Sesuai perkataan laki-laki tadi, Yena menuju ke tempat kejadian perkara sebelumnya. Setelah melalui omelan Noe yang tidak ada habisnya dan menahan perih karena Goeun mengobati lukanya dengan gemas, akhirnya Yena diizinkan untuk menemui laki-laki tadi.
"Woi" seru Yena saat mendapati laki-laki tadi sudah berdiri bersandar di dinding koridor.
"Gue pikir lo ngga akan dateng. Maaf banget ya yang tadi. Lagian udah tau tali sepatunya lepas, ngga langsung dibenerin."
Yena mengernyit heran. Dia ke sini kan ingin meminta pertanggung jawaban, bukan mendapat omelan tambahan dari si pelaku.
"Awalnya gue mau maafin lo, tapi lo malah ikut ngomelin gue. Sebel" ujar Yena, lalu mengerucutkan bibirnya.
Si laki-laki hanya terkekeh gemas. Dalam hati ia mengira-ngira kenapa sebelumnya ia belum pernah melihat Yena padahal mereka satu angkatan.
"Gue Jihoon. Lo?"
"Ha?"
Karena tidak segera mendapat balasan untuk uluran tangannya, Jihoon mengamit tangan kanan Yena agar membalas salamannya, "Nama gue Jihoon, kelas XI-3. Lo?"
Otak Yena belum sepenuhnya mencerna apa yang terjadi. Dengan tergagap ia membalas genggaman tangan laki-laki itu, lalu menjawab, "Yena, XI-9"
"Oke, Yena. Karena sekarang gue ngga mungkin bawa tali sepatu nganggur, jadi nanti pulang sekolah gue anterin beli tali sepatu baru. Oke?"
Sepertinya hari ini Yena terlalu sering terheran-heran