"Yen tali sepatu lo apa-apaan sih?" Noe menyambut Yena dengan suara serak khas miliknya.
Yang disambut hanya melirik sekilas, lalu melenggang ke kursinya begitu saja. Bukannya Yena mengacuhkan Noe, hanya saja gadis itu lebih nyaman jika menceritakan semuanya di tempat duduk.
"Terus lo jadinya gimana kemarin sama si manis? Jangan-jangan itu tali yang milihin si manis?"
"Aduh satu-satu dong tanya nya!" Sergah Yena sebelum suara Noe semakin menyumbat telinganya. Setelah selesai meletakkan buku pelajaran pertama dan alat tulis di meja, Yena mulai menceritakan apa yang terjadi dengannya dan Jihoon kemarin.
"Lucu banget sih, Yen. Tapi kalo dipikir-pikir, kalian cocok kok!"
Yena melotot mendengar celotehan Noe. Gadis itu langsung memukul kepala temannya dengan gulungan kertas poster berisi tugas menggambarnya. Beruntung gulungan kertas itu tidak sampai tertekuk karena sepertinya pukulan Yena terlalu keras.
"Tapi tapi...."
Di sela-sela kegiatan mengusap-usap kepalanya, alis Noe terangkat untuk memberi respon terhadap gumaman Yena barusan. Temannya itu mendadak gugup dengan pipi yang sudah semerah tomat buah yang ia bawa hari ini.
"Gue kok jadi deg-degan ya kalo inget dia?"
Noe tersedak tawanya sendiri.