12

812 198 2
                                    

Keadaan mereka menjadi canggung setelah Jihoon mengungkapkan perasaannya kepada Yena secara implisit. Yena tidak bodoh. Yena jelas tau apa yang dimaksud oleh Jihoon tadi. Hanya saja ia terlalu terkejut.

"Yen, mau yang warna apa?"

Lamunan Yena buyar seketika saat Jihoon melambaikan tangannya di depan wajah Yena.

"Eh gimana?????"

Bukannya mendapat jawaban, Yena justru mendapati Jihoon tertawa kecil. Tawa yang membuat Yena sering kepikiran akhir-akhir ini.

"Lagian lo ngelamun sih. Mau warna apa nih talinya?"

"Putih aja deh,"

Setelah Yena menjawab, Jihoon langsung pergi ke kasir untuk membayar. Sambil menunggu, Yena memutuskan untuk melihat-lihat aksesoris lainnya. Sebuah ikat rambut berhiaskan boneka kelinci mencuri atensinya.

Belum sempat ia mengambil ikat rambut itu, tangan lain sudah mendahuluinya. Tapi bukan itu yang membuatnya terkejut. Yang membuatnya terkejut adalah ketika tangan itu kemudian melepas ikatan rambutnya, lalu mengikatnya kembali dengan si boneka kelinci.

"Cantik."

Yena langsung memutar tubuhnya ketika mengenali suara itu. Dengan wajah semerah yang ditekuk, ia sudah siap menyembur si pelaku dengan omelannya.

"Jihoon apaan sih ngagetin aja!? Lagi apaan coba langsung dipakein, kan belum dibayar????"

"Udah gue bayar sejak lo mulai ngeliatin itu lama banget. Heran, kenapa ngga langsung diambil aja sih? Kan keburu kelincinya kabur nanti"

Ekspresi kesal Yena berangsur-angsur tergantikan oleh ekspresi geli. Ia tidak menyangka jika selera humor Jihoon buruk sekali.

"By the way, Yen, buat yang tadi ngga usah dipikirin ya"

Sepercik rasa kecewa muncul di hati Yena karena ia merasa Jihoon tidak benar-benar serius dengan ucapannya.

Shoelaces | Jihoon, Yena ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang