Kevin sekarang lagi siap-siap. Katanya mau ngajak makan di luar. Padahal di apartemennya juga gak masalah sih sebenernya.
"Udah mas udah cakep, gak usah lama-lama liat cerminnya." kata gue ke Kevin yang masih betah liatin cermin sambil ngerapihin rambutnya.
"Iya aku udah tau aku cakep, tenang aja." kata dia dengan santainya dan menghampiri gue.
"Ayo," ajak Kevin ke gue terus jalan duluan.
Gak ada romantis-romantisnya kalau sama Kevin tuh. Jalan, jalan sendiri, makan juga makan sendiri.
"Kalau kamu yang nyetir gimana? Aku lagi mau tanding sama Rian dan Ginting nih." kata Kevin.
Gak salah mas? Saya yang di suruh nyetir sedangkan masnya main Game?
"Game aja teruuuss."
"Hehe, sekali aja ya please? Nah tuh kan udah mulai nih." kata Kevin yang udah masuk mobil dan mulai fokus ke handphone-nya.
Kevin bahkan punya handphone khusus dia main games, jadi gak akan penuh memori sama foto, atau video pribadi.
Sepanjang perjalanan gue fokus nyetir, sedangkan Kevin fokus main. Biasanya bawel banget dia tuh, tapi kalau udah kena handphone, lupa dah.
"Mas, ini mau kemana tujuannya?" tanya gue
"Terserah, kamu maunya kemana. Aku ikut aja."
Gak ketukar mas? Harusnya cewek yang bilang gitu.
"Ya udah aku bawa kamu ke pelatnas aja." ancam gue
Soalnya Kevin lagi males ke pelatnas, karena masih mau liburan.
"Yakin mau bawa aku ke pelatnas? Disana ada Rian, Ginting, Jojo juga lho. Aku makin fokus main entar." jawabnya.
Sabar, sabar. Kalau dibawa kesana berarti dia bakal kesenengan karena ada kawan sepermainannya.
"Nyebelin banget sih kamu Vin, kesel aku." protes gue, dan males manggil dia 'mas' lagi.
Terus tiba-tiba satu tangannya ngusap-ngusap rambut gue lembut. Tapi matanya masih terus liat ke game.
"Gak usah pegang-pegang, aku gak suka kamu sentuh. Game aja tuh kamu urusin, suruh game-nya nyetirin kamu." kata gue sewot dan ngelepasin tangan Kevin dari rambut gue.
Kevin cuma geleng-geleng tapi tetap lanjut nge-game. Dan kebetulan pas lampu merah, dia tiba-tiba misuh-misuh sendiri.
"Ah gilak, sialan, ini aduh. Woy ah ini si Ginting kok tengil ya?"
"Tolong ngaca dong Vin, kamu juga tengil." kata gue dalam hati.
"Kok bisa sih aku kalah main sama mereka. Gak bisa ini, gak bisa." Kevin masih misuh-misuh gak jelas.
Terus handphone-nye di lempar dong.
"Sayang uang mas, mendingan buat aku aja," kata gue
Dianya malah cemberut. Soalnya dia kalah main ternyata. Mungkin ini adalah balasan karena kamu nyuruh aku jadi supir Vin hehe.
"Padahal barusan tuh tinggal dikit lagi, ah sebel." lanjut Kevin, terus ngambil handphone yang tadi di lempar.
Gue cuma ketawa liatin dia yang marah sewot gak jelas.
"Ngapain kamu ketawa? Ngetawain aku pasti." ucap Kevin sambil ngeliatin gue yang terkekeh.
"Geer banget kamu, siapa yang ngetawain kamu coba. Lagian gak ada lucu-lucunya jugaa." elak gue
"Udah, nanti di depan berhenti." kata Kevin dengan tiba-tiba.
"Lha, kenapa berhenti?" tanya gue heran.
"Gantian nyetir lah, emang kamu mau jadi supir aku gitu?" kata Kevin dengan songongnya.
"Enak aja kamu!" protes gue ke dia yang sekarang lagi cengengesan gak jelas.
Lalu gue berhenti sebentar, dan tukeran posisi sama Kevin. Dia kalau bawa mobil kadang berasa lagi balap kali ya? Di kira dia boy kali ya?
"Mau ikut aku main jet ski gak?" tanya Kevin pas gue lagi ngemut permen.
Gue menggelengkan kepala. Sejujurnya gue gak terlalu suka, apalagi mainnya di air gitu. Gue pernah trauma soalnya.
"Kalau aku entar bareng Maria, gak apa-apa?"
Eittss masnya mancing saya emosi ya? Okay.
"Hm."
"Kamu marah enggak?"
"Hm."
"Beneran gak apa-apa?"
"Hm."
"Jawab aku pakai kalimat yang bener sayangku, boleh atau enggak? Marah atau enggak?" Pinta Kevin ke gue dengan nada sedikit serius.
Gue nunduk, gak jawab pertanyaan dia.
Peka sedikit dong Vin! Kalau gue kayak gini tuh berarti gak rela, gue cemburu.
Mau nangis di pojokan aja rasanya.
Gue pura-pura fokus main handphone aja. Males juga nanggepin dia yang gak peka. Main aja sana sama Marsel, aku mah apa atuh.
"Kamu bisa jawab enggak?" terus Kevin ngerebut handphone dari tangan gue.
"Kamu apaan sih? Balikin handphone aku!" protes gue.
Kevin gak dengerin apa yang gue omongin. Setelah merebut dan menyembunyikan handphone gue, dia lanjut nyetir.
"Kevin, kamu jangan marah." ujar gue ke dia.
Soalnya ekspresinya serem, kayak mau marah. Sangar tengil dilapangannya keluar.
"Hm."
Doi balas dendam ceritanya?
"Vin, masa kamu gak peka? Aku itu cemburu. C-e-m-b-u-r-u. Cemburu." kata gue sambil mengeja tiap hurufnya.
Gue liat ekspresi Kevin langsung berubah dan kayak nahan ketawa gitu. Sialan.
"Ya udah makanya, dari pada nanti aku mesra sama yang lain, mendingan mesra sama kamu 'kan?" tutur Kevin
Gue menghela napas panjang. Bisa banget dah ini orang ngebujuknya. Padahal gue bisa juga enggak.
"Tenang aja aku pasti jagain kamu, gak akan aku lepasin. Malah aku pegangin terus kamunya."
"Yeh itu namanya kamu modus,"
"Bukan modus sayangku, itu namanya memanfaatkan keadaan."
ITU NAMANYA SAMA AJA KEVIN :)
"Jangan lupa entar peluk aku yang erat ya hehe." -Kevin, Minions.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athlete [Kevin Sanjaya]
Fanfiction#Badmintonseries 16+ Dia adalah si tengil dan menyebalkan di lapangan. Tapi dia adalah orang yang paling jahil, pengertian sekaligus posesif. Kadang juga dia jadi bucin. Related to another athlete series ©2018, oneflowerisme