Part 6

50 20 4
                                    

Devano POV

Sepanjang di perjalanan aku dan Amelia hanya sibuk dengan pemikiran masing². Aku tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan. Aku hanya sibuk memikirkan kekasihku. Dimana ia sekarang. Sementara aku akan menikah dengan perempuan yang sama sekali tidak aku cintai tapi ia wanita yang sangat baik dan juga manis.

"Aku pulang." Aku melihat mama dan papa yang sedang menonton televisi. Lalu mereka mendengar suaraku. Sehingga mereka melihat ke arahku.

"Hai sayang. Sudah pulang kamu. Dimana Amelia?" Aku menghampiri mama dan duduk di sofa.

"Sebentar lagi ia akan muncul"Jawabku melihat ke arah pintu masuk rumah.

"Mama, papa aku pulang." Amelia mencium tangan kedua orang tuaku.

"Kau terlihat lemas nak. Sini mama antarkan kamu ke dalam kamarmu ya."Mama menggandeng Amelia pergi ke kamarnya.

"Jadi kapan kamu akan mempersiapkan pernikahanmu dengan Amelia. Papa punya banyak contoh kartu undangan dan juga contoh pelaminannya." Papa menyodorkan beberapa gambar kepadaku.

"Secepatnya pa. Tapi aku akan mendiskusikan soal ini kepada Amelia." Aku menyimpan beberapa gambar tersebut ke dalam tasku.

"Baiklah kalau begitu. Tapi ingat satu hal. Kamu dan Amelia harus menikah 2 minggu lagi." Ucap papa dan kembali menonton televisi.

Ya aku tahu. Tidak sama sekali mencintai Amelia. Tapi aku harus menikahinya. Semua ini karenanya. Kenapa dia harus hadir di keluarga ku. Jika ia tidak, mana mungkin mama dan papa akan memaksaku untuk menikah dengannya sementara aku sudah mempunyai kekasih. Ya walaupun aku tidak tahu dimana keberadaannya sekarang.

Aku berjalan ke kamarku. Aku ingin membersihkan diri lalu meminum coklat panas. Untuk menghilangkan rasa penat di kepalaku. Setelah itu aku akan pergi tidur.

_______________

Dina POV

Aku melihat wajah Amelia yang sangat pucat pasi. Apa yang sebenarnya terjadi padanya. Apa ini ada hubungannya dengan Devano. Lebih baik aku bertanya kepadanya nanti. Karena jika aku bertanya padanya sekarang, bukanlah waktu yang tepat. Aku membuka pintu kamar Amelia dan membawanya masum ke dalam kamar. Aku bilang kepadanya untuk istirahat dan tidur.

"Amelia. Lebih baik sekarang kamu istirahat dan tidur. Mama tidak ingin kamu sakit sayang. Mama akan memanggil pelayan agar membuatkan bubur dan segelas susu untukmu." aku menarik selimut keatas tubuh Amelia dan mematikan lampu kamar. Lalu aku menuju ke dapur.

________________

Amelia POV

Hari ini hatiku terasa sakit. Aku tahu Devano memang tidak mencintaiku. Apa yang membuatnya menerima untuk menikahiku. Tidak terasa air mataku telah jatuh dari mataku. Dan aku pikir hujan akan turun malam ini karena ada kilatan petir malam ini. Aku duduk di atas ranjang dan menangis sejadi jadinya. Bagaimana kehidupanku dengan Devano nanti jika ia belum bisa mencintaiku. Benar saja hujan turun malam ini. Ya mungkin ini bisa melambangkan sedaras apa air mataku saat ini dan betapa hancurnya diriku hari ini.

Aku mendengar suara ketukan pintu. Aku segera menghapus air mata yang ada di pipiku lalu mencuci mukaku agar terlihat segar. Setelah selesai aku membuka pintu kamar dan aku melihat seorang pelayan yang membawakan bubur dan segelas susu coklat kesukaanku.

"Permisi nyonya. Aku ingin mengantarkan ini kepadmu. Nyonya Dina bilang bahwa nyonya Amelia harus makan bubur ini dan minum susu coklat." Pelayan itu memberikanku semangkuk bubur dan susu.

"Oh iya terima kasih ya" Ucapku ramah.

"Kalau begitu saya akan kembali ke dapur. Permisi" pelayan itu pergi dan aku menutup pintu kamarku.

Aku memakan bubur yang diberikannya tadi. Rasanya sangat lezat aku sangat ingin bubur buatnanya lagi. Tapi kakiku terasa sakit untuk berjalan dan tubuhku terasa lemas. Aku meletakkan mangkuk dan gelas tersebut di atas nakas dan pergi tidur.

____________

Devano POV

Mentari telah menyinari bumi. Membuatku bangun dari tidurku. Aku masih menyesuaikan cahaya yang masuk ke mataku. Tidak butuh banyak waktu, hanya 10 menit aku duduk di atas ranjang lalu aku bergegas untuk membersihkan diri. Setelah selesai berpakaian aku menuju ruang makan untuk sarapan pagi.

Di sana hanya ada Mama, Papa dan bi Sari. Mereka sedang menunggu untuk sarapan pagi. Tapi tunggu, dimana Amelia bukankah dia juga harus bergabung dengan kami. Hmm biarkan saja. Lagipula ia sudah dewasa pasti bisa mengurus dirinya sendiri. Aku melanjutkan jalanku menuju ruang makan.

"Devano kau sudah bangun. Dimana Amelia?" Papa bertanya padaku.

"Aku tidak melihatnya pa"

"Bangunkan ia di dalam kamarnya. Dia juga harus ikut sarapan bersama kita."

"Baiklah Pa" Aku berjalan menaiki anak tangga untuk mencapai lantai atas. Sesudah aku sampai di dalam kamar Amelia, aku mengetuk pintu kamar nya. Tapi tidak ada jawaban dari Amelia. Aku memutuskan untuk membuka pintu kamar nya.

Lalu apa yang aku lihat. Amelia masih tertidur nyenyak dengan piama pink nya itu.

"Amelia....Bangun kau harus sarapan bersama kami" Ucapku mengguncang tangan Amelia.

Huh dasar tukang tidur. Sulit sekali membangunkannya, apa yang harus aku lakukan agar membuatnya bangun.

Aku mendekatkan wajahku dengan wajahnya. Aku dapat merasakan hembusan nafasnya yang tenang itu. Ternyata ia sangat cantik bahkan saat ia tertidur.

"Aaaaaaaaaaakkkkkk..... Siapa kau?" Amelia menampar wajahku dan berteriak di depan telingaku.

"Hey ini aku Devano. Kenapa kamu berteriak seperti itu" Aku mendengus kesal dengannya.

"Hmm maaf aku hanya kaget saat melihat wajahmu dekat dengan wajahku. Tapi apa yang akan kamu lakukan tadi" Amelia menatap mataku tajam.

"Aku hanya membangunkanmu dari tadi. Tapi kau tidak sedikitpun terganggu dengan suaraku jadi kuputuskan untuk mendekatkan wajahku dengan wajah manismu itu" Aku menunjukkan deretan gigiku.

"Dasar Aneh" Amelia pergi ke kamar mandi dan meninggalkanku sendirian.

Hai Readers !!
Jangan lupa vote dan comment ceritaku ya!

Love you all

Between love and sacrificeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang