redup meninggalkan jejak yang tak kentara.
Dan di atas segalanya, Taehyung hanya ingin melihat kakaknya bahagia. Itu saja........ . . . .
. . .
Tangan kirinya mengepal erat, sementara tangan kanannya memegang sebuah koper besar. Pemuda itu memandang orang-orang yang berlalu lalang tanpa minat. Berulang kali helaan napas terdengar.
"Taehyungie"
Dia menoleh ke belakang, mendapati sepupu tertuanya berjalan cepat menghampiri. Tangan kanannya menenteng koper besar, sementara tangan kirinya membawa buku paspor berwarna putih.
"Hyung mencarimu dari tadi, kau kemana saja?" Jin berhenti di depan Taehyung, lalu mengusap wajahnya dengan kasar.
Taehyung kembali menghela napas "Seharusnya periksa dulu hp-mu hyung, bukankah aku sudah mengirimkan pesan dan menelfon mu tadi?"
Mendengar perkataan adiknya, Seokjin bergegas mengecek ponselnya. Dan benar saja, ada 20 panggilan tak terjawab dan 15 pesan dari Taehyung.
"Hehehehhe" Seokjin dengan bodohnya, lalu menepuk pelan pundak adiknya.
"Ayo cepat hyung, aku ingin menemui Jimin hyung" Taehyung menarik tangan hyungnya cepat, lalu menyeretnya dengan kasar.
Kali ini Seokjin yang menghela napas, tangan putihnya pasti akan berwarna merah nanti. Setelah semua urusannya selesai, Seokjin pikir ia harus pergi ke tempat perawatan kulit. . . . . . . . . . Jimin menggeliat gelisah dalam tidurnya, rambutnya bahkan terlihat lepek karena keringat dingin. Tangannya sesekali mengepal keras, sehingga menyisakan bercak merah yang begitu kentara.