Kadang ngeselin juga punya pacar seorang atlet, apalagi yang namanya Kevin Sanjaya Sukamuljo. Yang terkenal tengil dan bikin sebel lawan dilapangan.
Jangankan lawan, gue sebagai pacarnya aja sering kesel. Jahilnya kelewatan, suka banget main games, sampai kalau kita ketemu aja ya ngobrol sama gue, tapi matanya fokus ke handphone.
Tapi sebenernya Kevin itu bucin. Agak posesif juga lagi. Depan orang-orang aja dia sok cool, ngomong irit, padahal dia tuh bawel kalau kita lagi berdua.
"Mas aku mau ke warung depan, mau beli makan ya?" gue izin ke Kevin yang lagi mainin handphonenya.
Setelah gue bilang kayak gitu, Kevin langsung masukkin handphonenya ke saku celana dan menghampiri gue.
"Kamu tunggu aja disini, biar aku yang beli. Di luar lagi panas soalnya."
"Ya kalau panas emang kenapa?" tanya gue
"Aku takut kamu kepanasanlah, udah diem aja disini adem ada AC." kata Kevin terus pergi.
Jadi apakah masih bisa disebut tengil? Atau udah berubah jadi sayang? Hehe.
Gue akhirnya milih nyalain TV, siapa tau ada tontonan seru. Tapi yang ada, beritanya Kevin sama Maria Selena. Padahal mereka kan gak ada hubungan apa-apa, gak lebih dari teman. Ya tapi emang keliatan dekat kalau di media sosial.
"Jadi kamu malah lihat gosip kayak gini? Kamu malah nyari tontonan yang bikin kamu sakit hati kalau gini caranya." ternyata Kevin udah balik, cepet amat dah ini orang.
"Apa sih, aku gak kenapa-kenapa juga mas." elak gue
Terus Kevin meletakan kantong plastik yang dia bawa di meja, lalu dia ikut duduk di samping gue.
"Udah diklarifikasi kalau Maria itu cuma temen, tapi beritanya masih ada aja yang gak bener." protes Kevin mematikan TV yang sedang gue tonton.
"Iya sabar mas, kan kehidupan kamu lagi di sorot. Banyak yang penasaran sama kehidupan dibalik layar kamu, pemain badminton nomor 1 dunia lho." tegas gue
Kevin menghela napas, kemudian mulai memainkan handphone-nya lagi. Ya udah, daripada kesel terus Kevinnya, kan gak tega.
"Maaf ya," tiba-tiba ngomong gitu ke gue.
Gue melirik ke arah dia yang masih fokus mainnya.
"Emang kamu salah apa mas?" tanya gue santai.
Soalnya gue gak merasa Kevin bikin kesalahan juga akhir-akhir ini.
"Hubungan kita belum bisa go public." jawab Kevin santai juga.
Gue senyum, ini adalah kesekian kalinya dia minta maaf.
"Mas, ya ampun aku kira kenapa! Santai aja, aku lebih suka hubungan kita yang lebih private kayak gini."
"Yakin suka yang private?"
Gue langsung ngeliatin Kevin, dia ketawa dong.
"Ngapain mas ketawa?" tanya gue
"Emang ada yang larang ketawa ya? Lagian aku ketawain calon istriku." kata dia sambil menyenderkan kepalanya ke pundak gue.
Ini Kevin kayaknya ganti sampo deh, wanginya beda, bukan yang biasanya. Sekarang wanginya lebih manis gitu.
"Yakin emang aku bakal jadi istri kamu?" canda gue
Kevin cuma ngangguk-ngangguk aja, terus nyengir.
"Ada yang berubah gak dari aku?" tanya Kevin sambil senyum-senyum.
"Wangi rambut kamu berubah." jawab gue
"Seratus buat kamu! Eh enggak deh, bahkan sejuta pun gak akan cukup untuk menilai bagaimana berharganya kamu di hidup aku."
Sejak kapan Kevin jadi gombal gini? Gue ngedengernya aja mau ketawa, tapi gue tahan, kan momennya ini lagi serius.
"Mas Kevin sekarang jadi gombal deh, diajarin siapa sih?" kata gue mainin rambut dia yang agak berubah wangi dan warnanya juga.
"Diajarin Rian, percaya gak?" jawab dia.
Ya masa sih, Rian si kalem, dan pendiam itu? Tapi mungkin aja sih, siapa tau Rian juga punya pacar 'kan?
"Udah berapa banyak cewek yang kamu gombalin hah?"
"Cuma kamu kok sayangku," kata Kevin
"Jangan panggil aku sayang, aku geli dengernya."
"Kok kamu jadi tengil sih?" kata Kevin dengan sewotnya.
Ada kaca?
"Kan mas Kevin yang ngajarin hehe." jawab gue.
Dia geleng-geleng kepalanya, terus berhenti main games.
"Bosen ah main games terus, maunya main sama kamu."
Kevin tiba-tiba meluk gue, kan guenya jadi kaget. Masih gue liatin tuh mas Kevin sampai sekarang.
"Mainnya di kamar yuk?" ajak Kevin ke gue.
Ya gue nolak lha, ya kali gue iyain.
"Apaan sih? Mau aku pulang?!" kata gue gak santai dan mencoba melepaskan pelukan Kevin.
"Becanda Ya Tuhan, aku becanda. Jangan pulang ya?"
Gak gue jawab, gue cuma liatin dia aja. Kesel gue tuh kalau dia mancing-mancing gini tuh.
"Mas, kamu tau kan aku sensitif masalah kayak gini? Tolong ya, aku mohon banget. Kan aku udah bilang dari awal, dan kamu bilang kamu setuju." jelas gue
Kevin cemberut terus berubah jadi senyum dan ngangguk-ngangguk.
"Iya kan tadi aku cuma becanda, kamu kayak yang baru tau aku sehari dua hari aja deh. Tenang aja, aku tau batasan." jawab Kevin
"Maaf ya mas, aku belum bisa menjadi seperti yang kamu mau."
"Aku mau kamu jadi diri kamu sendiri, bukan jadi yang aku mau sayang." kata Kevin ke gue.
"Makasih ya mas,"
"Kalau aku ajak kamu nikah lebih cepat, kamu mau?"
Pertanyaan kesekian kalinya Kevin ke gue. Dan lagi-lagi gue gak tau harus jawab gimana. Gue terlalu ragu dengan perasaan gue sendiri.
Tapi bukan berarti gue gak sayang Kevin, tapi— gue belum siap— menghadapi semuanya.
"Aku—"
"Iya, aku tau jawaban kamu. Aku gak maksa kok, aku cuma nanya aja." potong Kevin
Maaf ya mas Kevin, aku mengecewakan kamu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athlete [Kevin Sanjaya]
Fiksi Penggemar#Badmintonseries 16+ Dia adalah si tengil dan menyebalkan di lapangan. Tapi dia adalah orang yang paling jahil, pengertian sekaligus posesif. Kadang juga dia jadi bucin. Related to another athlete series ©2018, oneflowerisme