Part 8

58 10 5
                                    

Hai Readers !!!!

Maaf ya aku udah lama tidak update. Tapi kali ini aku update guys.

"Selamat Membaca "


Author POV

Devano dan Amelia sedang sibuk mempersiapkan pesta pernikahan mereka. Walaupun terlihat jelas bahwa ada suatu hal yang sedang di pikirkan oleh Devano, tapi Amelia selalu berusaha untuk tidak bertanya kepada Devano tentang apa yang sedang dipikirkan oleh nya.

"Hmmm...Dev, apa warna gold ini cocok untuk kartu undangan kita?" Amelia menunjukkan sebuah contoh gambar kepada Devano.

Tapi, tidak ada tanggapan yang diberikan oleh Devano. Sehingga Amelia harus mengulang pertanyaannya lagi.

"Devano. Apa kau mendengar pertanyaanku tadi?" 

"Eh... Iya. kurasa warna itu sangat cocok untuk kartu undangan kita." Setelah menjawab pertanyaan Amelia, Devano pergi meninggalkan Amelia sendirian.

"Devano, kau ingin pergi kemana?"

"Hanya ingin pergi keluar. Apakah ada masalah?" Devano memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana jeans nya.

"Tidak. Tapi kita belum menyelesaikan persiapan pernikahan kita." tampak jelas di raut wajah Amelia, bahwa ia sangat kelelahan.

"Kurasa kita bisa melanjutkan masalah ini nanti. Kau bisa beristirahat dulu. Kau seperti sedang kelelahan" Jawab Devano.

"Aku ingin kita menyelesaikan ini bersama Dev."

"Aku sedang tidak ingin membicarakan tentang ini, lagipula kau bisa menyelesaikannya sendiri. Apapun pilihanmu aku setuju." Devano meninggalkan Amelia yang masih sibuk dengan urusannya.

Setelah Devano pergi, Amelia yakin bahwa sebenarnya Devano tidak ingin menikah dengannya. Ingin sekali rasanya ia mengatakkan kepada Dina bahwa ia tidak bisa menikah dengan anak lelaki pertamannya itu.

"Mama, papa. Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apakah aku harus mengatakkan masalah ini kepada mamanya Devano. Tapi aku takut orang tua Devano akan merasa saedih mendengar hal ini." Amelia menangis, ia sangat putus asa sekarang.

Di tempat lain, Devano sedang mengemudikan mobil miliknya. Ia larut dalam pemikirannya sendiri, dia tahu bahwa sikapnya sangat menyakiti hati Amelia. Namun ia tidak bisa membohongi perasaannya sendiri, bahwa sebenarnya ia mash sangat mencintai mantan kekasihnya.

"Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mencintai Amelia. Aku masih sangat mencintai Clara, kekasihku yang entah berada dimana sekarang." Devano merasa sangat frustasi.

"Sepertinnya aku harus pergi ke cafe tempat favorite ku dengan Clara."

Devano mengemudikan mobilnya dengan kecepata sedang. Dia masih sangat ingat jalan menuju cafe yang dulu sangat sering ia kunjungi bersama Clara.

_________________________________________________________________

Amelia POV

Aku tidak boleh menagis untuk hal ini. Aku harus bisa membuat Devano mencintaiku. Aku adalah wanita yang tegar dan aku tidak boleh lemah. Aku kembali melanjutkkan persiapkan pernikahanku, tanpa bantuan Devano. Apa yang dikatakkan Devano benar. Aku bisa menyelesaikan ini sendiri.

"Huh... masih banyak keperluan yang lainnya. Lebih baik aku melanjutkan ini besok. Aku juga ingen pergi ke kampus. sudah lama tidak bertemu dengan sahabatku."

Aku segera menaikki anak tangga menuju ke kamarku. Setelah sampai di kamar, aku membersihkan diri dan merias diri. Lalu aku menggambil tas dan segera menuju kampusku. Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit akhirnya aku sampai di kampusku. Aku mengambil beberapa lembar uang di dalam tasku lalu memberikannya kepada supir ojek.

Between love and sacrificeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang