11 BELUM REVISI

205 20 9
                                    

Pagi ini rasanya sungguh malas. Aku masih terbaring dikasur. Gawaiku bergetar. Sebuah telepon dari nomor tak dikenal

"Assalamualaikum, dengan Faiza Halimah? "

Terdengar suara yang berat diseberang sana. Seperti suara Ustad Hadi.

"Wa'alaikumussalam warrahmatullah. Iya, saya sendiri. Ada apa? "

"Selamat, Anda diterima. Bisakah Anda datang esok untuk training?"

Aku terdiam beberapa saat. Tak tahu harus menjawab apa.

"Benarkah? Tidak ada tes lagi?"

"Iya. Saya tunggu esok."

Tuut tuut. Panggilan telah diakhiri. Aish, padahal aku belum menjawabnya.

Aish. Aku benar-benar bingung. Haruskah esok aku ke sana? Namun, aku juga sedang menunggu lowongan pekerjaan lain.

Terdengar seseorang mengetuk pintu kamarku.

"Bagaimana lamaran pekerjaanmu, nak? " tanya Ummi

"Aku bingung, Mi. Baru satu yang menerimaku," jawabku

"Kenapa tidak diambil?"

"Aku harus tinggal di sana, Mi. Balik kesini hanya hari Ahad mungkin."

"Tidak apa. Menjadi guru MI itu cita-cita Faiza, kan? Kejarlah. Abi& Umi disini baik-baik saja," celetuk Abi

Abi dan Umi telah memberi restu. Bismillah, kucoba. Keesokan harinya aku berangkat ke sana dengan berat hati meninggalkan abi dan ummi.

"Hati-hati, Ja," ucap Abi

"Jangan lupa beri kabar," pesan Ummi

Aku mengangguk dan menyalami mereka kemudian bergegas masuk ke taxi online yang telah kupesan.

Dalam perjalanan, aku tertidur.

Segenggam Perjuangan Ikatan (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang