Part 2

112 29 6
                                    

Saat ini keluarga Rio sedang menikmati sarapan mereka masing-masing. Tidak ada yang memulai pembicaraan saat makan, hanya ada suara piring, sendok, dan garpu. Di sana hanya ada Rio, Dina dan Sam (anak laki-laki kedua mereka). Setelah selesai makan Dina ingin memberitahu kabar bahwa anak pertamanya, Devano akan pulang besok.

" Papa, sam. Besok Devano akan pulang ke Indonesia." Dina yang menyampaikannya dengan gembira. Ya, ia sudah lama tidak bertemu dengan putra pertamanya itu. Jadi saat Devano memberi kabar ke ibunya bahwa ia akan pulang ke Indonesia, tentu saja ibunya merasa bahagia.

"Benarkah ma? Kakak akan pulang besok?" tanya Sam, Adik Devano. Jujur ia sangat tidak menyukai sifat kakaknya yang keras kepala, angkuh, dan egois. Sangat berbanding terbalik dengan Sam yang memiliki sifat penurut, penyayang dan sangat rajin.

"Ya mama sangat tidak sabar untuk menunggu kedatangannya kembali ke Indonesia sudah 5 tahun mama tidak melihatnya bagaimana keadaan ia sekarang" mata Dina berbinar binar membayangkan anakknya itu.

"Hmm jadi ma, apakah kamu sudah memberi tahu Sari, bahwa kita akan menjodohkan keponakannya dengan Devano. Dan sebaliknya?" Rio menatap istrinya serius.

Pertanyaan tersebut membuat Dina terkejut. Masalahnya ia tidak mengingat bahwa Rio dan Dina akan menjodohkan Devano dengan Amelia.

"Be...belum pah. Mama lupa untuk memberi tahu soal itu kepada Sari." Dina merasa ia benar-benar bodoh karena melupakan hal yang sangat penting.

"Hmm... Tidak masalah. Nanti malam kita akan berkumpul bersama di ruang keluarga dan kita akan membicarakan soal perjodohan Devano dan Amelia. Aku hanya ingin Amelia yang menjadi menantuku." Jelas Rio yang mendapat anggukan dari Dina.

________________

"Apa yang harus aku lakukan sekarang? "Tanya amelia di dalam hatinya. Jujur ia sangat binggung untuk apa Dina akan mengajaknya pergi ke salon untuk bertemu dengan putranya? Devano.

Amelia sedang berbaring dan hanya menatap langit-langit kamarnya. Dia sedang tengelam dalam pemikirannya sendiri.

Tiba-tiba dia di kagetkan dengan ketukan suara pintu. "masuk, pintunya tidak dikunci" ucapnya yang masih setia menatap langit-langit kamar.

"Amel, apa yang sedang kamu pikirkan sayang? Apa kamu sedang mempunyai masalah?" Sari mengelus rambut Amelia.

"Hmmm bibi aku hanya sedang binggung. Untuk apa mama akan membawaku pergi ke salon besok? Hanya untuk bertemu dengan anaknya Devano." Tatapan mata Amelia beralih ke wajah bibinya yang sangat ia sayangi.

Mendengar Amelia menyebut kata mama, Sari binggung. Apakah nyonyanya yang dimaksud dengan Amelia.
"Mama? Siapa itu mama? Apakah yang kamu maksud adalah nyonya Dina?"

"Ya. Nyonya Dina memintaku untuk memanggilnya mama karena aku telah dianggap seperti anak kandungnya sendiri. Hmm...apakah bibi tahu siapa itu Devano? Bagaimana wajahnya?" Dina mengubah posisinya dari berbaring menjadi duduk di depan bibinya.

Sari tersenyum lalu berkata "Tentu saja bibi tahu. Devano adalah anak pertama dari tuan Rio dan Nyonya Dina. Ia berusia 23 tahun. Ia menjadi Ceo di perusahaan papanya. Dan Devano di cintai oleh banyak wanita. Tapi bibi tidak tahu apakah tuan Devano sudah mempunyai kekasih atau belum." Jelas sari yang di iringi oleh anggukan dari kepala Amelia.

_____________

Di lain tempat terdapat seorang lelaki yang sedang sibuk dengan laptop nya. Dia mempunyai mata biru gelap dan sangat berwibawa. Wajahnya yang tampan dan tegas membuat setiap wanita jatuh cinta padanya.

Tok...Tok...Tok. Bunyi suara ketukan pintu membuat pandangannya berpaling ke arah pintu ruangannya.

"Masuk" ucapnya. "Pak Devano ada beberapa berkas yang harus anda tanda tangani" sekertarisnya menyerahkan beberapa berkas kepada Devano untuk ia tanda tangani.

Melihat wajah kelelahan bosnya itu, membuat Arin tambah jatuh cinta pada bosnya itu. Wajah lelah Devano membuatnya tambah sexy di mata Arin.
Setelah Devano menadatangani semua berkas yang diberikan Arin. Arin izin untuk keluar dari dalam ruangan Devano.

Setelah sekretarisnya pergi dari ruangan Devano, pintu ruangan Devano kembali terbuka lagi dan itu membuat Devano terkejut.

"Hai bro, masih sibuk lo sama laptop kesayangan lo itu?" Ledek Eric kepada bosnya sekaligus sahabatnya itu.

"Bisa gak sih kalau mau masuk pintu gw ketok pintu dulu. Jadi gak kagetin gw." Devano kesal menatap assisten dan sahabatnya itu.

"sssssttt... Biasa dong gak usah marah² mulu. Nanti cepet tua lho. Hahahahahahahahah" Suara tawa Eric menggelegar di dalam ruangan Devano.

"Terserah lo ric, oh iya besok kita pulang ke Indonesia. Gw udah kangen rumah sama masakan asli Indonesia." ucap Devano.

"Oke. Gw pergi dulu ya" Eric meninggalkan ruangan Devano dengan langkah kaki yang sangat cepat.

Tiba² ringtone yourself di  handphone nya berbunyi. Menandakan ada telpon masuk.

"Halo mama." Devano berbicara kepada mamanya.

"Devano mama ingin memberitahu mu sesuatu." Suara mamanya yang terdengar sangat serius. "Tidak biasanya mama berbicara seperti ini" ucapnya di dalam hati.

"Mama ingin memberitahu ku  tentang apa?" Devano takut akan terjadi sesuatu kepada papa,mama atau adiknya.

"Papa dan mama akan memperkenalkan mu kepada seorang gadis. Dia sangat cantik dan mandiri." mama terdengar sangat senang mengucapkan kalimat tersebut.

"Jangan bilang bahwa mama akan menjodohkan ku dengan wanita itu." Devano sangat bosan kepada mama dan papanya yang selalu ingin menjodohkannya dengan wanita² yang tidak ia cintai.

"Devano kamu pasti akan jatuh cinta dengan gadis ini. Dia sangat penyayang dan penurut. Dan ingat satu hal mama tidak menerima penolakan apapun." Dina memutuskan sambungan telponnya.

"Aaakkkhhh...Sial" umpat Devano yang mangacak² rambutnya tersebut.

"Lihat saja kau, aku akan membuat hidup mu menderita bersamaku" seringainya sinis.

______________________

Hai readers jangan lupa vote dan follow aku ya.

Between love and sacrificeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang