Part 12

3.5K 169 2
                                    

"Di, ke kantin yok." ajak Valdi.

Aldi mengangguk. "Yauda sih. Lagian nafsu makan gue baru muncul."

"Is is is. Lo mau sarapan aja harus make jadwal ya." tambah Reno.

Aldi terkekeh. "Ya mau gimana lagi coba. Yauda ayo."

Mereka lantas berjalan menuju kantin dengan Aldi yang memimpin di depan.

Tidak lama kemudian, mereka pun sampai di tempat tujuan, kantin.

"Mau mesen apaan nih?" tanya Reno, selaku pelayan pribadi mereka.

"Gue bakso sama susu." jawab Aldi.

"Pagi-pagi nyusu aja lo ya." ujar Valdi.

"Bacot lo. Jugaan susu kotak." jawab Aldi.

"Bilang kek dari tadi. Kan gue enggak ambigu jadi nya." ujar Valdi.

"Sange mulu tuh otak." guman Aldi.

"Sssstt, pagi-pagi enggak boleh berantem. Yaudah, lo mesen apaan, Val?" tanya Reno.

"Samainlah kayak Aldi. Biar lo enggak ribet." jawab Valdi.

Reno lantas mengangguk. Ia lalu menatap ke arah Aldi.

"Iya gue paham." ujar Aldi seraya memberikan selembar uang seratus ribu kepada Reno.

"Hehe, tumben lo peka amat, Di." jawab Reno seraya pergi untuk memesan makanan.

Setelah kepergian Reno untuk memesan makanan, diantara Valdi dan juga Aldi lantas terdiam. Mereka sibuk dengan gadget masing-masing.

Aldi lantas membuka aplikasi instagram milik nya. Tanpa ia sadari, Aldi lalu mencari akun instagram milik Celin.

Setelah beberapa detik melihat akun tersebut, Aldi lantas tertegun. "Lah, ngapain juga gue ngeliat ni akun?"

Mendengar Aldi bergumam lantas membuat Valdi seketika menoleh. "Kenapa, Di?"

Aldi menggeleng. "Ah, cuma sinyal jelek doang. Biasalah."

Valdi lantas mengecek ponsel miliknya. "Perasaan sinyal disini penuh deh. Secara kita kan pake Wi-Fi sekolah."

"Ehm, gue tadi enggak pake Wi-Fi, makanya jaringan nya agak lemot." jawab Aldi.

Valdi hanya ber-Oh ria saja mendengar nya. Ia lantas melanjutkan kembali kegiatan nya.

"Untung aja gue enggak ketahuan." gumam Aldi dalam hati.

***

Bel pun berbunyi. Semua siswa berhamburan untuk memasuki kelas nya masing-masing, termasuk dengan trio tampan tersebut.

"Wah, enggak nyangka ya sekarang udah mulai belajar aja." gumam Reno saat mereka telah menduduki bangku masing-masing.

Valdi lantas terkekeh. "Bener tuh. Padahal sebulan lalu kita masih libur."

Bersamaan dengan itu, tiba-tiba Pak Jery, selaku wali kelas mereka memasuki kelas tersebut.

"Selamat pagi anak-anak." sapa Pak Jery.

"Selamat pagi, pak." sahut mereka semua.

"Gimana liburan kalian? Menyenangkan?" tanya Pak Jery.

"Kurangan, pak. Saya masih kangen sama tempat tidur." jawab Aldi dengan lantang nya.

Seluruh kelas lantas tertawa, begitu pun juga dengan Pak Jery.

"Aldi aldi, kamu itu cakep tapi kebo juga ya." ujar nya sambil terkekeh.

"Tidur itu adalah ibadah, pak. Jadi, wajar dong." jawab Aldi.

Lagi-lagi, seluruh kelas kembali tertawa.

"Sudah sudah. Nah, apa kalian sudah mengetahui murid baru di kelas kita?" tanya Pak Wirawan.

"Oh, si nenek lampir itu, pak?" tanya Aldi.

Seketika seluruh kelas kembali tertawa.

"Aldi, sudah. Nah, sekarang dia ada di belakang Aldi. Nak, silahkan maju kedepan untuk memperkenalkan diri." ujar Pak Jery.

Celin lantas berjalan ke arah depan kelas.

"Idih, nenek lampir aja isi jalan kayak model. Enggak banget deh." gumam Aldi saat Celin berjalan di samping nya.

Mendengar hal tersebut membuat Celin menoleh ke arah Aldi. "Eh, lo tu sewot banget ya? Sok ganteng pula."

Seluruh siswa yang mendengar ucapan Celin tersebut lantas terkejut bercampur marah.

"Ih, anak baru aja songong banget." bisik salah satu siswi.

"Cantik sih, cuma mulut nya enggak di rem." bisik siswi lain nya.

Mendengar semua ocehan tersebut membuat Celin menggerutu. Tetapi, ia berhasil menahan semua nya.

"Nama gue Celin Fernandi Putri. Pindahan dari SMA Nusa Bangsa. Kalian semua boleh manggil gue Celin." ujar Celin singkat.

Pak Jery lantas mengangguk. "Baik, terima kasih Celin, kamu boleh kembali duduk. Nah, buat yang lainnya, jika ingin bertanya, maka tanyakan saja langsung pada Celin."

"Celin, nomor ponsel lo berapa? Minta dong. Gue mau nyuruh kucing tetangga gue buat nembak lo." ujar Aldi tiba-tiba.

Seluruh kelas kembali tertawa. Lain hal nya dengan Celin, ia sangat marah mendengar semua nya tetapi ia masih bisa bersabar untuk saat ini.

"Sabar Celin sabar. Kalo lo nanggepin perkataan orang gila, berarti lo sama gila nya kayak dia." gumam Celin pelan.

"Eh, gue masih waras. Enak aja ngatain gue gila." ujar Aldi.

Mendengar hal tersebut membuat Celin sedikit terkejut. Ya, ternyata Aldi mendengar semua nya.

Ia lantas berjalan kembali ke bangku nya. Lebih tepatnya kembali ke belakang Aldi.

"Sabar ya Cel, Aldi emang kayak gitu." ujar Reno saat Celin sudah berada di bangku nya kembali.

"Enggak masalah. Gue udah biasa ngadepin orang gila." jawab Celin.

Aldi lantas menoleh ke arah belakang. "Wah, hebat dong? Coba lo ajarin baca orang gila deket rumah gue. Kali aja dia makin pinter karena diajarin sama lo."

"Oh, pantes aja di depan gue ada orang gila. Secara dia tinggal nya deketan sama orang gila." jawab Celin dengan bangga nya.

"Terserah dia dong mau tinggal dimana. Itu kan hak nya dia. Lagipula di Indonesia enggak ada tuh namanya larangan untuk bertempat tinggal, asalkan aman dan sesuai dengan peraturan yang ada. Terus salah nya apaan coba?" ujar Aldi tidak mau kalah.

Mendengar hal tersebut sontak membuat Celin terkejut. "Pinter juga ni anak. Pantes aja bintang sekolah."

"Kenapa liatin gue terus? Naksir?" tanya Aldi.

Celin lantas mengerjap. "Apaan sih. GR banget, kayak om-om kurang belaian."

"Gue emang kurang belaian. Terus kenapa? Masalah buat lo?" lawan Aldi.

Celin terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ternyata, berdebat dengan Aldi tidak akan ada habis nya.

"Sudah sudah. Aldi, kamu duduk yang bener. Sekarang, kita mulai pembelajaran nya. Keluarkan buku Bahasa Indonesia kalian." ujar Pak Jery.

Mereka lantas menuruti perkataan Pak Jery, termasuk Aldi dan teman-teman nya.

***

Hey Aldi [OPEN PO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang