Part 10 - Kekuatan Dari Sebuah Kejujuran -

22 6 0
                                    

William POV

Siang ini, pukul 11.15 WIB aku ada janji dengan seseorang yang 2 minggu lalu mengirimiku pesan singkat. Sebenarnya berat rasanya membawa serta Shabia ke Indonesia dengan kondisinya yang sekarang. Tapi... Shabia tetap bersikukuh untuk ikut ke Indonesia. Dia merindukan kampung halaman ibunya, Yogyakarta.

Kami sudah dua hari di Indonesia. Hari pertama kami di Yogyakarta. Mengisi energi Shabia dengan kenangan ibunya yang telah tiada sejak 4 tahun lalu. Tepat seminggu setelah pernikahan kami, ibunda Shabia meninggal karena mengidap kanker payudara.

Kini kita di Jakarta, tepatnya di restoran dekat kantor William. Setelah selesai menandatangani beberapa berkas dan meeting singkat seputar rencana pembukaan cabang baru, William menunggu sesosok wanita itu. Wanita yang mengirimi pesan padanya.

Melihat wajah Shabia yang merona dan terlihat segar, ada sedikit kelegaan direlung hati William. Sepertinya, keputusan mengijinkan Shabia pulang ke Indonesia adalah keputusan yang tidak sia-sia.

Banyak senyum yang terlontar darinya. Meskipun aku tak melihat dia tersenyum karena wajah cantiknya tertutupi oleh selembar kain hitam, iya... Dia adalah muslimah yang berniqob. Kedua matanya yang menyipit menandakan dia sedang tersenyum.

Kuraih tangannya yang mengatup diatas meja. Kulemparkan senyum padanya, senyum yang sangat hangat. Lalu kuciumi kedua tangannya. Dia tersenyum.

Tak lama, pramusaji membawakan pesanan kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak lama, pramusaji membawakan pesanan kita. Genggaman tangan kami harus terlepas karena sepiring salad dan tiga botol infused water sudah tertata rapi dimeja. Kusengaja untuk menunda makan siang. Menunggunya datang. Jam arloji menunjukkan pukul 11.35 WIB. Kuedarkan pandangan, menyapu setiap pandangan di dalam restoran. Memastikan bahwa wanita yang ditunggunya sudah datang ataukah belum.

Karena sebentar lagi sudah masuk waktu dzuhur, maka kuajak Shabia untuk menyantap salad sayur kami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karena sebentar lagi sudah masuk waktu dzuhur, maka kuajak Shabia untuk menyantap salad sayur kami. Kusuapi dia. Shabia sangat suka kusuapi karena pasti apa yang kusuapkan pasti ia makan dan sampai habis. Perlahan lahan semua salad dipiring pun tandas. Setelah menghabiskan infused water yang begitu segar, Shabia berpamitan untuk ke kamar mandi.

Journey Of Diara -  Beautiful Patience Is Struggle For Jannah - Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang