10. Setelah Baikkan

7.6K 890 49
                                    

Semenjak berantem waktu itu, Kevin beneran berubah. Ya meskipun kadang masih nakal. Namanya juga proses, tapi kalau udah kelewat batas— liat aja.

Sekarang kalau mau follow atau follow back cewek, jadi suka izin dulu. Ataupun mau bales chat cewek pasti diliatin dulu ke gue. Ya gue mah sabar, disakitin berkali-kali juga. Udah agak kebal sama omongan-omongan di luar sana.

Yang penting gue bisa fokus menyelesaikan pekerjaan dan resign. Iya gue memutuskan resign beberapa bulan lagi. Gue ingin fokus untuk mendukung Kevin dan membangun keluarga kelak.

Kalau masalah rezeki, ada Tuhan yang Maha Baik, Maha Pemurah. Yang terpenting bisa bersama Crazy Rich Ciumbrella.

Karena Kevin belum meresmikan kapan tanggal wedding-nya. Jadi belum sibuk apapun. Soalnya dia masih sibuk turnamen dan latihan sampai akhir tahun.

Sekarang aja udah banyak yang nge-chat buat pakai vendor mereka. Bahkan ada yang mau jadi sponsor pernikahan kami. Sekali lagi, gue harus diskusi sama Kevin.

Dan yang paling bikin syok sih, waktu ada media yang mau menayangkan pernikahan gue dan Kevin secara live. Tentu aja gue tolak, ya kebayang semuanya serba ke ekspos.

To: Si tangan petir ⚡

Mas, banyak vendor yang ngehubungin aku. Katanya mereka mau jadi sponsor lah itulah. Serius aku pusing, padahal nikahannya juga belum fix.

Baru sekitar lima menitan, Kevin menelpon gue.

"Halo."

"Kamu tuh apaan sih? Pernikahannya fix ya, gak usah ngomong aneh-aneh deh."

"Ih maksud aku belum fix tanggalnya ya ampun sensi deh."

"Ya chat dari kamu itu ambigu sayangku, bikin aku kaget aja."

"Iya udah iya, kamu fokus latihannya. Nanti sore ketemu ya, ada yang mau aku obrolin sama kamu."

"Iya Natal sayangku, see you."

Satu hal lagi yang terjadi setelah baikkan, Kevin makin sensi dan posesif.


















☀☀☀

Sorenya gue bertemu Kevin di apartemen gue. Hari ini gue males keluar, males kemana-mana pokoknya. Biasanya kalau kayak gini gue udah mau haid.

Gue tiduran di kasur, pakai headset, terus nonton drama. Ditemani segelas susu dan sepotong cheesecake.

Heaven.

"Pantesan di panggil-panggil gak nyahut, taunya pakai headset." Kata Kevin sambil mencabut paksa headset yang gue pakai.

Otomatis gue jadi bangun dan duduk diatas kasur. Kevin ikutan duduk di ujung kasur. Gue liat dia bawa satu kresek yang di taruh di meja dekat sofa.

"Habisnya aku bosen, tapi males kemana-mana. Mendingan aku ngeliatin wajah ganteng Dao Ming Si." ujar gue ke Kevin.

Dia geleng-geleng kepala terus jalan ke meja dan ngambil kresek yang tadi dia bawa.

"Masih gantengan juga Kevin Sanjaya,  yang udah pasti bakal jadi jodoh kamu Nat." balas dia dengan menggebu-gebu.

Gue cuma senyum, masih aja cemburu sama aktor. Lagian gue sukanya atlet kok sekarang.

"Vin, kamu kok makin ganteng ya?"

"Pasti kamu ada maunya ya muji aku?" curiga Kevin.

Padahal gue serius muji dia, yang semakin hari semakin ganteng.

Dan nanti, mungkin setiap bangun tidur— wajah Kevin yang akan selalu menghiasi hari-hari gue.

Can't wait.

"Aku serius ya ampun! Aku puji kamu aja salah, gimana aku puji Fajar coba?!" kata gue ke dia.

Kevin ngelirik ke arah gue, terus membuang muka. Pura-pura gak denger apa yang barusan gue ucapin. Gak apa-apa untung gue sabar.

"Nih kamu makan, bubur ayam Jakarta kesukaan kamu!" suruh Kevin sambil memberikan sekotak bubur ayam.

"Makasih."

Kevin pura-pura mainin handphone. Padahal sesekali gue lihat, dia cuma buka locksreen terus tutup lagi. Gitu aja terus.

Gue sekarang fokus makan bubur sambil menatap Kevin dari samping.

Indahnya ciptaan-Mu Tuhan.

"Makan buburnya, jangan ngeliatin aku terus." ujar Kevin

"Sensi banget sih kamu, perasaan yang mau haid itu aku, bukan kamu sayangku." kata gue gemas

Selesai makan gue ikut duduk di samping Kevin. Dia langsung berhentu main handphone dan menatap ke arah gue.

"Tadi ada ven—"

"Iya sayangku dia tadi ngehubungin aku, udah aku jelasin kok. Udah clear, kamu bisa tenang." sela Kevin yang memberikan jawaban atas pertanyaan yang belum sempat gue selesaikan.

"Hm, okay."

"Kalau yang tentang sponsor, aku belum mikirin sampai kesana. Apalagi yang minta acaranya di siarkan live, aku gak setuju. Aku maunya acaranya sakral dan khidmat." ujar Kevin

Gue sangat setuju dengan pilihan Kevin. Kalau ditayangkan kayak gitu, kesannya giman gitu. Lagian Kevin itu atlet bukan artis.

"Aku gak terlalu mikirin acaranya harus gimana-gimana, tapi yang terpenting calon suaminya itu kamu, aku bahagia."

Sejak kapan gue mulai mengalus seperti ini?

Kevin senyum terus meluk gue.

"Aku gak sabar, tiap pulang ada yang nunggu. Tiap mau tidur ada yang nemenin, sarapan ada yang masakkin. Dan aku harap semua itu bisa aku lakukan bersama kamu Nat." jelasnya

Gue terharu dengar Kevin ngomong kayak gitu. I don't think we could be together until now.

Bayangin, Kevin nikung Fajar, dan gue yang kemungkinan besar berakhir dengan Kevin. Gimana perasaan Fajar? Gue udah enggak sanggup buat ketemu dia. Makanya gue selalu menghindar. I hurt him twice.

"Kevin, aku harap kamu gak akan nakal lagi ya? Aku harap kamu benar-benar pilihan terbaik untuk menjadi pendampingku kelak."

"Aku gak bisa janji terlalu jauh, seperti yang kamu bilang. Tapi— aku akan berusaha dan terus belajar, agar kelak bisa menjadi suami dan ayah yang baik." -K. S. S



Athlete [Kevin Sanjaya]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang